Senin, 27 Januari 2020

BEGITU PENTINGNYA SANAD DALAM ISLAM.


BEGITU PENTINGNYA SANAD DALAM ISLAM.

Definisi Sanad.

“Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar sanada, yasnudu (يسند سند), artinya: “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “ tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya” atau "yang sah”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya.

Sedang menurut istilah ialah:

السند هو سلسلة الرجال الموصولة للمتن

Sanad ialah silsilah matarantai orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits.

الأخبار عن طريق المتن

“pemberitaan tentang jalan (yang dilalui) matan”

السند هو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره الأول

Sanad  ialah matarantai para perawi yang memindahkan hadits dari sumbernya yang pertama.

Adapun definisi sanad menurut buku yang disusun oleh Drs. H. Mudasir yaitu: Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadits selalu bersandar kepadanya. Adapun tentang arti sanad menurut istilah, terdapat rumusan pengertian. Al-Badru bin Jamaah dan At-Tiby mengatakan bahwa sanad adalah:

الأخبار عن طريق المتن

 “Berita tentang jalan matan”

Sebagaimana ulama ada yang mendefinisikan:

سلسلة الرجال الموصلة للمتن        

“Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya pada matan hadits”.

Ada juga ulama yang mendefinisikan:

سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول

“Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama”.

Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan istilah ”silsilah orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Saw., dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits.
Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad hanyalah yang berlaku pada sederetan matarantai orang-orang, bukan dari sudut pribadi secara perorangan, sebab sebutan untuk perorangan yang menyampaikan hadits adalah perawi atau rawi.

Pentingnya Sanad Ilmu.

Dari Abdullah ibn Mas’ud ra., Rasulullah saww. bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

 “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya”. (HR. Bukhari, No. 2652, Muslim, No. 6635).

Rasulullah saww. bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri (tanpa guru) dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan.”. (HR. Ahmad)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah saww. bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (HR. Ath Thabarani)

Ibnul Mubarak berkata :

الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 No. 32)

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saww. Bersabda :

وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

”Barangsiapa yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka.”. (HR.At Tirmidzi)

Imam Malik ra. berkata : “Hendaklah seseorang penuntut itu hafalannya (matan hadith dan ilmu) daripada ulama, bukan daripada Suhuf (lembaran)”. (Al-Kifayah oleh Imam Al Khatib m/s 108)

Imam Asy Syafi’i ra. mengatakan : “Tiada ilmu tanpa sanad.”.

Imam Asy Syafi’i ra. juga berkata : “Baransiapa yang bertafaqquh (coba memahami agama) melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman sebenar-benarnya).”. (Tazkirah As-Sami’e: 87)

berkata Imam Asy Syafi’i ra. : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)

Berkata pula Imam Ats Tsauri ra. :

الإسناد سلاح المؤمن فإذا لم يكن معه سلاح فبأي سلاح يقاتل

“Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”,

berkata pula Imam Ibnul Mubarak : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad.”. (Faidhul Qadir juz 1 hal 433).

Al-Qodhi Abu Bakar Al-Arabi berkata di dalam kitabnya Siroojul muridin hal : 80 :

والله أكرم هذه الأمة بالإسناد، لم يعطه أحد غيرها، فاحذروا أن تسلكوا مسلك اليهود والنصارى فتحدثوا بغير إسناد فتكونوا سالبين نعمة الله عن أنفسكم، مطرقين للتهمة إليكم، وخافضين المنزلتكم، ومشتركين مع قوم لعنهم الله وغضب عليهم، وراكبين لسنتهم.

“ Allah memuliakan umat ini dengan isnad yg tdk diberikan pada selain umat ini. Maka berhati-hatilah kalian dari mengikuti jalan Yahudi dan Nashoro shingga kalian berbicara (tentang ilmu) tanpa sanad maka kalian menjadi orang yang mencabut nikmat Allah dr diri kalian, menyodorkan kecurigaan, merendahkan kedudukan dan bersekutu pd kaum yang Allah laknat dan murkai “

Al-Hafidh Imam Ats Tsauri ra. mengatakan : “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga.”.

Bahkan Al Imam Abu Yazid Al Bustamiy ra. berkata :

من لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان

“Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”. (Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203)

Asy Syeikh As Sayyid Yusuf Bakhour Al Hasani menyampaikan bahwa : “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan.“.

Sheikh Ibn Jama’ah berkata : “Sebesar-besar musibah adalah dengan bergurukan sahifah (lembaran-lembaran atau buku).”. (Ibn Al-Jama’ah: 87 dan dinukilkan dalam Muqoddimah Syarh Al-Maqawif 1/90)

Imam Badruddin ibn Jama’ah : “Hendaklah seseorang penuntut ilmu itu berusaha mendapatkan Syeikh yang mana dia seorang yang menguasai ilmu-ilmu Syariah secara sempurna, yang mana dia melazimi para syeikh yang terpercaya di zamannya yang banyak mengkaji dan dia lama bersahabat dengan para ulama’, bukan berguru dengan orang yang mengambil ilmu hanya dari lembar kertas dan tidak pula bersahabat dengan para syeikh (ulama’) yang agung.”. (Tazkirah As-Sami’ wa Al-Mutakallim 1/38)

dan Nabi juga memerintahkan supaya berpegang tegung pada jamaah mayoritas,
Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah saww. bersabda : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan, oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.”. (HR. Ibnu Majah No. 3950, Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan Ath Thabarani dalam Musnad Al Syamiyyin (2069).

Wallahu a’lm bishshowab.

Itulah beberapa hadits dan dalil-dalil tentang pentingnya menuntut ilmu dengan berguru dan bersanad.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Pin BBM : D45BD3BE
Pin BBM Channel Majelis Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Tidak ada komentar:

Posting Komentar