Senin, 27 Januari 2020

BEGITU PENTINGNYA SANAD DALAM ISLAM.


BEGITU PENTINGNYA SANAD DALAM ISLAM.

Definisi Sanad.

“Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar sanada, yasnudu (يسند سند), artinya: “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “ tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya” atau "yang sah”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya.

Sedang menurut istilah ialah:

السند هو سلسلة الرجال الموصولة للمتن

Sanad ialah silsilah matarantai orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits.

الأخبار عن طريق المتن

“pemberitaan tentang jalan (yang dilalui) matan”

السند هو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره الأول

Sanad  ialah matarantai para perawi yang memindahkan hadits dari sumbernya yang pertama.

Adapun definisi sanad menurut buku yang disusun oleh Drs. H. Mudasir yaitu: Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadits selalu bersandar kepadanya. Adapun tentang arti sanad menurut istilah, terdapat rumusan pengertian. Al-Badru bin Jamaah dan At-Tiby mengatakan bahwa sanad adalah:

الأخبار عن طريق المتن

 “Berita tentang jalan matan”

Sebagaimana ulama ada yang mendefinisikan:

سلسلة الرجال الموصلة للمتن        

“Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya pada matan hadits”.

Ada juga ulama yang mendefinisikan:

سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول

“Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama”.

Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan istilah ”silsilah orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Saw., dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits.
Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad hanyalah yang berlaku pada sederetan matarantai orang-orang, bukan dari sudut pribadi secara perorangan, sebab sebutan untuk perorangan yang menyampaikan hadits adalah perawi atau rawi.

Pentingnya Sanad Ilmu.

Dari Abdullah ibn Mas’ud ra., Rasulullah saww. bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

 “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya”. (HR. Bukhari, No. 2652, Muslim, No. 6635).

Rasulullah saww. bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri (tanpa guru) dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan.”. (HR. Ahmad)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah saww. bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (HR. Ath Thabarani)

Ibnul Mubarak berkata :

الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 No. 32)

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saww. Bersabda :

وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

”Barangsiapa yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka.”. (HR.At Tirmidzi)

Imam Malik ra. berkata : “Hendaklah seseorang penuntut itu hafalannya (matan hadith dan ilmu) daripada ulama, bukan daripada Suhuf (lembaran)”. (Al-Kifayah oleh Imam Al Khatib m/s 108)

Imam Asy Syafi’i ra. mengatakan : “Tiada ilmu tanpa sanad.”.

Imam Asy Syafi’i ra. juga berkata : “Baransiapa yang bertafaqquh (coba memahami agama) melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman sebenar-benarnya).”. (Tazkirah As-Sami’e: 87)

berkata Imam Asy Syafi’i ra. : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)

Berkata pula Imam Ats Tsauri ra. :

الإسناد سلاح المؤمن فإذا لم يكن معه سلاح فبأي سلاح يقاتل

“Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”,

berkata pula Imam Ibnul Mubarak : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad.”. (Faidhul Qadir juz 1 hal 433).

Al-Qodhi Abu Bakar Al-Arabi berkata di dalam kitabnya Siroojul muridin hal : 80 :

والله أكرم هذه الأمة بالإسناد، لم يعطه أحد غيرها، فاحذروا أن تسلكوا مسلك اليهود والنصارى فتحدثوا بغير إسناد فتكونوا سالبين نعمة الله عن أنفسكم، مطرقين للتهمة إليكم، وخافضين المنزلتكم، ومشتركين مع قوم لعنهم الله وغضب عليهم، وراكبين لسنتهم.

“ Allah memuliakan umat ini dengan isnad yg tdk diberikan pada selain umat ini. Maka berhati-hatilah kalian dari mengikuti jalan Yahudi dan Nashoro shingga kalian berbicara (tentang ilmu) tanpa sanad maka kalian menjadi orang yang mencabut nikmat Allah dr diri kalian, menyodorkan kecurigaan, merendahkan kedudukan dan bersekutu pd kaum yang Allah laknat dan murkai “

Al-Hafidh Imam Ats Tsauri ra. mengatakan : “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga.”.

Bahkan Al Imam Abu Yazid Al Bustamiy ra. berkata :

من لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان

“Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”. (Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203)

Asy Syeikh As Sayyid Yusuf Bakhour Al Hasani menyampaikan bahwa : “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan.“.

Sheikh Ibn Jama’ah berkata : “Sebesar-besar musibah adalah dengan bergurukan sahifah (lembaran-lembaran atau buku).”. (Ibn Al-Jama’ah: 87 dan dinukilkan dalam Muqoddimah Syarh Al-Maqawif 1/90)

Imam Badruddin ibn Jama’ah : “Hendaklah seseorang penuntut ilmu itu berusaha mendapatkan Syeikh yang mana dia seorang yang menguasai ilmu-ilmu Syariah secara sempurna, yang mana dia melazimi para syeikh yang terpercaya di zamannya yang banyak mengkaji dan dia lama bersahabat dengan para ulama’, bukan berguru dengan orang yang mengambil ilmu hanya dari lembar kertas dan tidak pula bersahabat dengan para syeikh (ulama’) yang agung.”. (Tazkirah As-Sami’ wa Al-Mutakallim 1/38)

dan Nabi juga memerintahkan supaya berpegang tegung pada jamaah mayoritas,
Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah saww. bersabda : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan, oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.”. (HR. Ibnu Majah No. 3950, Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan Ath Thabarani dalam Musnad Al Syamiyyin (2069).

Wallahu a’lm bishshowab.

Itulah beberapa hadits dan dalil-dalil tentang pentingnya menuntut ilmu dengan berguru dan bersanad.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Pin BBM : D45BD3BE
Pin BBM Channel Majelis Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Dalil Tahlilan dan sampainya pahala kepada orang yang sudah meninggal dunia dari orang yang masih hidup.


Dalil Tahlilan dan sampainya pahala kepada orang yang sudah meninggal dunia dari orang yang masih hidup.

1. Dalil-dalil Al-Qur’an.

Tentang sampainya hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia.

Terdapat banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyatakannya, baik ketika mereka masih hidup ataupun setelah meninggal dunia. Di antaranya adalah :

a. QS. Muhammad : 19

 واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات

“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan”.

Ayat tersebut menerangkan bahwa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan mendapatkan manfaat dari istighfar orang mukmin lainnya.

Dalam tafsir Al-Khazin dijelaskan:

 فى معنى الاية استغفر لذنبك اي لذنوب اهل بيتك (وللمؤمنين والمؤمنات) يعني من غير اهل بيتك وهذا اكرام من الله عز وجل لهذه الامة حيث امر نبيه ص م ان يستغفر لذنوبهم وهو الشفيع المجاب فيهم

“makna ayat استغفر لذنبك adalah mohonlah ampunan bagi dosa-dosa keluargamu dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, artinya selain keluargamu. Ini adalah penghormatan dari Allah Azza wa Jalla kepada umat Muhammad, di mana Dia memerintahkan Nabi-Nya untuk memohonkan ampunan bagi dosa-dosa mereka, sedangkan Nabi SAW adalah orang yang dapat memberikan syafa’at dan do’anya diterima (Tafsir Al-Khazin Juz VI hal 180).

b. QS Al-Nuh : 28

 رب اغفرلي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولاتزد الظالمين الاتبارا

“Ya Tuhanku ! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, serta semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dhalim itu selain kebinasaan”

Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa Nabi Nuh AS mendo’akan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan agar dosanya diampuni oleh Allah SWT.

c.  QS Ibrahim : 40-41

 رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء ربنا اغفرلي ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya tuhanku kami, perkenankanlah do’aku (40) Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (41)”

Dalam menafsirkan ayat di atas Syekh ‘Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi mengatakan :

 وهذا دعاء للمؤمنين بالمغفرة والله سبحانه وتعالى لايرد دعاء خليله إبراهيم عليه السلام ففيه بشارة عظيمة لجميع المؤمنين بالمغفرة

“Ini merupakan do’a memohon ampunan kepada Allah SWT untuk orang-orang mukmin. Sementara Allah SWT tidak akan menolak do’a kekasih-Nya Ibrahim AS. Dalam ayat tersebut terkandung satu kabar gembira yang besar bagi orang-orang mukmin dengan adanya ampunan dari Allah SWT berkat do’a nabi Ibrahim AS.” (Tafsir Al-Khazin Juz IV hal 50).

d. QS Al-Hasyr : 10

 والذين جاءوا من بعدهم يقولون ربنا اغفرلناولإخواننا الذين سبقونا بالايمان ولاتجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا  ربنا انك رءوف رحيم

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo’a, “Ya Tuhan kami, berilah ampunan kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang mati bisa mendapatkan manfa’at dari istighfar yang dibaca oleh orang yang masih hidup.

e. QS Al-Thur : 21

 والذين امنوا واتبعتهم ذريتهم بايمان الحقنا بهم ذريتهم وماالتناهم من عملهم من شيئ كل امرئ بما كسب رهين

“Dan orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka mengikuti merka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat apa yang dikerjakannya”

Mengenai ayat ini Syekh ‘Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi memberikan penjelasan :

 يعني الحقنا اولادهم الصغار والكبار بايمانهم فالكبار بايمانهم بانفسهم والصغار بايمان أبائهم فان الولد الصغير يحكم بإسلامه تبعا لأحد ابويه (الحقنا به ذرياتهم) يعني المؤمنين فى الجنة بدرجات أبائهم وان لم يبلغوا بأعمالهم درجات أبائهم تكرمة لأبائهم لتقر اعينهم هذا رواية عن ابن عباس

“Artinya kami menyamakan anak-anak mereka yang kecil dan yang dewasa dengan keimanan orang tua mereka yang dewasa dengan keimanan mereka sendiri, sementara yang kecil dengan keimanan orang tuanya. Keislaman seorang anak yang masih kecil diikutkan pada salah satu dari kedua orang tuanya. (kami menyamakan kepada mereka keturunan mereka) artinya menyamakan orang-orang mukmin di surga sesuai dengan derajat orang tua mereka, meskipun amal-amal mereka tidak sampai pada derajat amal orang tua mereka. Hal itu sebagai penghormatan kepada orang tua mereka agar mereka senang. Keterangan ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA” (Tafsir Al-Khazin Juz VI hal 250).

Penjelasan yang sama dapat dilihat dalam Tafsir Jami’ Al-Bayan karya Ibnu Jarir Al-Thabari Juz 28 Hal 15. Beberapa ayat dan penafsiran tersebut menjadi bukti nyata bahwa orang yang beriman tidak hanya memperoleh pahala dari perbuatannya sendiri. Mereka juga dapat merasakan manfaat amaliyah orang lain. Dalil-dalil Al-Hadits Kalau Al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa orang mukmin dapat memperoleh manfaat dari amal orang lain , maka di dalam hadits Nabi SAW juga ada dan cukup banyak.

Di antaranya adalah :

a. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA.

 عن ابن عباس رضي الله عنه ان رجلا قال يارسول الله ان امي توفيت افينفعها ان تصدقت عنها ؟ قال نعم. فان لي مخرفا فاشهدك اني قد تصدقت به عنها

“Dari Ibnu Abbas RA, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rosulullah, ibu saya meninggal dunia. Apakah ia akan mendapatkan kemanfaatan jika saya bersedekah untuknya ?”, Nabi SAW menjawab, “Ya”. Laki-laki tersebut berkata, “Saya mempunyai kebun, saya mohon kepadamu wahai Rosulullah untuk menjadi saksi saya bersedekah atas nama ibu saya” (Shahih al-Bukhari, 2563).

Hadits di atas menerangkan bahwa sedekah yang dikeluarkan oleh seseorang, pahalanya bisa sampai kepada orang yang telah meninggal dunia. Termasuk dalam kategori sedekah adalah bacaan tasbih, takbir, tahmid dan tahlil, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab Riyadlus Sholihin.

b. Hadits Riwayat Ma’qil bin Yasar RA.

 عن معقل بن يسار أن رسول الله ص م قال ويس قلب القرأن لا يقرؤها رجل يريدالله تبارك وتعالى والدار الاخرة الا غفر له واقرءوها على موتاكم

“Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Surat Yasin adalah intisari Al-Qur’an. Tidaklah seseorang membacanya dengan mengharap rahmat Allah SWT kecuali Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Maka bacalah surat Yasin atas orang-orang yang telah meninggal di antara kamu sekalian” (Musnad Ahmad bin Hambal, 19415)

Hadits di atas secara tegas menganjurkan membaca Al-Qur’an untuk orang yang yang telah meninggal dunia, karena yang dimaksud mautakum dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang telah diambil ruhnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Haula Khasaish Al-Qur’an.

 قال محب الدين الطبري : المراد الميت الذي فارقته روحه, وحمله على المحتضر قول بلا دليل

“Syekh Muhibbuddin Al-Thabari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata mautakum dalam hadits tersebut adalah orang yang ruhnya telah terpisah dari jasadnya. Adapun pendapat yang mengartikan kata mautakum dengan “orang yang akan meninggal dunia” adalah pendapat yang tidak berdasar”.(Haula Khasaish Al-Qur’an, 44)

c. Hadits riwayat sayyidina Ali RA yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad Al-Samarqandi, Al-Rafi’I dan Al-Daraquthni

 عن علي رضي الله عنه, أنه عليه الصلاة والسلام قال : من مر على المقابر وقرأ قل هوالله احد احدى عشرة مرة ثم وهب اجرهاللأموات اعطي من الأجر بعدد الأموات

“Dari Ali RA Rasulullah SAW bersabda. “Barang siapa berjalan melewati pemakaman, lalu membaca surat Al-Ikhlas sebelas kali dan menghadiahkan pahalanya kepada ahli kubur, maka ia akan diberi pahala sejumlah ahli kubur.” (diriwayatkan oleh Abu Muhammad Al-Samarqandi Al-Qur’an 45)

d. Seperti yang di sebutkan dalam hadits Tahlil Adalah Doa Untuk Mayit;

قَالَتْ عَائِشَةُ وَارَأْسَاهْ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « ذَاكِ لَوْ كَانَ وَأَنَا حَىٌّ ، فَأَسْتَغْفِرُ لَكِ وَأَدْعُو لَكِ » (البخارى )

“Aisyah berkata: ‘Aduh kepalaku sakit’. Rasulullah bersabda: ‘Jika kamu wafat dan saya masih hidup, maka saya mintakan ampunan untukmu dan akan mendoakanmu” (HR al-Bukhari).

Dalam hadits diatas menjelaskan bahwa jika kita menjenguk orang sakit atau takziyah orang meninggal, kita setidaknya mendoakan orang tersebut. Dalam hadits lain juga menerangkan bahwasanya bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala.

e. Seperti yang disebutkan dalam hadits sedekah untuk almarhum

وَعَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – . أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِنَّ أُمِّى افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ ». ‏‏‏متفق عليه‏.

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Saw: Ibu saya meninggal mendadak. Saya yakin andai ia bisa bicara maka ia akan bersedekah. Apakah beliau dapat pahala jika saya bersedekah atas nama beliau? Nabi menjawab: Ya. (Muttafaq Alaih)

Hadits diatas menjelaskan jika kita bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala. Bukan hanya bersedekah dengan uang bahkan dzikirpun termasuk juga sedekah seperti yang dijelaskan oleh Hadits berikut bahwa dzikir Adalah sedekah:

إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَة (مسلم )

“Rasulullah bersabda: Sesungguhnya dengan setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap amar makruf adalah sedekah, setiap nahi munkar adalah sedekah (HR Muslim)

f. Al-Khallal dari al-Sya’bi berkata :

 كانت الانصار اذا مات لهم الميت اختلفوا على قبره يقرءون عنده القرأن

“Jika ada sahabat di kalangan Anshar meninggal dunia, mereka berkumpul di depan kuburnya sambil membaca Al-Qur’an”. (al-Ruh, 11)

Berdasarkan beberapa hadits serta amaliyah para sahabat di atas jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan membaca Al-Qur’an di atas kubur, lalu para sahabat mengerjakan anjuran Nabi SAW tersebut. Jadi tidak diragukan lagi bahwa bacaan Al-Qur’an atau amal ibadah lainnya dapat bermanfaat kepada mayit. Sebab bila tidak ada manfaatnya, Nabi SAW tidak akan menganjurkan para sahabatnya melakukan sesuatu yang sia-sia, tidak ada guna dan manfaatnya.

Pendapat Para Ulama’ Mayoritas ulama menyatakan bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari usaha (amal orang yang masih hidup). 

Kata Imam Al-Qurthubi :

 كان الامام أحمد بن حنبل رضي الله عنه يقول اذا دخلتم المقابر فاقرءوا فاتحة الكتاب والمعوذتين وقل هوالله احد واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل اليهم

“Imam Ahmad bin Hambal RA berkata : “Apabila kamu berziarah ke pemakaman, maka bacalah surat Al-Fatihah, Al-Mu’awwidzatain, dan surat Al-Ikhlas. Kemudian hadiahkan pahalanya kepada ahli kubur. Maka sesungguhnya pahala tersebut sampai kepada mereka”.(Mukhtashar Tadzkirat Al-Qurthubi, 25)

Dalam kitab Nihayah al-Zain disebutkan :

 قال ابن حجر نقلا عن شرح المختار: مذهب أهل السنة ان للإنسان ان يجعل ثواب عمله وصلاته للميت ويصله

“Ibnu Hajar dengan mengutip Syarh Al-Mukhtar berkata: “Madzhab Ahlussunnah berpendapat bahwa seseorang dapat menghadiahkan pahala amal dan do’anya kepada orang yang telah meninggal dunia. Dan pahalanya akan sampai kepadanya” (Nihayah Al-Zain, 193)

Ibnu Taimiyyah mengemukakan beberapa alasan mengenai sampainya hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kitab Tahqiq Al-Amal, 53-56 :

 قال ابن تيمية, من اعتقد أن الإنسان لاينتفع الا بعمله فقد خرق الإجماع وذلك باطل من وجوه كثيرة

“Ibnu Taimiyyah berkata, “Barang siapa berkeyakinan bahwa manusia tidak dapat memperoleh manfaat kecuali dari amalnya sendiri, maka ia telah menentang ijma’. Hal itu batal karena beberapa hujjah sebagai berikut : Manusia dapat memperoleh manfaat do’a orang lain, dan ini berarti memperoleh manfaat dari amal orang lain.

 احدها أن الإنسان ينتفع بدعاء غيره, وهو إنتفاع بعمل الغير
 أن الحج المفروض يسقط عن الميت بحج وليه بنص السنة والإجماع, وهو انتفاع بعمل الغير

Berdasarkan hadis dan ijma’ ulama, haji fardlu yang menjadi tanggungan mayit dapat gugur dengan haji yang dilakukan walinya. Keterangan ini menunjukkan bermanfaatnya amal orang lain.

 أن الجار الصالحة ينفع فى المحيا والممات كماجاء فى الأثر

Tetangga yang baik dapat memberi manfaat ketika masih hidup atau setelah ia meninggal dunia seperti dijelaskan dalam atsar.

Dalam kitab Nailul Author, Al-Syaukani mengutip syarah kitab Al-kanz :

 وقال فى شرح الكنز إن للإنسان ان يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان او صوما او حجا او صدقة او قراءة قرأن او غير ذلك من جميع انواع البر ويصل ذلك الى الميت وينفعه عند أهل السنة

“Dalam syarah kitab Al-Kanz disebutkan bahwa seorang boleh menghadiahkan pahala perbuatan baik yang ia kerjakan kepada orang lain, baik berupa sholat, puasa, haji, shodaqoh, bacaan Al-Qur’an atau semua bentuk perbuatan baik lainnya, dan pahala perbuatan tersebut sampai kepada mayit dan memberi manfaat kepada mayit tersebut menurut ulama’ Ahlussunnah. (Nail Al-Author, Juz IV hal 142)

Setelah menjelaskan bahwa seluruh ulama’ telah sepakat tentang sampainya pahala bacaan Al-Qur’an atau dzikir lainnya kepada mayit, Sayyid Alawi Al-Maliki, salah seorang guru besar di masjid Al-Haram pada zamannya berkata:

 فان زعم احد انها حرام فقولوا له اين تحريمها فى كتاب الله او فى سنة رسول الله ص م واتلوا عليه "ولاتقولوا لما تصف السنتكم الكذب هذا حلال وهذا حرام لتفتروا على الله الكذب ان الذين يفترون على الله الكذب لا يفلحون" وقولوا له ايضا ان زعمت انك مجتهد فليس اجتهادك اولى بالصواب من قول هؤلاء الأئمة الذين حكينا عنهم الإباحة مع ما يعضدهم من أذلة السنة النبوية, وان كنت مقلدا سقط الكلام معك والسلام

“Kalau ada orang menyangka bahwa hal tersebut (menghadiahkan pahala kepada orang mati) hukumnya haram, maka tanyakanlah kepadanya, “pada bagian manakah di dalam Al-Qur’an atau Hadits yang mengharamkan hal tersebut ?” kemudian bacalah ayat yang artinya “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta” ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah SWT tiadalah beruntung”.(QS Al-Nahl, 116). Katakan juga kepadanya, “Kalau memang anda merasa sebagai seorang mujtahid, maka ijtihad anda tidak lebih benar dari ijtihad para Imam yang disebut di atas, yang berpendapat boleh menghadiahkan pahala kepada orang lain berdasarkan dalil yang kuat dari hadits SAW. Namun jika anda masih dalam tingkatan muqallid, maka selesailah diskusi ini dengan anda” (Faidlu Al-Khabir, 178)

Kemudian yang dimaksud dengan pendapat yang masyhur dari Imam Syafi’i RA tentang tidak sampainya bacaan Al-Qur’an kepada orang mati. Seperti yang dikatakan Muhammad Ahmad Abdissalam :

 والمشهور من مذهب الشافعي وجماعة من أصحابه أنه لايصل الى الميت ثواب قراءة القرأن

“Menurut pendapat yang “Masyhur” dari madzhab Syafi’I, serta segolongan dari Ashab Al-Syafi’I (pengikut madzhab Syafi’i), bahwa pahala membaca Al-Qur'an tidak sampai kepada mayit” (Hukmu Al-Qira’ah li Al-Amwat, 18-19) Di kalangan Syafi’iyyah dalam menyimpulkan pendapat Imam Syafi’I ada beberapa istilah. Seperti Al-Shahih, Al-Azhhar, Al-Masyhur, Al-Rajih dan lain sebagainya, yang definisi istilah-istilah tersebut bisa dilihat pada kitab-kitab fiqih Syafi’iyyah. Sedangkan maksud pendapat Al-Masyhur dalam persoalan ini adalah apabila Al-Qur'an tidak dibaca di hadapan mayit dan tidak diniatkan sebagai hadiah kepada orang yang meninggal dunia tersebut. Salah seorang tokoh Syafi’iyyah, Syekh Zakaria Al-Anshari Al-Syafi’I menerangkan :

 إن مشهور المذهب اي فى تلاوة القرأن محمول على ما اذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو الثواب له او نواه ولم يدع

“Sesungguhnya pendapat yang masyhur (dalam madzhab Imam Syafi’i) mengenai pembacaan Al-Qur'an, adalah apabila tidak dibaca di hadapan mayit, serta pahalanya tidak diniatkan sebagai hadiah, atau berniat tetapi tidak didoakan” (Hukm Al-Syari’ah Al-Islamiyah fi Ma’tam Al-Arba’in, 43)

Hal tersebut karena Imam Syafi'i RA sendiri berpendapat sunnah membaca Al-Qur'an di dekat mayit. Imam Syafi'i RA berkata :

 ويستحب ان يقرأ عنده شيئ من القرأن وان ختموا القرأن كله كان حسنا

“Disunnahkan membaca sebagian ayat Al-Qur'an di dekat mayit, dan lebih baik lagi jika mereka (pelayat) membaca Al-Qur'an sampai khatam”. (Dalil Al-Falihin Juz VI hal 103)

Dan banyak riwayat yang menyatakan bahwa Imam Syafi'i RA berziarah ke makam Laits bin Sa’ad dan membaca Al-Qur'an di makam tersebut.

 وقد تواتر أن الشافعي زار الليث بن سعد وأثني خيرا وقرأ عنده ختمة وقال أرجو أن تدوم فكان الأمر كذلك

“Sudah popular diketahui oleh orang banyak bahwa Imam Syafi'i pernah berziarah ke makam Laits bin Sa’ad. Beliau memujinya dan membaca Al-Qur'an sekali hatam di dekat makamnya. Lalu beliau berkata, “Saya berharap semoga hal ini terus berlanjut dan senantiasa dilakukan” (Al-Dakhirah Al-Tsaminah, 64)

Berdasarkan keterangan di atas menjadi jelas bahwa Imam Syafi'i RA juga berkenan menghadiahkan pahala kepada mayit. Hanya saja harus dibaca di hadapan mayit, atau di do’akan pada bagian akhirnya kalau mayit tidak ada di tempat membaca Al-Qur'an

tersebut. Dengan kehendak Allah SWT pahala bacaan tersebut akan sampai kepada mayit. (Al-Tajrid Li Naf’I Al-‘Abid Juz III hal 276)

Mengenai keharusan berdo’a setelah membaca Al-Qur'an atau dzikir (tahlil), bagi Imam Syafi'i RA itu merupakan satu syarat yang mutlak dilakukan. Sebagaiman diriwayatkan oleh Rabi’ bahwa Imam Syafi'i RA berkata :

 وأما الدعاء : فإن الله ندب العبادة اليه وامر رسوله ص م به فاذا اجاز ان يدعى للأخ حبا جاز ان يدعى له ميتا ولحقه أن شاء الله بركة ذلك مع أن الله واسع لأن يوفي الحي اجره ويدخل على الميت منفعته

“Tentang do’a maka sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambanya untuk berdo’a kepada-Nya, bahkan juga memerintahkan kepada Rasul-Nya. Apabila Allah SWT memperkenankan umat islam berdo’a untuk saudaranya yang masih hidup, maka tentu diperbolehkan juga berdo’a untuk saudaranya yang telah meninggal dunia. Dan barokah do’a tersebut insya Allah akan sampai. Sebagimana Allah SWT Maha Kuasa memberi pahala bagi orang yang hidup, Allah SWT juga Maha Kuasa untuk memberikan manfaatnya kepada mayit. (Diriwayatkan dari Al-Baihaqi dalam kitab Manaqib Al-Syafi’i Juz I hal 430)

Di dalam keterangan lain juga disebutkan : Fathul Mu’in Juz III hal 378 ( Dar al-Kutub al-Ilmiyah )

 أما القراءة فقد قال النووي فى شرح المسلم : المشهور من مذهب الشافعي أنه لايصل ثوابها الى الميت. وقال بعض أصحابنا يصل ثوابها للميت بمجرد قصده بها, ولو بعدها, وعليه الأئمة الثلاثة واختاره كثيرون من أئمتنا, واعتمده السبكي وغيره, فقال : والذي دل عليه الخبر بالإستنباط أن بعض القرأن اذا قصد به نفع الميت نفعه وبين ذلك, وحمل جمع عدم الوصول الذي قاله النووي على ما إذا قرأ لابحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته او نواه ولم يدع. وقد نص الشافعي والأصحاب على ندب قراءة ما تيسر عند الميت والدعاء عقبها, اي لانه حينئذ ارجى للإجابة, ولأن الميت تناله بركة القراءة :كالحي الحاضر قال ابن الصلاح : وينبغي الجزم بنفع ( اللهم أوصل ثواب ما قرأته ) اي مثله, فهو المراد, وان لم يصرح به لفلان, لأنه اذا نفعه الدعاء بما ليس للداعي فما له اولي. ويجرى هذا فى سائر الأعمال من صلاة وصوم وغيره.                                    

Keterangan : Imam Syafi'i dan Ashab menjelaskan tentang kesunnahannya  membaca Al-Qur'an dihadapan mayit dan diakhiri dengan do’a, karena dengan begitu kemungkinan besar bacaan dan do’a kita akan terkabulkan. Serta si mayit memperoleh barokah dari bacaan tersebut.

Bugyah Al-Musytarsidin hal 97 :

 (فائدة) رجل مر بمقبرة فقرأ الفاتحة واهدى ثوابها لأهلها فهو يقسم او يصل لكل منهم مثل ثوابها كاملا؟ اجاب ابن حجر بقوله افتى جمع بالثانى وهو اللائق بسعة رحمة الله

Keterangan :  Seorang laki-laki berjalan di atas pemakaman kemudian dia membaca surat Al-Fatihah yang pahalanya dihadiahkan kepada ahli kubur tersebut, maka menurut fatwa sekelompok ulama, pahala tersebut bisa sampai kepada ahli kubur.

Ianatut Thalibin Juz I hal 24 :

 وقال المحب الطبري : يصل للميت كل عبادة تفعل. واجبة او مندوبة وفى شرح المختار لمؤلفه مذهب أهل السنة إن للإنسان ان يجعل ثواب عمله وصلاته لغيره ويصله.

Keterangan : Ulama’ Ahli Sunnah beranggapan sampainya pahala dari amal atau ibadah seseorang yang diperuntukkan untuk ahli kuburnya baik itu ibadah wajib atau sunnah.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Pin BBM : D45BD3BE       
Pin BBM Channel Majelis Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Keutamaan Surat At Taubah ayat 128-129.


Keutamaan Surat At Taubah ayat 128-129.

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

FAIN TAWALLAU FAQUL HASBIYALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWA ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL ARSyIL 'AZhIIM.

Artinya: "Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ´Arsy yang agung".

Syekh Ahmad Zarruq Al Fasiy Al Maghribiy (wafat 899 Hijriyah) Radhiyallahu Anhu dalam kitabnya Syarh Hizb Al Bahr mengatakan: "Siapa saja yang membacanya di waktu pagi (ba'da Shubuh), akan diberikan kecukupan perkara dunia dan akhirat sampai sore (ashar). Siapa yang membacanya di sore hari, maka akan dicukupkan urusan dunia dan akhiratnya sampai shubuh. Keutamaan ini banyak disebutkan hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Salah satunya hadis riwayat Imam Abu Daud:

عن أبي الدرداء رضي اللّه عنه قال : من قال إذا أصبح وإذا أمسى : حسبي اللّه لا إله إلا هو ، عليه توكلت وهو رب العرش العظيم سبع مراتٍ ، كفاه اللّه ما أهمَّه صادقاً كان بها أو كاذباً

Artinya: Dari Abu Ad Darda’ radhiyallahu bahwa siapa siapa saja yang mengucapkan dzikir tersebut di shubuh dan sore hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan memberi kecukupan bagi urusan dunia dan akhiratnya yang ia hajati baik dia percaya atau tidak. (Sunan Abi Daud hadis No.5081)

Dicatatkan oleh Syekh Abu Ishaq Al Hamudiy Rahimahullah dalam kitabnya Raudhul Azhar Fi Fadhail Al Qur'an Wa Manafi' Al Adzkar: "Ada sekelompok pasukan yang diutus ke Romawi untuk berperang, di tengah jalan salah satu dari mereka mengalami kecelakaan di mana kakinya patah, kemudian kawan-kawannya membawanya istirahat di bawah pohon besar untuk mengobatinya, lantaran pasukan tersebut diperintahkan agar sampai di Romawi tepat waktu, akhirnya kawan-kawannya sepakat meninggalkan si korban lalu mengikatkan kudanya di bawah pohon serta memberikan persedian bekal makanan dan minuman secukupnya mengingat akan ada pasukan gelombang kedua yang akan datang menyusuri jalan dan menemukan si korban.

Ketika ditinggal oleh rombongan, di malam harinya ia bermimpi ada yang mendatangi dirinya dan berkata: Coba kau letakan tangan kananmu di bagian yang terluka kemudian baca 7 kali:

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

FAIN TAWALLAU FAQUL HASBIYALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWA ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL ARSyIL 'AZhIIM.

Setelah bangun dari mimpi tersebut ia membacanya 7 kali, dengan izin Allah Ta’ala kaki yang patah menjadi sehat sedia kala. Dan ia langsung bergegas menaiki kudanya dengan kencang sehingga ia dapat menyusul rombongan kawan-kawannya.

Dalam kitab Mujarrabat Imam Muhammad As Sanusiy radhiyallahu anhu mengutip sebuah riwayat:

من قرأ
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
لم يمت في ذلك اليوم وفي رواية لم يقتل او يضرب بحديد

Artinya: Siapa saja yang membaca:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

LAQOD JAA-AKUM ROSUULU(N/M) MIN ANFUSIKUM ‘AZIIZUN ‘ALAIHI MAA ‘ANITTUM HARIIShUN ‘ALAIKUM BIL MU-MINIINA RO-UUFU(N/R) ROHIIM(UN), FAIN TAWALLAUU FAQUL HASBIYALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WA HUWA ROBBUL ‘ARSyIL ‘AZhIIM(I).

Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung". (QS. At Taubah : 128-129)

Dengan izin Allah Ta'ala, orang yang membacanya tidak akan mati di hari itu. Dalam riwayat lain disebutkan di hari ia membacanya ia tidak akan mati dalam keadaan terbunuh atau terkena benda yang terbuat dari besi.

Disebutkan juga oleh Imam Abul Hasan Ali Al Qurthubiy rahimahullah dalam kitab Kanzul Asrar, Ada orang shalih berumur 70 tahun telah lama mengalami sakit parah dan sudah berobat kemana saja belum kunjung sembuh sehingga ia menyangka kematian sebentar lagi mendatanginya, namun ketika beliau mendengar fadhilah surat At Taubah 128-129 secara istiqamah ia amalkan ayat:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

LAQOD JAA-AKUM ROSUULU(N/M) MIN ANFUSIKUM ‘AZIIZUN ‘ALAIHI MAA ‘ANITTUM HARIIShUN ‘ALAIKUM BIL MU-MINIINA RO-UUFU(N/R) ROHIIM(UN), FAIN TAWALLAUU FAQUL HASBIYALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WA HUWA ROBBUL ‘ARSyIL ‘AZhIIM(I).

Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung". (QS. At Taubah : 128-129)

Barokah ayat tersebut meniscayakan beliau panjang umur. Ketika beliau berusia 130 tahun, Allah menghendaki beliau wafat, sehingga di malam harinya beliau bermimpi di datangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan memanggilnya: Wahai fulan sampai kapan kau bertahan dengan kondisi demikian, berapa lama lagi waktu untuk kita berjumpa?", ketika bangun tidur, orang shalih itu tidak mau lagi membaca ayat 128-129 surat At Taubah sehingga di pagi harinya beliau meninggal.

Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al 'Aydrus berkata : Alfaqir pernah bermimpi, di dalam mimpi alfaqir, alfaqir melihat rumah seseorang sedang dirampok/dimaling, lalu alfaqir menolong orang yang sedang dirampok tersebut, dan alfaqir berkelahi dengan rampok tersebut, alfaqir disaat itu tertusuk, singkat cerita maling/rampok tersebut tertangkap dan lalu terus diadili dipengadilan, tetapi dalam keadaan sekarat (akibat ditusuk) alfaqir bukan dibawa kerumah sakit tetapi malah dibawa ke pengadilan untuk menjadi saksi, dalam keadaan sekarat/mau mati dipengadilan untuk menjadi saksi, alfaqir melihat dibelakang alfaqir ada seorang kakek yang berkata kepada alfaqir untuk membaca surat At taubah ayat 128-129 maka engkau tidak akan mati hari ini.

Asy Syaikh Ahmad Ad Dairobi di dalam kitabnya Fathul Mulk Al Majid Al Mu’allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qom’i Kulli Jabbarin ‘Anid berkata :
Barangsiapa membaca dua ayat di atas (surat At taubah ayat 128-129), maka ia tidak akan mati di hari ketika ia membacanya. Hal ini sebagaimana hadits dari Rasulullah SAW. yang disebutkan dalam sebuah riwayat, “Maka ia tidak akan dibunuh dan dipukul dengan besi.” Demikian pula apabila di baca pada malam hari. Apabila ajal telah datang, maka dengan kehendak Allah ia akan lupa membacanya.

Dikisahkan ada seorang wanita yang sudah bosan hidup dikarenakan umurnya sudah cukup tua lebih dari 120 tahun, lalu dia mengkonsultasikannya kepada orang-orang alim maupun yang mempunyai ilmu hikmah, disebutkan amalan-amalannya kepada setiap orang yang ditanyanya agar Allah segera mencabut nyawanya, lalu ada seorang yang mengetahui dari amalan nenek tersebut yaitu selalu membaca surat At taubah ayat 128-129, lalu orang yang mengetahui tersebut mengatakan kepada nenek itu agar meninggalkan untuk membaca ayat tersebut, agar Allah mencabut ruhnya, singkat cerita akhirnya sama nenek tersebut tidak diamalkan lagi surat tersebut, tidak beberapa lama akhirnya meninggallah nenek tersebut dengan khusnul khotimah.

Jadi dengan sering membaca setiap hari ayat tersebut maka Allah akan memperpanjang umur kita, dengan lantaran Allah ingin mencabut ruh kita maka Allah akan melupakan kepada seseorang dari membaca ayat tersebut bagi mereka yang sering mendawamkannya dengan istiqomah setiap harinya, dengan begitu kita bisa mempersiapkan diri untuk memenuhi panggilan-Nya bila kita sudah istiqomah membacanya tetapi suka lupa (lupa bacaannya) dengan membaca ayat itu kemungkinan umur kita sudah tidak akan lama lagi.

Dan masih banyak lagi cerita dari karomah/manfaat dari dasyatnya ayat tersebut.

Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan amalan tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya, Amalan tersebut dibaca setiap Habis Sholat Subuh sebanyak 7x dan setiap habis Sholat Maghrib sebanyak 7x, atau dibaca sebanyak 7x setiap habis sholat lima waktu, bila dibaca sehabis sholat lima waktu sebanyak 7x, selain dipanjangkan umur maka insya Allah, Allah jadikan yang lemah menjadi kuat, yang punya hutang dimudahkan sama Allah dalam membayarnya, yang hina bisa menjadi mulia, yang rezekinya seret dibanyakkan rezekinya, mudah dikabulkan hajatnya, dan diberikan keselamatan.

Adapun sanad Muttashil (Bersambung) kepada Imam Muhammad Bin Yusuf As Sanusiy Radhiyallahu Anhu yang Alfaqir miliki sebagai berikut:

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن الشيخ العلامة المحدث سيدي عبد الرحمن بن محمد عبد الحي الكتاني عن والده الشيخ العلامة الحافظ سيدي محمد عبد الحي بن محمد عبد الكبير الكتاني الادريسي الحسني المغربي عن الشيخ محمد بن محمد المقري التلمساني عنالشيخ محمد بن عبد الرحمن بن جلال عن الشيخ ابي عثمان سعيد المنوي التلمساني الشهير بالكفيف عن الشيخ الامام محمد بن يوسف السنوسي التلمساني رضي الله عنه

Keutamaan besar yang datang dari panduan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ajarkan kaum muslimin untuk mendawaminya setiap pagi dan sore hari agar dengan mengamalkannya keberkahan Al Qur'an selalu Allah Taala limpahkan kepada kita.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Pin BBM : D45BD3BE
Pin BBM Channel Majelis Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس