Selasa, 28 April 2020

Pertanyaan Tentang Zakat Profesi.


Pertanyaan berikut ini pernah ditanyakan kepada Habib Munzir bin Fuad Al Musawa tentang Zakat Profesi dan Zakat Fitrah.

Assalamu’alaikum yaa Sayyidi.

Semoga habibana selalu dalam keRidhoan Allah SWT Amin.

Ya habib, ana mau tanya sekitar zakat profesi dan zakat fitrah/maal

Ana sudah bekerja, dan pas tahun ramadhan ini ana juga menginjak 1 tahun bekerja..
Bagaimana perlakuan hukum & perhitungan zakat profesi ana..?? apakah sisa tabungan di bank + gajian bulan ini di kalikan 2.5% (sebelumnya sudah dikurangi kebutuhan pokok)??

Tergolong zakat maal atau fitrah atas zakat profesi tsb..??

Jika sudah membayar zakat profesi, apakah masih perlu membayar zakat untuk bulan Ramadhan..??

Jazakumullah khairon katsir ya Sayyidi.

Jawaban Habib Munzir bin Fuad Al Musawa.

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

kemuliaan Ramadhan,kesucian Rahmat, pengampunan, pembebasan dari neraka dan Cahaya Lailatulqadar semoga menerangi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,

Zakat terdapat 7 macam,

1. Zakat tubuh kita, yaitu zakat fitrah.
2. zakat Tijarah, yaitu zakat perdagangan kita jika kita mempunyai usaha perdagangan.
3. zakat Tsimar, yaitu zakat buah buahan, dan yang terkena zakat hanyalah Anggur dan kurma.
4. zakat Ma’din, yaitu zakat jika kita usaha tambang bumi.
5. zakat Rikaz, yaitu jika kita menemukan harta karun.
6. zakat Ni’am, yaitu zakat ternak, dan yang terkena zakat hanyalah ternak kambing, sapi dan unta.
7. zakat Maal, yaitu zakat harta.

kesemua zakat diatas hanya zakat fitrah yang dibayarkan di ramadhan atau 1 syawal., selainnya maka mengikuti sikonnya.

Mengenai zakat profesi, zakat profesi tidak diakui dalam Jumhur (pendapat keseluruhan ulama) Ahlussunnah waljamaah, yang ada adalah zakat harta jika disimpan tanpa dipakai apa-apa, ada pendapat lemah di mazhab Daud untuk boleh dilakukan setiap bulan, namun Jumhur (pendapat terbanyak dan terkuat) seluruh mazhab berpendapat bahwa zakat harta adalah setahun sekali jika melebihi nishab dan haul.

Nishab : Batas jumlah / nilai yang ditentukan syariah,

haul : sempurna 1 tahun,

Jadi anda bekerja dan mendapat gaji itu tak ada zakatnya, boleh anda bersedekah saja.

Perhitungan zakat harta adalah jika anda menyimpan uang, atau emas anda baru kena zakat jika menyimpan uang itu sampai setahun, dan jumlah yang anda simpan telah melebihi nishab selama setahun.

Zakat maal / harta dikeluarkan setahun sekali, terhitung hari sejak uang kita melebihi Nishob (batas), dan Nishob zakat maal adalah seharga emas 84 gram, maka bila uang simpanan kita terus meningkat, misalnya mulai 4 Oktober 2006 uang simpanan kita mulai melebihi harga emas 84 gram, maka sejak tanggal 4 oktober itu terhitunglah kita sebagai calon wajib zakat, namun belum wajib mengeluarkan zakat karena menunggu syarat satu lagi, yaitu haul (sempurna satu tahun),

Nah.. bila uang kita terus dalam keadaan diatas Nishob sampai 3 oktober 2007 maka wajiblah kita mengeluarkan zakatnya sebesar jumlah seluruh uang kita yang ada pada tanggal 3 oktober 2007 sebesar 2,5%. (bukan uang kita yang pada 4 oktober 2006, atau uang kita bertambah menjadi 100 juta misalnya, lalu naik dan turun, maka tetap perhitungan zakat adalah saat hari terakhir ketika genap 1 tahun dikeluarkan 2,5% darinya).

Bila uang kita setelah melebihi batas 84 gram, lalu uang kita berkurang misalnya pada Januari 2007 uang kita turun dibawah harga emas 84 gram, maka sirnalah wajib zakat kita, kita tidak wajib berzakat kecuali bila uang kita mulai melebihi nishab lagi, saat itu mulai laih terhitung calon wajib zakat dengan hitungan mulai hari tersebut, dan itupun bila mencapai 1 tahun penuh tidak ada pengurangan dari batas nishob
.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a’lam.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis ulang : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Tentang Adab Puasa (Kitab Bidayatul Hidayah).


