Senin, 03 Februari 2020

Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Islam.


Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Islam.

Membangun generasi itu butuh persiapan yang matang, karena Islam memiliki visi misi yang besar untuk setiap keluarga muslim, dan visi misi tersebut sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad serta para sahabatnya, bahkan diabadikan di dalam Al-Quran Qs. At-Tahrim 21. [Baca: visi misi penting untuk generasi muslim]. Nah salah satu bentuk persiapan dalam membangun generasi adalah mengetahui kewajiban orangtua pada anaknya. Hal ini demi terwujudnya harapan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk generasi kita.

Oleh sebab itu di kami akan menyebutkan kewajiban-kewajiban orang tua kepada anaknya berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Baiklah langsung saja berikut kewajiban orang tua terhadap anak menurut Islam:

Kewajiban Orang tua Terhadap Anak.

1. Memberi Nama Kepada Anak yang Baru Lahir.

Inilah kewajiban orang tua terhadap anak yang pertama adalah memberikan nama yang baik, Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu, Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَحَبَّ أَسمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبدُاللَّهِ وَ عَبدُ الرَّحْمَنِ

"Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman." (HR. Muslim no. 2132)

Nama apa saja yang bagus untuk anak? Sebagaimana hadits di atas, Antum bisa memberikan nama anaknya dengan nama Abdurrahman, Abdullah, para nabi, para sahabat atau yang lainnya yang penting mengandung makna yang baik dan tidak menyimpang dari syariat.

2. Menyusui Anak.

Untuk yang satu ini adalah ditujukan pada uminya atau ibunya. Menyusui adalah bentuk interaksi anak dengan ibunya, di mana saat itu adalah waktu yang sangat tepat untuk mengajarkan hal-hal yang baik. Misalnya mengenalkan Allah, mengenalkan Islam atau bisa juga dibacakan al-Quran (mengaji). Perkataan-perkataan yang baik akan sangat berpengaruh baginya meskipun si anak sendiri belum bisa bicara.

Dalil tentang menyusui ini ada di dalam Qs. Al-Ahqaf dan Al-Baqarah:

Allah berfirman, yang artinya: "Kami perintahkan kepada manusia Supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan". [Al Ahqaf : 15]

Allah juga berfirman, "Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan". [Al Baqarah: 233]

3. Kewajiban Orang Tua Mendidik Anak.

Mendidik anak merupakan salah satu yang paling penting di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya. Saudaraku, ketahuilah bahwa semua dimulai dari pendidikan, bahkan pertama kali Islam turun pun membahas tentang pendidikan (membaca dan menulis di Qs. Al-Alaq 1-2). Lalu pendidikan apa yang bagus untuk anak?

Mendidik anak yang baik adalah pendidikan secara Islami, dan bukan seperti pendidikan yang banyak dipercaya oleh orang-orang saat ini. Hari ini masyarakat sudah sangat akrab dengan model pendidikan  barat yang sekuler. Bahkan banyak sekali yang beranggapan pendidikan sekular lebih maju atau lebih baik dibandingkan model pendidikan 1500 tahun yang lalu (pendidikan masa kejayaan Islam). Sehingga tidak sedikit juga orangtua yang takut meletakkan kedua kaki anaknya di bangku sekolah yang berlabel lembaga Islam. Takut akan nasib sang anak di dunia, sehingga memisahkan antara Islam dan umum.

Maka untuk memenuhi kewajiban ini orang tua (khususnya ayah sebagai pemimpin rumah tangga) harus mengacu dan melihat bagaimana Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- mendidik para sahabat dan generasi awal umat Islam. Karena konsep tersebut telah terbukti melahirkan generasi terbaik, sampai-sampai Islam berhasil menguasai dunia di beberapa abad. Jadi akan sayang sekali jika sistem terbaik yang panduannya langsung dari Allah malah dikesampingkan.

4. Menanamkan Karakter Iman Sejak Dini.

Jika hari ini banyak yang menciptakan dan merumuskan "pendidikan karakter" maka Islam lebih dulu membuatnya dan dinamakan sebagai karakter imani. Terlebih lagi perencanaan kurikulum "pendidikan karakter" yang dimiliki Islam bukan dari manusia, melainkan dari Allah taala atau bisa diartikan the real character building.

Dalil kewajiban orang tua untuk menanamakan karakter iman pada anak ini tertulis dalam hadits Jundub bin Abdillah radiyallahuanhu:

عن جُنْدُبِ بن عبد الله قال: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً ) رواه ابن ماجة (61) والطبراني في المعجم الكبير (1678) والبيهقي في سننه الكبرى (5075) وهو حديث صحيح

Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata : "Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, kami belajar iman sebelum Al Qur'an kemudian setelah kami belajar Al Qur'an bertambahlah keimanan kami. Sedangkan kalian sungguh pada hari ini justru belajar Al Qur'an dulu sebelum belajar iman" (Riwayat At Thabrani, Al Baihaqi, dan Ibn Majah)

Ya, itulah kunci keberhasilan generasi para sahabat. Yaitu "belajar iman dan iman" sejak dini. Untuk mengetahui maksud belajar iman sebelum al-Quran, [maksud belajar iman sebelum Quran] agar kalian tidak salah paham. Tapi intinya hampir mirip seperti menanamkan "aqidah dan tauhid" hanya saja ini lebih dalam dan bisa menumbuhkan iman serta menguatkan pondasi aqidah anak.

Jadi kita tidak perlu ragu lagi untuk menunaikan kewajiban orang tua yang satu ini, sebab selain itu penanaman karakter iman juga akan mengajarkan moral generasi dari segala sisi kehidupannya, baik sosial, bisnis, politik dan lain-lain.

5. Mengajarkan "Adab" pada Anak Sejak Dini.

Poin kelima ini juga tidak kalah penting, yakni mengajarkan adab-adab Islam demi terciptanya ilmu yang bermanfaat. Betapa banyak hari ini yang hafal al-Quran namun adabnya sama sekali tidak menggambarkan al-Quran. Maka semua ulama ahlus sunnah wal jamaah dahulu sangat memperhatikan adab. Imam Malik rahimahullah berkata,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

"Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu"

Abdullah bin Mubarak juga berkata, "Dahulu kami belajar adab 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun".

6. Mengajarkan Shalat Ketika Umur 7 Tahun.

Mengajarkan sholat adalah bagian dari kewajiban orang tua. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memerintahkan para orang tua agar mulai mengajarinya shalat di usia 7 tahun:

ﻋَﻦْ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺷُﻌَﻴْﺐٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﻋَﻦْ ﺟَﺪِّﻩِ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣُﺮُﻭﺍ ﺃَﻭْﻻﺩَﻛُﻢْﺑِﺎﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀُ ﺳَﺒْﻊِ ﺳِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﺿْﺮِﺑُﻮﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀُ ﻋَﺸْﺮٍ ﻭَﻓَﺮِّﻗُﻮﺍ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻀَﺎﺟِﻊِ‏: ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺼﻼﺓ‏

Dari Amar bin Syu'aib, dari ayahnya dari kakeknya ia berkata: Rasulullah Bersabda: "Perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)" (HR.Abu Daud dalam kitab sholat Hadits shahih; Sunan Abu Daud (2/162/419) , Ibnu Majah (5868) (2/237/84), Hakim (1/197)

Memukul disini yaitu untuk memberikan pelajaran (tidak keras), bukan memukul dengan kekerasan dan tidak memukul bagian kepala/wajahnya.

7. Menanamkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad dan keluarganya.

Mengarahkan anak agar lebih mendahulukan mencintai Allah dan RasulNya dibandingkan orang tua bisa menyebabkan si anak mudah menerima seruan Allah, baik berupa ayat maupun hadits. Bahkan iman seorang hamba tidak akan sempurna sampai dia mencintai keduanya daripada seluruh manusia. Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda

لاَ يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حتى أكُوْنَ أحَبَ إلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلَدِهِ وَ النَّاسِ أجْمَعِيْنَ

"Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sampai aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada bapaknya, anaknya dan seluruh manusia" (H.R Al Bukhari (14) Muslim (2/15 Nawawi), Ibnu Majah (67), Ad Darimi (2/307), Ahmad)

أَحِبُّوا اللهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي لِحُبِّ اللهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي

Dari Ibnu Abbas ra. Nabi Muhammad saww. bersabda : "Cintailah Allah kerena nikmat-nikmat yang di anugerahkan-Nya, cintailah aku karena kecintaan kepada Allah dan cintailah Ahlul-baitku (keluargaku) karena kecintaamu kepadaku.". (HR. At Tirmidzi, At Tabarani, dan Al Hakim)

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي عن علي)

Dari Ali kwj., Nabi Muhammad saww. bersabda : " Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara : Kecintaan kepada Nabimu, Kecintaan kepada Ahlul Baitnya, dan cinta membaca Al-Qur'an.". (HR. Ad Dailami)

8. Mengajarkan Al-Quran dan Kandungannya Pada Anak.

Al-Qur'an sudah menjadi tolak ukur untuk sebuah generasi. Jika Al-Qur'an ini hidup di sebuah generasi, maka pasti generasi tersebut akan menjadi generasi yang unggul bagi pemimpin bumi. Namun sebaliknya jika Al-Qur'an ini jauh dari generasi, maka masyarakat negri akan gelap dalam dekapan jahiliyah dan muslim tidak mampu menjadi pemimpinnya. Bukankah hari ini sudah terbukti di negara kita?

Maka sebab itu setiap orang tua wajib mendidik anaknya agar cinta dan belajar al-Quran, bukan hanya dihafal namun juga dipelajari maknanya. Itulah gambaran generasi yang kokoh sebagaimana dulu para salafus shalih. Dari sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

خَيْرُكُمْ مضنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya". (HR.  Bukhari No.5027)

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي عن علي)

Dari Ali kwj., Nabi Muhammad saww. bersabda : " Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara : Kecintaan kepada Nabimu, Kecintaan kepada Ahlul Baitnya, dan cinta membaca Al-Qur'an.". (HR. Al-Dailami)

Untuk itu tunaikan kewajiban ibu dan ayah terhadap anak yang satu ini. Agar berhasil mencetak generasi Qurani.

9. Memberikan Nafkah yang Halal.

Kewajiban orang tua kepada anak menurut Islam yang kesembilan ialah memberikan nafkah yang halal. Sebaik apapun cara kita mendidik anak namun jika apa yang dia makan, dia pakai melalui harta yang syubhat sekali pun maka tidak akan membuahkan keberkahan. Yang syubhat saja harus ditinggalkan apalagi yang jelas-jelas haram?

Allah Maha Kaya, janganlah kita khawatir dengan harta dunia.  Sebaik apapun kita menjaga harta, tetap saja ia akan lepas dari genggaman kita saat meninggal.

10. Banyak Berkisah Pada Anak.

Inilah kewajiban yang sudah dicontohkan Allah terhadap hambaNya, dimana pada isi al-Quran hampir setengahnya adalah kisah. Itu artinya di sana banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, Allah berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (Qs.Yusuf:111)

 فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ

"Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan."

Dengan kita mengisahkan atau menceritakan kisah-kisah para Nabi, para sahabatnya yang ta’at kepada Allah, para Aulia Allah. Dan para sholihin maka bisa menjadikan seorang anak tumbuh menjadi seorang yang mencintai mereka, karena ada pribahasa tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.

11. Membiasakan Kebaikan Pada Anak.

Percaya atau tidak percaya, bahwa anak yang masih kecil, misalnya usia satu tahun, dia sudah bisa menirukan apa yang diajarkan kepada anak. Sebab dia adalah peniru ulung. Apa yang menjadi kebiasaan orangtuanya bukan tidak mungkin akan membentuk karakter anak. Berikut cara membiasakan hal yang baik kepada anak usia dini:

Mengucapkan salam sebelum masuk rumah walaupun belum bisa bicara.
Meminta izin dalam segala hal pada orang tuanya.
Menjawab bersin. "Alhamdulillah" "Yarhamukallah" dan "Yahdikumullah"
Berkata baik dan penuh adab sopan santun.
Bersyukur setiap hendak makan.
Berdoa setiap melakukan hal.
Dan masih banyak lagi yang lainnya.

12. Mengajarkan Kejujuran.

Sampai kepada kewajiban orang tua pada anak menurut hukum Islam yang ke 12. Jujur ialah sikap terpuji yang wajib ditanamkan kepada anak-anak kita. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahuanhu dari Nabi Shallallahualaihi wa sallam, Beliau bersabda.

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

"Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun kepada surga, dan sesungguhnya seseorang berkata jujur sehingga dia menjadi orang yang jujjur. Dan sesungguhnya kedustaan menunjukkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantar kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang berkata dusta hingga ia tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR Al Bukhari No.6094)

13. Adil Pada Semua Anak.

Adil untuk semua anak baik laki-laki maupun perempuan harus ditunaikan oleh setiap orang tua, sebab adil adalah keteladanan orang tuanya yang akan diwariskan pada generasi setelahnya, maka barang siapa yang tidak adil bisa jadi rantai ini akan terus menyambung sampai keturunan berikutnya. Perkara adil ini sangat ditekankan oleh nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, sampai-sampai beliau menyebutnya 3 kali:

Dari Nu'man bin Basyir radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda:

اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ

"Bersikap adillah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu" (HR. Ahmad 4/275,278,375)

14 & 15. Keteladanan dan Doa dari Orang Tuanya.

Keteladanan sudah menjadi perkara mutlak untuk diterapkan oleh setiap pendidik, sebagaimana Rasulullah yang menjadi teladan bagi umatnya. Untuk itu mari membaca al-Quran sebelum menyuruh anak membacanya, mari mengerjakan sunnah-sunnah Rasulullah, mari mengerjakan hal-hal baik dalam Islam dan juga yang tidak kalah penting adalah berdoa kepada Allah ta'ala:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" (Qs. Ash-Shaffaat: 100)

اللهم اجعلنا واولادنا وذريتنا من اهل العلم واهل الخيرواهل القران واهل السنة واهل العبادة وأهل الجنة ومن أوليائك المتقين وحزبك المفلحين وعبادك الصالحين . ولا تجعلنا واياهم من اهل السوء واهل اضير. وارزقنا واياهم علما نافعا. ورزقا واسعا. وخلقا حسنا. والتوفيق للطاعة. وفهم النبيين. وحفظ المرسلين. والهام الملائكة المقربين. وافتح قلوبنا وقلوبهم فتوح العارفين. بفضلك وكرمك ورحمتك ياارحم الراحمين

ALLAHUMMAJ'ALNAA WA AULAADANAA WA DzURRIYYATANAA MIN AHLIL 'ILMI WA AHLIL KhOIR(I) WA AHLIL QUR-AAN(I) WA AHLIS SUNNA(TI/H) WA AHLIL IBAADA(TI/H) WA AHLIL JANNA(TI/H), WA MIN AULIYAA'IKAL MUTTAQIINA WAHIZ BIKAL MUFLIHINA WA 'IBAADIKASh ShoLIHIIN(A).
WA LAA TAJ'ALNAA WA IYYAHUM MIN AHLIS SUU-I WA AHLIDh DhOIIR, WARZUQNAA WA IYYAAHUM 'ILMAN NAAFI'AAN, WA RISQON WAASI'AAN, WA KhULUQON HASANAAN, WAT TAUFIIQO LIThThOO'AATI, WA FAHMAN NABIYYIINA, WA HIFZhOL MURSALIINA, WA ILHAAMAL MALAA-IKATIL MUQORROBIINA, WAFTA QULUUBANAA WA QULUUBAHUM FUTUUHAL 'AARIFIINA, BIFADhLIKA WA KAROMIKA WA ROHMATIKA YAA ARHAMAR ROOHIMIN.

Artinya : Ya Allah, jadikanlah kami, anak-anak kami, dan keturunan keluarga kami dari golongan orang-orang yang ahli berilmu, orang-orang ahli kebaikan, yang ahli Qur’an, yang ahli (menghidupkan) sunnah, yang ahli ibadah, ahlil surga, dan dari kekasih-Mu (wali-wali) yang taqwa, dan golongan-Mu yang bahagia dan hamba-hamba-Mu yang shaleh. dan janganlah Engkau jadikan kami dan mereka itu dari golongan orang-orang jahat dan orang-orang yang membuat kerusakan, berilah rizqi kepada kami dan mereka ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas, budi pekerti yang baik, pertolongan untuk menjalankan ketaatan, kefahaman para Nabi, penjagaan para utusan, ilham para malaikat muqorrobin dan bukalah hati kami dan hati mereka sebagaimana terbukanya orang-orang yang telah ma'rifat sebab anugrah-Mu, kedermawanan-Mu dan kasih sayang-Mu, Wahai Allah Yang Maha Penyayang dari semua penyayang.

اللهم اصلح ذريتي واهدهم إلى سبيل الرشاد

ALLAAHUMMA AShLIH DzURRIYYATII WAHDIHIM ILAA SABIILIR-ROSyAAD(I).

Artinya : "Ya Allah, baguskanlah keturunanku dan berilah mereka petunjuk kejalan yang benar.".

ربنا هبلنا من ازواجنا وذريتنا قرة اعين واجعلنا للمتقين إماما

ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAAJINAA WA DzURRIYYATINAA QURROTA A'YUNIN WAJ'ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMA(N).

Artinya : "Ya Allah, berikanlah dari istri-istri dan zuriat-zuriat kami orang-orang yang menjadi idaman hati di masyarakat, dan jadikanlah kami menjadi ikutan bagi orang-orang takwa.".

16. Menikahkan Anaknya.

Kewajiban orang tua terhadap anak yang terakhir adalah menikahkannya, apalagi hari ini adalah zaman fitnah di mana aurat sudah menjadi barang halal bagi pelaku maksiat. Jadi sebaiknya bagi putra putri bapak yang sudah mampu dan tidak kuat menahan nafsu dinikahkan saja langsung. Insyaallah bila sudah menikah mereka akan mandiri dengan sendirinya. Allah berfirman:

"Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin), dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki maupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya." (Qs. An-Nur: 32)

Itulah beberapa kewajiban tanggung jawab orangtua terhadap anaknya yang perlu di perhatikan, agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.

(Dipetik dari berbagai sumber)

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
           
Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Tidak ada komentar:

Posting Komentar