Tentang Adab Puasa (Kitab Bidayatul Hidayah).

آدَابُ الصِّيَامِ

Adab Puasa.

لاَ يَنْبَغِيْ أَنْ تَقْتَصِرَ عَلَى صَوْمِ رَمَضَانَ فَتَتْرُكَ التِّجَارَةَ بِالنَّوَافِلِ، وَكَسْبِ الدَّرَجَاتِ الْعَالِيَةِ فِي الْفَرَادِيْسِ، فَتَتَحَسَّرُ إِذَا نَظَرْتَ إِلَى مَنَازِلِ الصَّائِمِيْنَ، كَمَا تَنْظُرُ إِلَى الْكَوَاكِبِ الدُّرِّيَّةِ، وَهُمْ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ

Tidak selayaknya engkau mencukupkan diri hanya dengan berpuasa di bulan Ramadhan saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan amalan-amalan sunnah dan meninggalkan usaha untuk menggapai derajat yang tinggi di surga Firdaus. Jika hal itu yang kau lakukan maka engkau akan menyesal tatkala menyaksikan kedudukan yang dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang tampak laksana bintang-bintang yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat yang tertinggi di dalam surga.

وَاْلأَيَّامُ الْفَاضِلَةُ الَّتِيْ شَهِدَتِ اْلأَخْبَارِ بِشَرَفِهَا وَفَضْلِهَا، وَبِجَزَالَةِ الثَّوَابِ فِيْ صِيَامِهَا: يَوْمُ عَرَفَةٍ لِغَيْرِ الْحَاجِّ، وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنَ الْمَحَرَّمِ، وَرَجَبُ وَشَعْبَانُ

Hari-hari utama yang disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kemuliaan dan keutamaannya, dan siapa pun yang berpuasa di dalamnya akan memperoleh pahala yang sangat banyak adalah

Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak sedang menunaikan haji,
Puasa hari Asyura (10 Muharram),
Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah,
Puasa sepuluh hari pertama bulan Muharram, puasa bulan Rajab dan puasa bulan Sya’ban.

وَصَوْمُ اْلأَشْهُرِ الْحُرُمِ مِنَ الْفَضَائِلِ، وَهِيَ ذُو الْقعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبُ، وَاحِدٌ فَرْدٌ وَثَلاَثَةٌ سَرْدٌ، وَهَذِهِ فِي السَّنَةِ

Berpuasa di bulan-bulan haram (mulia) adalah sangat utama. Bulan-bulan haram itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Yang satu menyendiri sedangkan yang lain berurutan. Hal ini berlaku dalam satu tahun.

وَأَمَّا فِي الشَّهْرِ فَأَوَّلُ الشَّهْرِ وَأَوْسَطُهُ وَآخِرُهُ، وَاْلأَيَّامُ الْبِيْضُ، وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ، وَالرَّابِعَ عَشَرَ، وَالْخَامِسَ عَشَرَ، وَأَمَّا فِي اْلاُسْبُوْعِ فَيَوْمُ اْلاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ

Ada pun dalam setiap bulan waktu yang disunnahkan puasa adalah di awal bulan, pertengahan, dan akhir bulan. Kemudian Ayyamul Bidh, yakni tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan (hijriyyah). Sedangkan dalam setiap minggu waktu yang disunnahkan puasa adalah hari Senin, Kamis dan Jumat.

فَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ اْلأُسْبُوْعِ بِصَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. وَذُنُوْبُ الشَّهْرِ تُكَفَّرُ بِالْيَوْمِ اْلأَوَّلِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْيَوْمِ اْلأَوْسَطِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَاْلأَيَّامِ الْبِيْضِ، وَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ السَّنَةِ بِصِيَامِ هَذِهِ اْلأَيَّامِ وَاْلاَشْهُرِ الْمَذْكُوْرَةِ

Puasa pada hari Senin, Kamis dan Jumat dapat menghapus dosa-dosa seminggu. Sedangkan dosa-dosa sebulan akan terhapuskan dengan berpuasa pada awal bulan, pertengahan bulan, akhir bulan, dan puasa pada Ayyamul Bidh. Ada pun dosa-dosa setahun akan terhapuskan dengan berpuasa pada hari-hari dan bulan-bulan yang telah kami sebutkan.

وَلاَ تَظُنَّ إِذَا صُمْتَ أَنَّ الصَّوْمَ هُوَ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْوِقَاعِ فَقَطْ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

Hendaklah engkau tidak menyangka bahwa yang dimaksud dengan berpuasa hanyalah sekedar meninggalkan makan, minum dan tidak melakukan hubungan badan di siang hari. Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia lakukan itu, kecuali hanya lapar dan dahaga”.

بَلْ تَمَامُ الصَّوْمِ بِكَفِّ الْجَوَارِحِ كُلِّهَا عَمَّا يَكْرَهُ اللهُ تَعَالَى، بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ الْعَيْنَ عَنِ النَّظَرِ إِلَى الْمَكَارِهِ، وَاللِّسَانَ عَنِ النُّطْقِ بِمَا لاَ يَعْنِيْكَ، وَاْلأُذْنَ عَنِ اْلاِسْتِمَاعِ إِلَى مَا حَرَّمَهُ اللهُ تَعَالَى

Namun sempurnanya puasa adalah dengan memelihara seluruh anggota badan dari segala hal yang dibenci Allah Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah engkau memelihara mata dari melihat ke arah hal-hal yang tidak disukai Allah, menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala.

فَإِنَّ الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ، وَكَذَلِكَ تَكُفُّ جَمِيْعَ الْجَوَارِحِ كَمَا تَكُفُّ الْبَطْنَ وَالْفَرْجَ، فَفِي الْخَبَرِ: خَمْسٌ يُفَطِّرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ، وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ

Karena orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang melakukan ghibah (bila yang didengarkannya itu adalah ghibah). Demikian pula engkau harus menjaga seluruh anggota badanmu dari segala hal yang menyebabkan dosa sebagaimana engkau pun harus menjaga perut dan kemaluanmu dari memperturutkan syahwat. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lima hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa orang yang berpuasa, yaitu : Berdusta (berbohong), ghibah (bergunjing), namimah (mengadu domba), bersumpah palsu, dan melihat dengan syahwat (hawa nafsu)”.

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَفْسُقْ، وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ

Dan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda : “Sesungguhnya puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa hendaklah ia tidak mengucapkan kata-kata kotor, berbuat maksiat dan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau memakinya, maka hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.

ثُمَّ اجْتَهِدْ أَنْ تُفْطِرَ عَلَى طَعَامٍ حَلاَلٍ، وَلاَ تَسْتَكْثَرْ فَتَزِيْدَ عَلَى مَا تَأْكُلُهُ كُلَّ لَيْلَةٍ، فَلاَ فَرْقَ إِذَا اسْتَوْفَيْتَ مَا تَعْتَادُ أَنْ تَأْكُلَهُ دُفْعَتَيْنِ فِيْ دَفْعَةٍ وَاحِدَةٍ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُوْدُ بِالصِّيَامِ كَسْرُ شَهْوَتِكَ وَتَضْعِيْفُ قُوَّتِكَ لِتَقْوَى بِهَا عَلَى التَّقْوَى

Kemudian berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang halal, dan janganlah engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau makan pada setiap malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja engkau membiasakan makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun porsinya untuk dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk menghancurkan syahwatmu dan melemahkan kekuatanmu yang dengannya engkau akan menjadi kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

فَإِذَا أَكَلْتَ عَشِيَّةً مَا تَدَارَكْتَ بِهِ مَا فَتَكَ ضَحْوَةً، فَلاَ فَائِدَةَ فِيْ صَوْمِكَ، وَقَدْ ثَقُلَتْ عَلَيْكَ مَعِدَتُكَ، وَمَا وِعَاءٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ بَطْنٍ مُلِىءَ  مِنْ حَلاَلٍ، فَكَيْفَ إِذَا مُلِىءَ مِنْ حَرَاِمٍ؟

Jika engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak dapat kau makan di siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa yang engkau lakukan itu, dan sungguh perutmu akan menjadi berat karena kekenyangan. Padahal tidak ada wadah yang paling dibenci Allah Ta’ala melebihi perut yang penuh (kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila perut itu penuh (kekenyangan) dengan barang yang haram?

فَإِذَا عَرَفْتَ مَعْنَى الصَّوْمِ فَاسْتَكْثِرْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّهُ أَسَاسُ الْعِبَادَاتِ، وَمِفْتَاحُ الْقُرُبَاتِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ

Apabila engkau telah memahami makna puasa, maka perbanyaklah melakukannya sebatas kemampuanmu, karena puasa adalah dasar (asas) dari ibadah dan kunci pendekatakan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Setiap kebaikan akan memperoleh balasan (pahala) sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang dapat membalasnya”.

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: إِنَّمَا يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، فَالصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak misik. Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya ia meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka puasa itu untukku dan Akulah yang akan membalasnya”.

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُوْنَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar Rayyan. Pintu itu tidak akan dimasuki oleh siapa pun kecuali orang-orang yang ahli berpuasa”.

فَهَذَا الْقَدْرُ مِنْ شَرْحِ الطَّاعَاتِ يَكْفِيْكَ مِنْ بِدَايَةِ الْهِدَايَةِ، فَإِذَا احْتَجْتَ إِلَى الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، أَوْ إِلَى مَزِيْدٍ لِشَرْحِ الصَّلاَةِ وَالصِّيَامِ، فَاطْلُبْهُ مِمَّا أَوْرَدْنَاهُ فِيْ كِتَابِنَا إِحْيَاءِ عُلُوْمِ الدِّيْنِ

Inilah penjelasan tentang ketaatan yang dapat kami sampaikan kepadamu dari kitab Bidayatul Hidayah. Jika engkau membutuhkan penjelasan tentang zakat, haji, atau ingin memperoleh penjelasan tambahan seputar shalat dan puasa, maka rujuklah penjelasan yang telah kami sampaikan di dalam kitab kami Ihya ‘Ulumiddin. (Kitab Bidayatul Hidayah – Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali (Imam Al Ghazali), Bab Adab Puasa, Halaman 77, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan penterjemah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Senin, 27 April 2020

Sholat Istikhoroh.


Sholat Istikhoroh.

Sholat istikhoroh adalah sholat Sunnah yang dikerjakan ketika seseorang sedang bimbang untuk keputusan yang akan diambil. Tujuan dari sholat istikhoroh bertujuan untuk memohon petunjuk terbaik dari Allah SWT, ketika kita harus memilih sesuatu termasuk petunjuk tentang jodoh atau pekerjaan.

Sholat istikhoroh dianjurkan melaksanakannya untuk segala urusan bersifat mubah seperti menikah, perdagangan, pilihan tempat menimba ilmu, perjalanan (safar) dan sebagainya.

عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ

Dari Jabir ra., Rasulullah mengajarkan kami ber-istikhoroh dalam seluruh perkara sebagaimana beliau mengajar kami surat Al-Quran. Beliau bersabda, "Apabila kalian bermaksud sesuatu, maka shalatlah dua raka'at sunnah kemudian berdoalah..." (HR. Bukhori)

Kapan Waktu Sholat Istikhoroh?

Sholat istikhoroh umumnya dilaksanakan pada sepertiga malam, namun dapat pula sholat istikhoroh dilaksanakan pada waktu kapanpun jika pelaksanaan shalat istikhoroh sudah dihadapkan dengan urusan yang sudah mendesak, tetapi hendaknya tidak pada waktu yang di haramkan melakukan sholat yaitu pada waktu sehabis sholat Subuh sampai matahari meninggi dan sehabis Sholat Ashar sampai matahari tenggelam.

Bagaimana cara melaksanakan sholat istikhoroh?

Sholat Istikhoroh sama seperti shalat sunnah lainnya, yakni dengan jumlah dua rakaat. Sebelum itu, hendaknya bersikap senetral mungkin terhadap pilihan-pilihan yang ada. Kemudian, memantapkan hati dengan kepasrahan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.

Dan berikut niat Shalat Istikhoroh

أصلى سنة الإستخارة ركعتين لله تعالى

UShOLLII SUNNATAL ISTIKHOORO(TI/H) ROK'ATAINI LILLAAHI TA"ALA.

Aku berniat shalat istikhoroh dua raka'at karena Allah Ta'ala.

Pada rakaat pertama, setelah membaca surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al Kafirun, dan pada rakaat kedua setelah membaca surat Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat Al Ikhlas.

Kemudian setelah selesai sholat Istikhoroh, setelah salam dianjurkan untuk membaca doa berikut, yang dikutip dari 'Nihayatuz Zain' karya Syekh Nawawi Banten:
                                                                                              
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرُي وَعَاجِلِ أَمْري وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أمري وعاجل وآجله فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِيْ بِهِ

ALLAAHUMMA INNI ASTAKhIIRUKA BI’ILMIKA WA ASTAQDIRUKA BIQUDROTIKA WA AS-ALUKA MIN FADhLIKAL ‘AZhIIMI, FA INNAKA TAQDIRU WA LAA AQDIR(U), WA TA’LAMU WA LAA A’LAM(U), WA ANTA ‘ALLAAMUL GUYUUB, ALLAAHUMMA IN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADzAL AMRO (…..) KhOIRUL LII FII DIINII WAD DUNYAYA WA MA’AASyI WA ‘AAQIBATI AMRII ‘AAJILI AMRI WA AJILIHI FAQDURHU LII WA YASSIRHU LII TsUMMA BAARIK LII FIIHI, WA IN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADzAL AMRO SyARRUN LII FII DIINII WA MA’AASyII WA ‘AAQIBATI AMRII WA ‘AAJILIHI WA AJALIHI FAAShRIFHU ‘ANNII WASRIFNII ‘ANHU WAQDUR LIYAL KhOIRA HAITsU KAANA TsUMMA RODhINII BIHI..

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu, dengan ilmu pengetahuanMu, dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan keMaha KuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya, dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan masalah yang dihadapinya) lebih baik dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, takdirkan ia untukku, mudahkan jalannya, dan berilah berkah. Sebaliknya, jika Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, dunia, kehidupan, dan akibatnya terhadap diriku baik seketika maupun suatu ketika nanti, maka singkirkan persoalan itu, dan jauhkan aku darinya. Takdirkanlah bagiku kebaikan di mana saja berada, dan berilah ridha-Mu untukku,” (Kitab Nihayatuz Zain – Syeikh Nawawi Al Banteniy, Halaman 124, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah).

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : 
@shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : 
@shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : 
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau 
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Kamis, 23 April 2020

Menggapai Lailatul Qadar.


Menggapai Lailatul Qadar.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِوَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍتَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍسَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an pada malam qadar (kemuliaan)). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhannya. Malam  itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (QS. Al Qadr (97) : 1-5) 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada suatu malam  yang diberkahi". (QS. Ad Dukhaan (44) : 3)

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan lailatul qodar (dengan ibadah) karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (HR. Bukhori No.34, 36, 1875, 1768, Muslim No.1269, At Tirmidzi No.619 Abudaud No.1165,  An Nasa’i No.2177)

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Abu Suhail dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan". (HR. Bukhori No.1878, 1880, Muslim No.1989, 1990, 1991, 1998, At Tirmidzi No.722, Abudaud No.1173, 1175, Ibnumajah No.1756,  Ahmad No.5275, 19879, 19896, 23306)

حَدَّثَنَا شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الَّذِي كَانَ يَكُونُ فِي بَنِي دَالَانَ يَزِيدُ الْوَاسِطِيُّ عَنْ طَلْقِ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي عَقْرَبٍ الْأَسَدِيِّ قَالَ أَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَوَجَدْتُهُ عَلَى إِنْجَازٍ لَهُ يَعْنِي سَطْحًا فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَصَعِدْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا لَكَ قُلْتَ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبَّأَنَا أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي النِّصْفِ مِنْ السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ وَإِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ صَبِيحَتَهَا لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ قَالَ فَصَعِدْتُ فَنَظَرْتُ إِلَيْهَا فَقُلْتُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Telah menceritakan kepada kami Syuja' bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Abu Khalid yang dikenal di kalangan banu Dalan dengan Yazid Al Wasithi dari Thalq bin Habib dari Abu 'Aqrab Al Asadi ia berkata, "Aku menemui Ibnu Mas'ud yang saat itu aku dapati ia berada di hasil buminya - tempat pengeringan kurma-. Aku mm dia mengatakan, 'Maha benar Allah dan Rasul-Nya'. Aku lalu naik dan mendekat ke tempat ia berada, aku lalu tanyakan kepadanya, 'Wahai Abu 'Abdurrahman, ada apa? Engkau katakan 'Maha benar Allah dan Rasul-Nya'? Ibnu Mas'ud lalu menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa malam lailatul qadar pada pertengahan tujuh hari terakhir, sebagai tandanya matahari akan muncul di pagi hari dengan tidak membawa sinar." Ibnu Mas'ud melanjutkan, "Aku lalu naik untuk melihat dan melihatnya, lalu aku katakan, 'Maha benar Allah dan Rasulk-Nya'." (HR. Ahmad No.4143)

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَجَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ وَجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَابْنِ عُمَرَ وَالْفَلَتَانِ بْنِ عَاصِمٍ وَأَنَسٍ وَأَبِي سَعِيدٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ وَأَبِي بَكْرَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَبِلَالٍ وَعُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَوْلُهَا يُجَاوِرُ يَعْنِي يَعْتَكِفُ وَأَكْثَرُ الرِّوَايَاتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ وَرُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَلَيْلَةُ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ وَخَمْسٍ وَعِشْرِينَ وَسَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَتِسْعٍ وَعِشْرِينَ وَآخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى قَالَ الشَّافِعِيُّ كَأَنَّ هَذَا عِنْدِي وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُجِيبُ عَلَى نَحْوِ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يُقَالُ لَهُ نَلْتَمِسُهَا فِي لَيْلَةِ كَذَا فَيَقُولُ الْتَمِسُوهَا فِي لَيْلَةِ كَذَا قَالَ الشَّافِعِيُّ وَأَقْوَى الرِّوَايَاتِ عِنْدِي فِيهَا لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَنَّهُ كَانَ يَحْلِفُ أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَيَقُولُ أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَلَامَتِهَا فَعَدَدْنَا وَحَفِظْنَا وَرُوِيَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ أَنَّهُ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ تَنْتَقِلُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ أَيُوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ بِهَذَا

Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ishaq Al Hamdani telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari Hisyam bin 'Urwah dari Ayahnya dari 'Aisyah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa ber'itikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadlan dan beliau bersabda: 'Raihlah malam lailatul Qodar pada sepuluh hari terakhir'." Hadits semakna diriwayatkan dari Umar, Ubay bin Ka'ab, Jabir bin Samurah, Jabir bin Abdullah, Ibnu Umar, Al Falatan bin 'Ashim, Anas, Abu Sa'id, Abdullah bin Unais, Abu Bakrah, Ibnu Abbas, Bilal, dan Ubadah bin Shamit. Abu 'Isa berkata; "Hadits 'Aisyah merupakan hadits hasan shahih, dan arti dari perkataan berliau "yujawiru" yaitu ber'itikaf. Kebanyakan riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam hal memakai lafazh: "Raihlah Lailatul Qodar pada sepuluh malam terakhir di malam yang ganjil". Diriwayatkan juga dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa lailatul qodar diraih pada malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh dan dua puluh sembilan serta malam terakhir bulan Ramadlan. Abu 'Isa berkata; "Syafi'i berkata; 'Itu hanya pendapatku. Allah lebih tahu. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab pertanyaan kami seperti yang sebelumnya. Beliau akan menjawab sebagaimana yang pertama. Ditanyakan kepada beliau, yang bisa mencarinya pada malam yang demikian". Lalu beliau kabarkan: "Carilah pada malam yang sekian…". Syafi'i berkata; riwayat yang paling kuat menurutku ialah riwayat malam ke dua puluh satu." Abu 'Isa berkata; "Diriwayatkan juga dari Ubay bin Ka'ab. Dia bersumpah bahwa lailatul Qodar diraih pada malam ke dua puluh tujuh. Dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabari kami tanda-tandanya lalu kami hapalkan." Diriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa beliau berkata; "Malam lailatul qodar itu berpindah-pindah pada sepuluh hari terakhir." Telah menceritakan kepadaku Abdu bin Humaid telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq dari Ma'mar dari Ayyub dari Abu Qilabah. (HR. At Tirmidzi No.722)

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ أَنَّ نَافِعًا أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahab dari Yunus bahwa Nafi' mengabarkannya dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua berkata: " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan". (HR. Bukhori No.1885, Muslim No.2005, At Tirmidzi No.720, Ibnumajah No.1763, Abudaud No.2106, 2109, Ahmad No.5896)

وعنْ عائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : إِذا دَخَلَ العَشْرُ الأَوَاخِرُ مِنْ رمَضَانَ ، أَحْيا اللَّيْلَ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَه ، وجَدَّ وَشَدَّ المِئزرَ.  متفقٌ عليه

Dari 'Aisyah ra., ia berkata:"Rasulullah Saww. apabila telah masuk pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, beliau selalu beribadah pada waktu malam serta membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh ibadah dan mengikatkan sarungnya (tidak bersetubuh dengan istrinya)". (HR.Bukhari dan Muslim)

وعنْ عائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَجْتَهِدُ فِي رَمضانَ مَالا يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ ، وفي العَشْرِ الأَوَاخِرِ منْه ، مَالا يَجْتَهدُ في غَيْرِهِ.  رواهُ مسلمٌ

Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, berkata: "Rasulullah saww. sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan, tidak seperti pada bulan-bulan yang lain, dan pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau saww. semakin bersungguh-sungguh dalam beribadah tidak seperti pada malam-malam yang lain (dihari Ramadhan)." (Riwayat Muslim)

Kapankah atau tepatnya Malam Qadar (Lailatul Qadar) itu ?

Menurut pendapat yang masyhur tentang malam Al-qadar dengan mengutip keterangan dari Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Abbas dan kebanyakan pendapat ulama', adalah jatuh pada malam yang keduapuluh tujuh, dengan mengambil dalil dari sabda Nabi Saww.:"Iltamisuu lailatal qadri fii sab-in wa isyriina khalat min syahri ramadhaana. "Carilah malam Al-Qadar pada malam keduapuluh tujuh yang telah berlalu  dari bulan Ramadhan". Yaitu malam yang pada waktu pagi cuacanya sangat cerah, dan yang dengan cuaca itu Allah telah menjayakan agama Islam dan menurunkan Malaikat untuk memberikan pertolongan kepada Kaum Muslimin.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي عَبْدَةُ عَنْ زِرٍّ قَالَ سَمِعْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ يَقُولُا وَقِيلَ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran Ar Razi telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim Telah menceritakan kepada kami Al Auza'i telah menceritakan kepadaku Abdah dari Zirr ia berkata, saya mendengar Ubay bin Ka'ab berkata, dan telah dikatakan kepadanya bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata, "Siapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan menemui malam Lailatul Qadr." Ubay berkata, "Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu terdapat dalam bulan Ramadlan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadr itu adalah malam, dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot." (HR. Muslim No.1272)

و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا

Dan telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb - Zuhair berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari bapaknya radliallahu 'anhu, ia berkata; Seorang bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada malam kedua puluh tujuh bulan Ramadlan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku bermimpi seperti mimipimu, yaitu pada sepuluh malam yang akhir. Karena itu, carilah ia pada malam-malam yang ganjil." (HR. Muslim No.1987, 1999, 2000)

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّهُ سَمِعَ مُطَرِّفًا عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz telah menceritakan kepada kami ayahku telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Qatadah bahwa dia mendengar Muttharif dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengenai lailatul qadr, beliau bersabda: "Lailatul qadr adalah malam ke dua puluh tujuh." (HR.Abudaud No.1178, Ahmad No.6185)

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدَةَ بْنِ أَبِي لُبَابَةَ وَعَاصِمٍ هُوَ ابْنُ بَهْدَلَةَ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ وَزِرُّ بْنُ حُبَيْشٍ يُكْنَى أَبَا مَرْيَمَ يَقُولُ قُلْتُ لِأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ إِنَّ أَخَاكَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ يَغْفِرُ اللَّهُ لِأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَقَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلَكِنَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ قَالَ قُلْتُ لَهُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ بِالْعَلَامَةِ أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdah bin Abu Lubabah serta 'Ashim yaitu Ibnu Bahdalah mereka telah mendengar Zirrb Hubaisy yang diberi kunya Abu Maryam, ia berkata; saya berkata kepada Ubai bin Ka'ab saudaramu yaitu Abdullah bin Mas'ud berkata; barang siapa yang melakukan shalat satu tahun maka ia mendapatkan lailatul qadar. Kemudian Ubai berkata; semoga Allah merahmati Abu Abdur Rahman; sungguh ia telah mengetahui bahwa lailatul qadar itu ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu malam ke tujuh puluh dua, akan tetapi ia ingin agar orang-orang tidak berbergantung kepadanya. Kemudian ia bersumpah dan tidak mengucapkan insya Allah, bahwa malam tersebut adalah malam kedua puluh tujuh. Zirr berkata; aku katakan kepadanya; berdasarkan apakah engkau mengatakan hal tersebut wahai Abu Al Mundzir? Ia berkata; dengan tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atau dengan tanda bahwa matahari terbit pada hari itu tidak memiliki sinar. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih. (HR.At Tirmidzi No.3274)

Keterangan diatas dikuatkan lagi oleh sebuah riwayat yang menceritakan bahwa Utsman bin Al-'Ash mempunyai pembantu kecil yang berkata padanya:"Wahai tuan, sesungguhnya aku mendapatkan air laut rasanya tawar pada suatu malam Ramadhan". Utsman bin Al-'Ash berkata:"Apabila hal itu terjadi lagi di suatu malam, maka hendaklah kamu memberitahukan kepadaku". Lalu dia memberitahukan  kepadanya, ternyata malam itu adalah malam keduapuluh tujuh dari bulan Ramadhan.

Keterangan diatas masih dikuatkan lagi oleh penganalisaan sebagian ulama', yakni bahwa jumlah kalimat yang ada pada surat Al-Qadar adalah tigapuluh kalimat, sejumlah hari pada bulan Ramadhan. Demikian pula lafazh hiya (malam itu) dari kalimat salamun hiya, merupakan bagian kesempurnaan ayat yang keduapuluh tujuh. Dan kalimat yang menunjukkan malam Al-Qadar, pembacaannya adalah dengan diucapkan sekaligus, sekalipun kalimat-kalimat dalam surat Al-Qadar itu mengandung banyak kalimat seperti anzalnahu. Menurut analisa yang lain disebutkan, bahwa huruf yang menunjukkan nama lailatu'l Qadr ada sembilan huruf yaitu: Lam, Ya, Lam, Ta, Hamzah (Alif), Lam, Qaf, Dal, dan Ra. Dan Kalimat Lailatu'l-Qadri dalam surat Al-Qadar diulang sampai tiga kali, jadi 9x3=27.

Menurut pendapat lain yang dikutip dari keterangan sebagian ahli kasyaf menjelaskan, bahwa malam Al-Qadar itu jatuh pada hari yang bertepatan dengan awal bulan Ramadhan (pada sepuluh terakhir), Hanya saja, pendapat ini tidak dilandasi dengan pegangan apapun, sehingga dimungkinkan pendapat itu tidak terarah.

Menurut analisa Syaikh Ahmad Zaruq dan lainnya dijelaskan, bahwasanya malam Al Qadar itu tidak terlepas dari malam Jum'at pada tanggal-tanggal yang gasal/ganjil dari malam-malam yang akhir bulan Ramadhan. Analisa seperti ini juga dikutip dari keterangan Ibnu'l-'Arabi.

Didalam kitab tafsir Imam Al-Khatib dikemukakan suatu ketentuan tentang malam Al Qadar, dengan mengutip penjelasan dari Syaikh Abu'l Hasan Asy-Syadzali, Bahwasanya:

1. Jika awal Ramadhan pada hari Ahad, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh sembilan.
2. Jika awal Ramadhan pada hari Senin, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh Satu. kemudian perhitungan seterusnya dilakukan dengan naik dan turun menurut harinya.
3. Jika awal Ramadhan pada hari Selasa, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh tujuh.
4. Jika awal Ramadhan pada hari Rabu, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal sembilanbelas.
5. Jika awal Ramadhan pada hari Kamis, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh lima.
6. Jika awal Ramadhan pada hari Jum'at, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal tujuhbelas.
7. Jika awal Ramadhan pada hari Sabtu, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh tiga. (di dalam Kitab At-Tuhfa Al-Mardhiyyah)

Amalan/doa/dzikir agar mendapatkan Lailatul Qadar.

لا إله إﻻ الله الحليم الكريم سبحان رب السموات السبع و رب العرش العظيم

LAA ILAAHA ILLALLAAHUL HALIIMUL KARIIM, SUBHAANA RABBIS SAMAAWAATIS SAB'I WA RABBIL 'ARSYIL 'AZHIIM.

Artinya : Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah Yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia, Maha Suci Tuhan tujuh lapis langit dan Tuhan Arsy yang agung.

Di dalam kitab Kanz An Najah Wa As Surur karya Asy Syaikh Abdul Hamid Kudus, disebutkan, Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadits yang mengatakan, “Barangsiapa mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAHUL HALIIMUL KARIIM, SUBHAANA RABBIS SAMAAWAATIS SAB'I WA RABBIL 'ARSYIL 'AZHIIM sebayak tiga kali, ia seperti orang yang mendapatkan Lailatul Qadar.” Maksudnya, barangsiapa mengucapkan kalimat tersebut pada malam yang diduganya Lailatul Qadar padahal malam itu bukan Lailatul Qadar dan ia melakukan amal shalih pada malam itu maka nilai amalnya sama seperti bila dilakukan pada Lailatul Qadar. (Kitab Kanz An Najah Wa As Surur - Asy Syaikh Abdul Hamid Kudus, Hal : 250).

Ijazah dari Habib Muhammad bin Abdullah Bilfaqih Malang.

من قرأ يا حي يا قيوم مائة مرة فى شهر رمضان أدرك ليلة القدر

Barangsiapa yang membaca YAA HAYYU YAA QOYYUUM sebanyak 100 kali setiap hari pada bulan Ramadhan niscaya ia akan mendapatkan Lailatul Qodri.

Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syatiri berkata :
Barangsiapa membaca do’a dibawah ini sebanyak 7 kali setelah sholat witir, insya Allah ia akan mendapatkan Lailatul Qodar.

اللهم اطلع علينا ليلة القدر العظيمة القدر في اليقظة والمنام

ALLAHUMMA AThLI’ ‘ALAINAA LAILATAL QODRIL ‘AZhIIMATAL QODRI  FIL YAQOZhOTI WAL MANAAM(I).

Ya Allah, Tampakkanlah/beritahulah kepada kami malam Lailatul Qodri di dalam keadaan terjaga (tidak tidur) dan di dalam keadaan tidur (mimpi).

Apa yang harus kita lakukan pada malam Qadar (Laitul Qadar) itu ?

Kita memperbanyak shalat, berdoa, memperbanyak memohon ampun (istigfar) kepada Allah, dzikir atau shalawat kepada Nabi Muhammad Saww. pada malam tersebut.

وعنْ عائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا ، قَالَتْ : قُلْتُ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِن عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ ما أَقُولُ فيها ؟ قَالَ : قُولي : اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العفْوَ فاعْفُ عنِّي  رواهُ التِرْمذيُّ وقال : حديثٌ حسنٌ صحيحٌ

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu, seandainya saya mengetahui pada malam itu adalah lailatul-qadri, apakah yang harus saya baca/ucapkan pada malam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ucapkanah/bacalah: ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, gemar memberikan pengampunan, maka ampuniiah saya). “ (HR. At Termidzi No.3435 dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih, Ibnumajah No.3840, Ahmad No.24215).

Dikutip dari:

* Al Qur’an.
* Hadis 9 Imam (Kutubu Tis’ah).
* Riyadhus Shalihin - Imam An-Nawawi.
* Durratun Nasihin - Usman Alkhaibawi.
* At-Tuhfa Al-Mardhiyyah fil Akhbaril Qudsiyyah wal Ahadits Nabawiyyah - Asy-Syaikh Abdul Majid Al-'Adawiy.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس