Kamis, 31 Maret 2022

Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah (Hadits 101-150)

Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah (Hadits 101-150). 

Hadits 101. 

إذا رأيتُمُ الحَريق فكبروا فإنّ التكبير يُطفئه. رواه ابن عساكر

Apabila kamu melihat kebakaran, maka bertakbirlah, sesungguhnya takbir itu memadamkan api. (HR. Ibnu 'Asakir)

Penjelasan : 
Apabila kita melihat rumah terbakar, di samping kita memadami api dengan air, maka bacalah takbir berulang-ulang, karena takbir itupun dapat pula menolong memadamkan api, di lain riwayat dengan mengumandangkan adzan.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 15, Penerbit Al Haromain)

Hadits 102.

إذا أراد الله بقوم سُوءاً جَعَل أمَرَهُمْ إلى مُترَ فيهم. رواه الديلمى

Apabila Allah menghendaki kejelekan pada suatu kaum, maka la menjadikan urusan perkara mereka berada di tangan orang-orang yang hidup mewah dari kalangan mereka. (HR. Ad Dailamiy) 

Penjelasan : 
Kehidupan yang serba mewah adalah merupakan sumber dari segala kejelekan, oleh karena itu apabila setiap urusan yang dipegang oleh orang-orang yang biasa hidup mewah celakalah akibatnya. Terlebih lagi jika urusan tersebut menyangkut masalah orang banyak. Hadits ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam surah Al Alaq ayat 6 dan 7.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 15, Penerbit Al Haromain)

Hadits 103.

إذا سَأَلْتُمْ الله تعالى، فَاسْألُوهُ ببطون أكفكم وَلا تشألوه بظهورها، تُمْ لا ترُدوهَا حَتَّى تَمْسَحُوا بها وُجُوهكم، فإنّ الله جاعل فيها بركة. رواه أبو داود

Apabila kamu bermohon kepada Allah swt. Maka memohonlah dengan menadahkan telapak tanganmu dan jangan kamu memohon dengan punggung tanganmu. Kemudian jangan dulu berhenti sebelumn kamu mengusapkannya ke mukamu, maka sesungguhnya Allah menjadikan padanya keberkatan. (HR. Abu Daud)

Penjelasan : 
Biasanya jika orang berdo'a, maka tangannya ditadahkannya dengan dua telapak tangannya, dan sesudah berdo'a, maka diusap kannya ke mukanya. Hal yang demikian adalah menurut ajaran Rasul.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 15, Penerbit Al Haromain)

Hadits 104.

إذا سَأَلَ أَحَدُكُمْ رَبُّهُ مَسْأَلَةً فَتَعَرَّف الإجابة فليقل: الْحَمْدُ لله الذي بنعمَته تتمُ الصَّالِحَاتُ : وَمَن أبطأ عنه ذلك فليقل: الحَمْدُ للهِ عَلَى كُلّ حَال. رواه البيهقى عن أبي هريرة

Apabila seseorang di antara kamu memohon suatu permohonan kepada Tuhannya, kemudian ia mengetahui bahwa permohonannya itu dikabulkan Allah, maka ucapkanlah : ALHAMDULILLAHIL LADzII BINIMATIHI TATIMMUSh ShOOLIHAAT(I) (Segala puji bagi Allah yang berkat ni'matnya semua hal-hal yang baik menjadi sempurna). Dan barangsiapa yang dilambatkan pengabulannya (tidak dikabulkan) maka katakanlah : ALHAMDULILLAHI ‘ALAA KULLI HAAL(IN) (Segala puji bagi Allah atas tiap-tiap keadaan). (HR. Al Baihaqi, Dari Abu Hurairah ra.)

Penjelasan : 
Manusia wajib bersyukur kepada Allah swt. atas anugerah yang diberikan Allah kepadanya, termasuk do'anya yang telah dikabulkan, dan bacalah do'a yang tersebut di atas ini. Tapi apabila suatu itu belum diijabah Allah, maka bersabarlah dan periksalah diri sendiri, mungkin dosa-dosanya masih banyak, dan minta ampunlah kepada Allah dengan mendekatkan diri kepadaNya dan bacalah kalimat puji-pujian seperti yang tersebut di atas.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 15, Penerbit Al Haromain)

Hadits 105.

إذا سَرَتك حَسَنَتُك، وَسَاءتك سيئتُك، فأنت مُؤمن. رواه الضياء عن أبى أمامة

Apabila engkau menyukai kebaikanmu dan engkau tidak menyukai kejahatanmu, sesungguhnya engkau adalah orang Mu'min. (HR. Adh Dhiya', Dari Abu Umamah ra.)

Penjelasan : 
Seseorang Mu'min menyukai akan yang baik dan dia merasa gembira dengan kebaikannya itu, dan dia tidak suka akan yang jahat-jahat, sehingga dijauhinya perbuatan-perbuatan jahat itu.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 15, Penerbit Al Haromain)

Hadits 106. 

إذا سَمَّيْتُمُ الوَلدَ مُحَمَّداً فأكرمُوهُ، وَأَوْسِعُوا له في المجلس، وَلا تُقبَحُوا لَهُ وجها. رواد الخطيب عن على

Apabila kamu menamai anak lelakimu, Muhammad, maka muliakanlah dia, dan luaskanlah baginya tempat duduk, dan janganlah kamu bermasam muka terhadapnya. (HR. Al Khathib, Dari Ali Kwj.)

Penjelasan : 
Nama Muhammad yang diberikan kepada seseorang, seperti Muhammad Nur, Muhammad Ali, Muhammad Shulfi dan sebagainya, itulah nama yang baik, karena itu orangnyapun janganlah dihina tapi muliakanlah dia.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 15, Penerbit Al Haromain)

Hadits 107.

إذا شربتُمُ المَاء فاشرَبُوهُ مَصًّا، وَلا تَشرَبُوهُ عَبًا، فإن العب يُورث الكباد. روأد الديلمى

Apabila kamu meminum air, maka minumlah dengan cara menghirup, dan janganlah kamu minum dengan menuangkannya (menenggak), karena sesungguhnya minum dengan cara tersebut mengakibat kan penyakit hati, ginjal dan limpa. (HR.Ad Dailamiy)

Penjelasan : 
Jika kita minum air hendaklah dihirup, karena apabila kita meminumnya langsung saja dengan tak dihirup, maka akan mendatangkan sakit pada hati, atau sakit ginjal dan limpa. Dan supaya kesehatan kita terjamin, maka amalkanlah ajaran Rasul Allah yang tersebut dalam hadits di atas.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 108.

إذا صلى أَحَدُكُمْ، فَليُصل صلاة مُوَدَّع، صلاة مَن لا يظن أنه يرجع إليها ابدا. رواه الديلمى عن أم سلمة

Apabila seseorang di antara kamu mengerjakan shalat, maka lakukanlah sebagaimana shalatnya orang yang minta diri yaitu shalatrya orang yang merasa yakin bahwa dirinya tidak akan kembali melakukannya, untuk selama-lamanya (mati). (HR. Ad Dailamiy, Dari Ummu Salamah ra.) 

Penjelasan : 
Seseorang yang menyangka dirinya tidak akan lama lagi hidup di dunia ini, jika dia mengerjakan shalat, maka dikerjakannya baik-baik dan dia menganggap bahwa shalatnya itu adalah simpanan amalnya yang akan menyelamatkan dirinya di kemudian hari. Maka shalatnya itu dikerjakannya dengan khusyu', tawadhu' dan tepat waktu, Demikianlah hendaknya setiap orang yang mengerjakan shalat haruslah baik-baik, yang seakan-akan dia menyangka bahwa shalatnya itu barangkali shalat yang terakhir yang bisa saja sehabis sholat dia meninggal dunia.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 109.

إذا صلت المرأة خمسَها، وَصَامَتْ شهرَها، وَحَفظت فرجّها، وأطاعت زوجها دخلت الجنة. رواه البزار عن أنس

Apabila seorang wanita mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, memelihara kehormatan dirinya, dan dia ta'at kepada suaminya, maka ia bakal masuk surga. (HR. Al Bazar dari Anas).

Penjelasan : 
Wanita yang akan masuk surga ialah wanita yang tak pernah meninggalkan shalat dan puasa Ramadhannya, kecuali jika ada halangan yang tak membolehkannya shalat dan berpuasa, serta memelihara kehormatan dirinya, baik di waktu' suaminya berada di dekatnya ataupun waktu suaminya jauh dari padanya, dan ta'at kepada perintah suaminya, selama suaminya tidak memerintahkan berbuat maksiat, maka wanita itu akan masuk surga.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)
Hadits 110.

إذا ضيّعت الأمانة فانتظر السّاعة، قال: كيف إضاعَتُها يَا رَسُول الله؟ قال : إذا أسند الأمر إلى غير أهله، فانتظر الساعة . رواه البخارى

Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, lalu ada seseorang bertanya : Bagaimana pengertian menyia-nyiakan amanat itu wahai Rasulullah? Berkata Nabi : Apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah ke hancurannya. (HR. Bukhari)

Penjelasan : 
Seseorang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan, lalu orang itu dipercayai untuk memimpin umat, maka tentu saja dia tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, dan andaikata dikerjakannya tapi karena dia tidak mengerti, maka bukanlah kebaikan yang datang. tapi kericuhan dan kegagalanlah yang akan terjadi. Oleh karena itu amanat itu harus diberikan kepada yang ahlinya, bukan karena pandang-bulu, mentang-mentang orang itu teman-karib dan sebagai-nya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 111.

إذا ضرب أحدكم فليجتنب الوجه. رواه البخارى

Apabila seseorang di antara kamu memukul, maka hendaklah ia jauhi (memukul) muka, (jangan memukul muka). (HR. Bukhari)

Penjelasan : 
Hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada seseorang supaya jangan sampai memukul muka apabila ia marah, terutama kepada istri atau anak-anaknya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 112.

إذا طلعت الثريا آمِنَ الزّارع مِنَ الْعَاهة. رواه الطبرانى

Apabila terbit bintang Tsuraya, maka amanlah orang Tani dari bencana tumbuh-tumbuhan. (HR. Ath Thabrani)

Penjelasan : 
Bintang Tsuraya membawa keberuntungan dalam pertanian, maka bersyukurlah kepada Allah yang menjadikannya. Allah swt. telah menjadikan embun dengan tidak percuma saja. Tetapi embun itu dapat menyelamatkan tumbuh-tumbuhan dari bencana penyakit tumbuh-tumbuhan itu, Oleh karena itu orang orang Tani jangan lupa bersyukur kepada Allah swt. dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 113.

إذا طنّت أذن احدكم فليذكرنى ، ويصل علي ، وليقل : ذكر الله من ذكرنى بخير . رواه أبن عدي عن أبى رافع

Apabila berdengung telinga seseorang di antara kamu, maka ingatlah aku dan berbersholawatlah kepadaKu dan bacalah: DzAKARALLAHU MAN DzAKARONI BI KhOIR(IN) (Telah mengingat Allah akan orang yang mengingatNya dengan baik). (HR. Ibnu 'Ady, Dari Abi Rafï')

Penjelasan : 
Kebanyakan orang mempercayai apabila telinganya berdengung yang sebelah kanan, tandanya berita baik yang akan datang, dan, apabila berdenging telinganya yang sebelah kiri tandanya berita yang tak baik yang akan tiba. Dengan kepercayaannya itu mereka menjadi gembira atau berdukacita. Padahal menurut ajaran Islam apabila berdenging telinga itu baik kanan maupun yang kiri, janganlah lupa kepada Allah dan berdo'alah, semoga kebaikanlah yang akan datang.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 114.

إذا عطس أَحَدُكُمْ فَليَقُل: الحَمْدُ لله رب الْعَالَمِينَ. وَلَيَقُل له أخوه أو صاحبهُ : يَرْحَمُك الله. فإذا قال له يرحمُك الله فليقل: يهديكُمُ اللَّهُ ويصلح بالكم. رواه أبو داود والنسائى

Apabila bersin seseorang di antara kamu, maka ucapkanlah: “AHAMDULILLAHIRABBIL 'ALAMIN" Dan hendaklah saudaranya atau sahabat nya mengucapkan: "YARHAMUKALLAH " maka apabila berkata baginya yarhamukallah, maka katakanlah: "YAHDIKUMULLAHU WA YUShLIHU BAALAKUM". (HR. Abu Daud dan An Nasa'i)

Penjelasan : 
Tiap-tiap yang bersin hendaklah mengucapkan: "ALHAMDUILLAH", artinya segala puji bagi Allah, maka orang yang mendengarkannya hendaklah menjawab ucapan orang yang bersin itu dengan ucapan: "YARHAMUKALLAH", kepada laki-laki dan "YARHAMUKILLAH kepada perempuan, artinya semoga Allah memberi rahmat kepadamu, lalu dibalas lagi ucapan itu oleh orang yang bersin dengan ucapan: YAHDIKUMULLAHU WA YUShLIHU BALALKUM, artinya: semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu dan memberi kebaikan kepada keadaanmu.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 16, Penerbit Al Haromain)

Hadits 115.

إذا عرف الغلام يمينه من شماله، فمُرُوهُ بالصلاة. رواه أبو داود

Apabila anak telah mengenal tangan kanannya daripada tangan kirinya, maka suruhlah dia mengerjakan shalat. (HR. Abu Daud)

Penjelasan : 
Anak-anak kecil yang sudah dapat memperbedakan antara hal yang baik dan hal yang jelek, berarti anak itu telah mumayiz (telah dapat membedakan) sesuatu, maka anak itu sudah waktunya mulai diajar shalat dan mengerjakannya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 116.

إذا عظمَتْ أمَّتِى الدُّنْيَا تُزعت منها هيبة الإسلام، وإذا تركت الأمر بالمَعرُوفى والنهي عن المنكر خرمَتْ بَرَكة الوحي. رواه الترمذى

Apabila umatku membesarkan dunia, dicabutlah daripadanya kebesaran Islam dan apabila dia meninggalkanmya ammar ma’ruf dan nahi munkar, diharamkan baginya akan keberkatan wahyu. (HR.  At Tirmidzi)

Penjelasan : 
Orang yang mementingkan dunia, tentulah dia akan meninggalkan kebesaran Islam, maka umurnya, harta bendanya serta tenaga dan waktunya akan dicurahkannya kepada dunia, dia lebih senang pergi ke cafe daripada ke Mesjid, dia lebih suka hidup berfoya-foya daripada menolong orang-orang miskin, anak yatim piatu dan sebagainya. Orang yang tidak mau mengajak dirinya dan masyarakat menyuruh kepada yang baik-baik dan melarang kepada yang jahat-jahat, maka sudah barang tentu ajaran Allah tidak masuk lagi ke dalam diri orang itu, Maka mereka itu akan merugi hidupnya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 117.

إذا قلت لصاجبك يَوْمَ الْجُمُعَة: أنصت - والإمام يخطب - فقد لغوت. رواه البخارى

Apabila engkau berkata pada sahabatmu sewaktu shalat Jum'at : "Diamlah", sedangkan imam sedang berkhutbah, maka sesungguhnya telah berbuat sia-sialah engkau. (HR. Bukhari)

Penjelasan : 
Ketika imam sedang membaca khutbah pada hari Jum'at tidak boleh seorangpun berkata-kata, dan memainkan sesuatu seperi hp, dll harus mendengarkan dengan tekun. Tetapi apabila engkau melarang orang berkata-kata dengan mengatakan: "Diamlah engkau", maka engkaupun telah ikut berbicara pula, dan perbuatan kita itu adalah melenyapkan pahala shalat Jum'at. Oleh karena itu apabila kita menyuruh orang diam, tidak usah dengan kata-kata, tapi hendaklah dengan isyarat, supaya kita jangan membuat ribut pula.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 118. 

إذا قال العبد : "يا رب يا رب" قال الله تعالى : لبيك عبدى ، سل تعط. رواه ابن أبى الدنيا عن عايشة

Apabila berkata hamba : YAA ROBB YAA ROBB "Ya Tuhan, Ya Tuhan" berkata Allah: Inilah Aku! hambaKu, mintalah engkau diberi. (HR. Ibnu Abid Duniya, Dari ‘Aisyah ra.)

Penjelasan : 
Jika kita berdo'a kepada Allah, kita selalu menyeruNya, YAA ROBB YAA ROBB YAA ROBB, dengan berulang-ulang, maka seruan kita itu dijawab oleh Allah. Hai hambaKu, Aku ada, bermohonlah kepadaKu, maka akan kuberi permohonanmu itu.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 119.

إذا ضرب أحدكم فليجتنب الوجه. رواه البخارى

Apabila seseorang di antara kamu memukul, maka hendaklah ia jauhi (memukul) muka, (jangan memukul muka). (HR. Bukhari)

Penjelasan : 
Hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada seseorang supaya jangan sampai memukul muka apabila ia marah, terutama kepada istri atau anak-anaknya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 120. 

إذا قام العَبْدُ فى صلاته ذر البرّ على رأسه حَتَّى يَرْكع، فإذا ركع عَلتهُ رَحْمَةُ اللهِ حَتَّى يَسْجُدَ، وَالسّاجدُ يَسْجُدُ عَلَى قَدَمَى الله تعالى، فَلَيْسَأل وليزغب . رواد سعيد بن منصور عن أبى عمار مرسلا

Apabila berdiri hamba dalam shalatnya, maka ditebarkanlah kebaikan di atas kepalanya sehingga dia ruku, dan apabila dia ruku', rahmat Allah meliputi dirinya sehingga dia sujud, dan orang yang sujud, itu berarti memperhambakan dirinya kepada Allah, maka bermohonlah dan bersuka-citalah," (HR. Sa'id bin Manshur, Dari Abi Amar secara Mursalan).

Penjelasan : 
Orang yang mengerjakan shalat pahalanya amat besar sehingga digambarkan bahwa kebaikan bertebaran pada diri orang itu, sampai ia selesainya dari shalatnya. Jika dia berdo'a (bermohon) kepada Allah, meminta yang diinginkannya, Allah akan mengabulkannya. Terutama sekali di kala ia sedang sujud, karena pada saat-sat itulah ia berada dekat sekali dengan Allah sehingga doanya pun dikabulkanNya, tetapi hendaknya berdoa di dalam sujud dengan menggunakan bahasa Arab dan dengan doa yang masyhur yang dibaca oleh Nabi, untuk kehati-hatian kita yang bisa menyebabkan tidak sahnya sholat kita dengan sebab berdoa di dalam sujud sholat kita dengan menggunakan selain bahasa Arab.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 121.

إذا قرأ ابن آدم السجُدَة، فَسَجَدَ، اعتزل الشيطان يبكى يَقُولُ : يا ويلاه! أمرَ ابن آدم بالسجُودِ، فَسَجَدَ، فَلَهُ الجّنة، وأمزتُ بالسجّود فعصيت، فلي النَّارُ . رواه مسلم عن أبى هريرة

Apabila anak Adam membaca surat As sajdah, lalu dia sujud, setan menjauhkan diri darinya seraya menangis, berkata setan: Hai celakalah kiranya aku, anak Adam disuruh sujud, ia pun sujud, maka baginya surga, dan aku disuruh sujud, tetapi aku mendurhakai, maka bagiku Neraka. (HR. Muslim, Dari Abi Hurairah ra.)

Penjelasan : 
Apabila seseorang membaca surat As sajadah, hendaklah ia sujud, dan ketika itu setan-setan menjauhkan dirinya sambil menangis dan berkata: Hai celaka kiranya aku, manusia disuruh sujud dia mau sujud, maka untuknya surga, dan aku disuruh sujud, tetapi aku tidak mau sujud, maka tentulah aku menjadi orang yang durhaka, maka bagiku neraka.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 122.

إذا أقيمت الصّلاة فلا تأتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْنَ، وَأَتُوهَا وَأَنْتُمْ تَمْشُونَ، وَعَلَيْكُم السّكينَةَ، فَمَا أدرَكُتُمْ فَصَلوا، وَمَا فَاتَكُمْ فأتمّوا. رواه البخارى ومسلم

Apabila shalat didirikan, maka janganlah kamu mendatanginya Sambil berlari-lari, tetapi datangilah shalat itu berjalan dengan tenang (tertib dan sopan), maka apa-apa yang kamu jumpai lakukanlah shalatmu dan apa-apa yang luput olehmu, maka sempurnakanlah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan : 
Apabila kita pergi untuk shalat berjama'ah, maka berjalanlah dengan tenang, jangan berlari-lari, dan jangan terburu-buru, jika kita menjumpai orang-orang jama'ah sudah shalat, maka shalatlah Bersama mereka walaupun hanya satu rakaat dan yang kurangnya hendaklah disempurnakan sendirian sehingga cukup bilangan rakaatnya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 123. 

إذا أقيمت الصّلاة فكبز، ثم اقرأ ما تيسَّرَ مَعك مِنَ الْقُرْآن، ثمّ اركع حَتى تطمئن راكعاً، ثم ازقع حَتَّى تَعْتدل قائماً، ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا، ثم ارفع حتى تطمئن جالسا، ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا، ثم افعل ذلك في صلاتك كلها. رواه البخاري ومسلم

Apabila shalat didirikan maka takbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagi engkau daripada ayat Al-Qur'an, kemudian ruku' lah hingga tuma'ninah ruku'nya, kemudian angkatlah kepalamu hingga l'tidal (berdiri lurus), kemudian sujudlah hingga thuma'ninah sujudnya, kemudian angkatkan kepala hingga thuma'ninah duduknya, kemudian sujudlah hingga thuma'ninah sujudnya, kemudian perbuatlah seperti demikian dalam shalatmu kesemuanya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan : 
Jika mengerjakan shalat harus dimulai dengan takbir, dan kerjakan yang menjadi rukun shalat dan yang sunnatnya seperti membaca ayat-ayat Al-Qur'an dan dalam semua raka'at harus ada ruku' dan sujudnya dengan thuma'ninahnya, jangan terburu-buru tanpa ada thuma’ninah, Karena itu pelajarilah cara-cara mengerjakannya, janganlah hanya dikira-kira saja. Shalat duduk, juga memakai ruku' dan sujud, dan shalat tiduran juga demikian, tapi ruku' dan sujudnya dengan isyarat mata saja, kadar tumaninah adalah sekadar seorang membaca 1x Subhanallah, (kurang dari 1 detik), maka jika seorang melakukan shalat, pada i’tidal, rukuk, duduk, dan sujud ia harus berdiam segenap tubuhnya sekadar minimal kadar diatas, jika kurang dari itu maka tidak sah shalatnya. 

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 17, Penerbit Al Haromain)

Hadits 124. 

إذا فرب إلى أحَدِكُمْ طعَامُهُ وفي رجليه نعلان فلينزع نعليه، فإنه أروخح للقدمين، وَهُوَ مِنَ السُنة. رواه أبو يعلى عن أنس

Apabila telah makanan dihidangkan kepada seseorang di antara kamu sedangkan ia masih memakai alas kakinya, maka hendaklah ia tanggalkan terompahnya itu, karena yang dimakan itu lebih nyaman bagi kedua telapak kakinya dan perbuatan ini adalah daripada sunnah Nabi. (HR. Abu Ya'la, Dari Anas ra.)

Penjelasan : 
Menurut sunnah Nabi jika seseorang mau makan sebaiknya jangan memakai terompah (sepatu, sendal), supaya kakinya lega, dan makanan itu akan merata dirasakan oleh seluruh tubuh.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Hadits 125. 

إذا كثُرَتْ ذنوب العبد فَلَمْ يَكُنْ لَهُ مِنَ العَمَل مَا يُكفَرُها، ابتلاه الله بالخزن ليكفرَهَا عَنْهُ. رواه أحمد عن عائشة

Apabila sudah terlalu banyak dosa seorang hamba sedang baginya tidak ada amal (kebaikan) untuk menghapuskan dosanya itu, Allah mencobanya dengan kesusahan, untuk menutupi dosanya itu. (HR. Ahmad, Dari Aisyah ra.)

Penjelasan : 
Orang yang terlalu banyak dosanya sedangkan amal kebaikan nya tak ada pula, maka tentulah dosanya itu tidak akan diringankan daripadanya, maka orang itu akan mendapat cobaan dari Allah dengan bermacam-macam kesusahan, dan mungkin nantinya dengan cobaan itu dia akan menjadi sadar dan insaf, sehingga dia tidak akan berbuat dosa lagi, dan dia akan bertobat kepada Allah swt. Oleh karena itu ujian yang pahit atas dirinya itu akan menjadi hikmah yang baik untuk menghapuskan dosanya. Tapi andai-kata dengan ujian itu, dia tidak sadar dan insaf, maka nerakalah tempat kediamannya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Hadits 126.

إذا كان آخر الزمان كان قوَامُ دين الناس ودُنياهم الدراهم والدنانير. رواه الطبرانى

Apabila zaman sudah akhir, maka yang dijadikan tolok ukur agama manusia dan dunia mereka adalah terletak pada dirham dan dinar. (HR. Ath Thabrani).

Penjelasan : 
Tanda-tanda sudah dekat akhir zaman, di mana manusia menggantungkan hidupnya, baik dalam beragama ataupun cara hidupnya sehari-hari tergantung kepada uang yang banyak. Mereka sangat terpengaruh dalam harta-benda, sehingga agamanya juga diperjual belikannya, seperti seorang yang mengajarkan agama, jika ia tidak diberi uang yang banyak, maka ia tidak melaksanakan tugasnya, (untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat). Jadi segala galanya digantungkannya untuk kepuasan dunia (banyak uang).

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Hadits 127. 

إذا مات ولد العبد قال الله تعالى لملائكته: قبضتُمْ وَلد عبدي، فيقولون:  نَعَمْ، فَيَقُولُ : قبضتم ثمرة فؤاده، فَيَقولُونَ:  نَعَمْ، فَيَقُول:  ماذا قال عبدي؟ فيقولون:  حمدك وَاسْتَرجع، فيقول الله تعالى : ابنوا لعبدي بيتافى الْجَنَّةِ، وَسَموه بيت الحمد. رواه الترمذي عن أبي موسى

Apabila anak seseorang mati, berkata Allah swt. kepada Malaikat-Nya : Telah kamu cabut ruh anak hambaku, maka berkata Malaikat : Betul, maka berkata Allah : Telah kamu ambil buah hatinya, maka berkata Malaikat : Betul. Maka berkata Allah swt. : Apakah kata hambaKu? Maka berkata mereka (Malaikat) : Dia telah memuji Engkau dan berkata: INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROJI'UN pada waktu kematian itu. Maka berkata Allah : Buatkanlah untuk hambaku itu rumah di dalam surga dan namakanlah rumahnya, rumah pujian. (HR. At Tirmidziy, Dari Abu Musa ra.)

Penjelasan : 
Seseorang yang kematian anak, adalah satu cobaan yang besar sekali dan apabila yang punya anak itu sabar dan berkata: INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROJI'UN (Kami adalah kepunyaan Allah dan akan kembali kepadaNya), maka dibuatkanlah baginya istana di dalam surga.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Hadits 128. 

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلأ من ثلاث: صدقة جارية، أوعلمي نتفع به، أو ولد صالح يدعو له.  رواه مسلم

Apabila manusia mati, putuslah amalnya, kecuali tiga macam : Sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaat kan atau anak yang saleh yang mendo'akannya. (HR. Muslim)

Penjelasan : 
Bila manusia telah meninggal dunia, semuanya itu tak bermanfaat baginya lagi, kecuali apabila dia meninggalkan yang tiga macam, maka itulah yang akan menjadi pensiunannya di kemudian-hari. Pertama orang yang waktu hidupnya mempunyai sedekah jariyah, seperti membuat gedung-sekolah, mesjid, rumah-sakit dan sebagainya karena Allah. Begitu pula ilmu yang dimanfaatkan (diamalkan), yang diajarkan kepada orang sehingga ilmu itu berkurang, maka di mana dia telah meninggal-dunia, pahala dari ilmunya itu, akan diberikan Allah kepadanya. Dan do'a anak yang saleh yang mendo' akan orang-tuanya, maka do'a anak itu akan disampaikan Allah kepada orang-tua anak itu, karena baiknya anak itu adalah hasil jasa orang-tuanya. 

Apakah sampai doa atau pahala dari orang lain untuk mayit ? 

Jawabnya : Sampai, sebab hadits tersebut menjelaskan putus amalnya, bukan menjelaskan tidak sampainya amal orang lain (pahala yang di hadiahkan) terhadapnya, orang yang sudah meninggal terputus amalnya karena dirinya sudah tidak dapat berbuat amal sholeh lagi sebab sudah meninggal dunia, amal sholeh hanya dapat di lakukan oleh orang hidup, di alam kubur tidak bisa melakukan amal sholeh jadi terputus untuk berbuat amal sholeh lagi, tetapi bukan berarti tidak bisa mendapat pahala dari orang lain, sebab sedekah jariah dan doa dari anak yang sholeh saja bisa sampai, jadi pahala dari orang lainpun dapat sampai kepadanya. (lihat tulisan habib tentang sampainya pahala : https://www.shulfialaydrus.com/search?q=sampainya+pahala)

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Hadits 129. 

إذا نزل بكُمْ كرب، أؤ جّهدُ، أَوْ بَلاء، فقولوا: اللهُ رَبَّنَا لا شريك له. رواه البيهقي عن ابن عباس

Apabila datang kepadamu kesusahan-kesusahan atau kepayahan-kepayahan atau bala, maka katakanlah: ALLAHU ROBBUNAA LAA SYARIIKA LAHU (Allah adalah Tuhan kami, tidak ada serikat bagiNya). (HR. Al Baihaqiy, Dari Ibnu Abbas ra.)

Penjelasan : 
Apabila kita mendapat cobaan dari Allah dengan bermacam-macam cobaan yang menyusahkan diri kita seperti menghadapi fitnah-fitnah, atau soal ekonomi, yang selalu dalam kepayahan, atau cobaan lainnya, seperti sering mendapat sakit, keluarga sakit atau meninggal dunia, maka perbanyaklah membaca ucapan yang tersebut di atas, mudah-mudahan cobaan itu akan berganti dengan yang baik.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Hadits 130.

إذا نظرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَن فضل عليه في المال والخلق، فلينظر إلى مَن هُوَ . أَسْفَلَ مِنْهُ. رواه الشيخان عن أبي هريرة

Apabila seseorang di antara kamu melihat orang yang dilebihkan Allah dalam hal harta-benda dan bentuk rupa, maka hendaklah ia melihat kepada orang yang lebih rendah daripadanya. (HR. Syaikhan (Bukhari – Muslim),
Dari Abu Hurairah ra.)

Penjelasan : 
Di dalam soal-soal hidup janganlah kita memandang kepada orang yang mempunyai kelebihan (lebih kaya) daripada kita, tapi pandanglah orang yang lebih menderita (miskin) daripada kita. Jika kita memandang kepada orang yang lebih dari kita, apabila kita tidak mempunyai keimanan, niscaya akan menggerutu dan mengomellah kita, kenapa nasib kita tidak sama dengan dia, yang akhirnya akan mendatangkan kekufuran. Sebagusnya pandanglah orang yang lebih sengsara dan menderita kehidupannya dari kita, maka akan berkata lah kita di dalam hati. Saya bersyukur kepada Allah bahwa kehidupan saya tidak menderita benar seperti orang itu, yang akhirnya kita akan selalu hidup bersyukur kepada Allah swt.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 18, Penerbit Al Haromain)

Haidits 131.

إذا هُمْ أَحَدُكُمْ بالأمر، فليركع رَكْعَتَيْن من غير الفريضة، ثم ليقل: اللهمّ إني أستخيرك بعلمك، وأشتقدرك بقدرَتك، وَأَسْألك من فضلك العظيم، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاً أقدرُ، وَتعْلَمُ وَلاً أعلمُ، وَأتت علام الغيوب، اللهم إن كُنتَ تَعْلَمُ أنّ هذا الأمر خيرٌ لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري فاقدره لي ويسرة لي، ثم بارك لي فيه، وإن كنت تعلم أن هذا الأمر شرَّ لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري، فاصرفه عني، واصرفني عنه، واقدر لي الخير حيث كان، ثمّ أرضني به، قال: وَيُسَمّي حاجته. أرواه البخاري

Jika seseorang di antara kanmu bermaksud melakukan suatu perkara penting, hendaknya ia melakukan shalat dua raka'at (shalat Istikhoroh) selain shalat fardhu, setelah itu bacalah: 

ALLAAHUMMA INNI ASTAKhIIRUKA BI’ILMIKA WA ASTAQDIRUKA BIQUDROTIKA WA AS-ALUKA MIN FADhLIKAL ‘AZhIIMI, FA INNAKA TAQDIRU WA LAA AQDIR(U), WA TA’LAMU WA LAA A’LAM(U), WA ANTA ‘ALLAAMUL GUYUUB, ALLAAHUMMA IN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADzAL AMRO (…..) KhOIRUL LII FII DIINII WAD DUNYAYA WA MA’AASyI WA ‘AAQIBATI AMRII ‘AAJILI AMRI WA AJILIHI FAQDURHU LII WA YASSIRHU LII TsUMMA BAARIK LII FIIHI, WA IN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADzAL AMRO SyARRUN LII FII DIINII WA MA’AASyII WA ‘AAQIBATI AMRII WA ‘AAJILIHI WA AJALIHI FAAShRIFHU ‘ANNII WASRIFNII ‘ANHU WAQDUR LIYAL KhOIRA HAITsU KAANA TsUMMA ARODhINII BIHI.

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk kepada pengetahuan-Mu, dan aku meminta kekuatan kepada kekuasaan-Mu, dan aku memohon kepada kemurahan-Mu Yang Maha Agung. Sesungguhnya Engkau itu Maha Kuasa sedangkan tiada ke kuasaan bagiku, Engkau Maha Mengetahui sedangkan daku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik untuk agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka perkenankanlah daku terhadap perkara itu dan mudahkanlah daku meraihnya, kemudian berkahilah daku di dalamnya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa perkara itu jelek buat agamaku, kehidupanku dan akibat urusanku, maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah daku darinya, kemudian takdirkanlah kebaikan bagiku di manapun kebaikan itu berada serta ridhoilah daku di dalamnya." Nabi saw. melanjutkan sabdanya: "Kemudian orang yang bersangkutan hendaknya menyebut kan keperluannya". (HR. Bukhari)

Penjelasan : 
Jika seseorang hendak melakukan suatu perkara yang penting menyangkut kehidupan pribadinya baik yang berurusan dengan masalah duniawi ataupun ukhrawi, hendaknya ia melakukan shalat istikharah sebanyak dua raka'at. Istikharah artinya memohon petunjuk dari Tuhan agar la memperlihatkan kepadanya jalan mana yang paling baik dipilihnya, sebab hanya Allah-lah yang mengetahui hal-hal yang ghaib. Setelah ada alamat baginya maka hendaknya ia melaksanakan perkaranya sesuai dengan petunjuk ilham dari Allah tersebut. Di dalam hadits lainnya disebutkan, bahwa tidak akan kecewa orang yang beristikharah kepada Allah swt.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 19, Penerbit Al Haromain)

Hadits 132. 

إِذَا وُضِعَتِ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي‏.‏ وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَىْءٍ إِلاَّ الإِنْسَانَ، وَلَوْ سَمِعَهُ لَصَعِقَ. أرواه البخاري

Apabila jenazah seseorang telah disiapkan, lalu dipikul orang-orang di atas pundak-pundak mereka maka, jenazah itu yang orang baik, berkatalah dia : Segerakanlah aku, Dan jika jenazah itu orang yang tidak baik, berkatalah dia : Hai celakalah daku, hendak ke manakah kamu bawa aku? Suara jenazah itu terdengar oleh segala sesuatu, kecuali manusia, jika sekiranya manusia mendengarnya niscaya akan pingsanlah dia. (HR Bukhari)

Penjelasan : 
Jika jenazah akan diusung ke kubur, di mana jenazah telah diletakkan dalam keranda usungannya, dan telah dipikul orang usungannya itu, di situlah jenazah itu akan merintih (ruhnya) dengan rintihan yang tak putus-putusnya. Apabila orang yang mati itu semasa hidupnya tidak beramal shaleh, maka dia mengatakan : Hendak ke manakah aku akan dibawa. Tetapi jika jenazah itu orang yang suka beramal shaleh, ruhnya akan berseru, cepat cepatkanlah antarkan aku ke kuburku, karena dia akan merasakan ni'mat kubur. Ratapan ruh yang tak baik, atau kegembiraan ruh yang akan mendapat tempat yang baik di dalam kubur, semua binatang yang ada di dekatnya dapat mendengar kata-katanya itu, selain manusia saja yang tak dapat mendengarnya. Apabila dibukakan Allah hijab, artinya manusia dapat mendengar rintihan mayat, niscaya manusia itu takkan dapat hidup di muka bumi ini, dan akan pingsanlah mereka karena ke takutan.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 19, Penerbit Al Haromain)

Hadits 133.

إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة. رواه البخاري

Apabila sesuatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukaahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (HR. Bukhari)

Penjelasan : 
Jika kita menyerahkan sesuatu pekerjaan haruslah kepada yangahlinya, seumpama kita memilih seseorang menjadi pengurus organisasi, sedangkan orang itu tidak mengerti apa-apa tentang yang akandiurusnya (dikerjakannya), maka sudah barang tentu organisasi yangakan dipimpinnya akan pasif saja atau hancur dibuatnya. Begitulahdalam segala hal.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 19, Penerbit Al Haromain)

Hadits 134.

إذا وُقع في الرَّجُل وأنت في ملإ فكن لِلرَّجُل ناصراً، وللقؤم زاجراً، وقام عنهم. رواه ابن أبى الدنيا فى ذم الغيبة عن أنس 

Apabila pada seseorang diumpat oleh suatu kaum, sedangkan engkauberada di tengah kaum itu, maka hendaklah engkau menjadi penolongbaginya dan cegahlah kaum itu kemudian berdirilah engkau untukmeluruskan mereka. (HR. Ibnu Abid Dunia dalam, Bab Dzumul Ghibah(larangan mengumpat), dari sahabat Anas ra.)

Penjelasan : 
Jika ada orang diumpat oleh suatu kaum, sedangkan engkauberada di situ, maka hendaklah engkau menolong orang yang kenaumpat itu dengan kebijaksanaan engkau. Dengan demikian berartiengkau telah melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 19, Penerbit Al Haromain)

Hadits 135.

إذا أراد الله بالأمير خيْراً جَعَلَ لَهُ وَزير صدق، إن نسي ذَكَرَهُ وَإنْ ذَكرَ أعانه، وإذا أراد الله به غير ذلك، جَعَلَ لَهُ وَزيرَ سُوء إن نسي لَمْ يُذَكّرة وإن ذكر لم يعنه. رواه النسائى

Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang penguasa, Allah menjadikan baginya pembantu (perdana Menteri) yang jujur, jika ia lupa pembantunya memberi peringatan kepadanya, dan jika dia ingat, pembantunya akan menolongnya. Dan apabila Allah menghendaki dengannya selain demikian. Allah menjadikan baginya pembantu (perdana menteri) yang jahat, apabila raja lupa, ia tidak mengingatkannya, dan apabila raja ingat, ia ridak mau menolongnya. (HR. An Nasa'i)

Penjelasan : 
Raja yang baik dan mempunyai wazir (menteri) yang jujur dan baik, maka akan baiklah negara yang dipimpinnya, sebab raja itu akan menerima tegur-sapanya apabila dia (raja) lupa, dan apabila ia (raja) tidak lupa, maka wazinnya akan membantunya sehingga pekerjaan yang dihadapinya akan berjalan lancar dan baik. Tetapi apabila wazirnya (menterinya) tidak baik, niscaya apabila rajanya itu lupa dan lengah dalam urusannya, wazirnya tidak mau menegurnya dan dibiarkannya saja sekalipun raja itu bersifat zhalim, karena dia sama-sama orang zhalim. 

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 19, Penerbit Al Haromain)

Hadits 136.

إذا أكل أحَدُكُمْ مَع جَمَاعَةٍ وَشبع، فلا يَرْفَع يَدَهُ حَتَّى يَرْفَع القوم؛ فإنه يخجل جليسه. رواه البيهقي

Apabila seseorang diantara kamu makan Bersamajama'ah (makanbersama-sama), dan ia telah kenyang,maka janganlah ia selesai dahuluakan tetapi tunggulahsampai semua kaum selesai pula, sebab sikapseperti ini akan membuat malu orang yang duduk bersamanya. (HR. Al Baihaqi)

Penjelasan : 
Jika kita makan bersama dan kita merasa kenyang, janganlah cepat-cepat membasuh tangan tapi lambatkanlah seolah-olah kita masih makan, untuk menunggu tamu kita selesai makan, sebab jika kita cepat-cepat mencuci tangan sedangkan tamu belum selesai, tamu itu akan merasa malu makan bersama. Begitulah kesopanan (adab) Islam dalam soal makan yang mengajarkan kepada pemeluknya agar mempunyai kesopanan dalam segala hal.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 137. 

إذا حَج الرّجُل بمَال حَرَام، فقال: لبيك ! قال لهُ عَزَّ وَجَل : لا لبيك ولا سعديك. رواه الديلمي

Apabila seseorang melakukan ibadah haji dengan bekal dari harta yang haram, dikala ia berdo'a (membaca talbiyah): Labbaika (Ku penuhi panggilan-Mu), maka Allah SWT. menjawabnya: Tidak ada labbaik dan tidak ada Sa'daik bagimu. (HR. Ad Dailamiy)

Penjelasan : 
Rasulullah SAW. pernah bersabda: Haji mabrur itu tidak ada balasannya yang setimpal melainkan hanyalah surga. Akan tetapi jika seseorang menunaikan ibadah haji dengan bekal yang dihasilkan dari harta atau usaha yang haram maka sia-sialah karena tidak diterima Allah SWT. Demikian pula do'a-do'anyapun ditolak, karena ada sebuah hadits yang mengatakan: Ada seorang lelaki yang rambutnya awut-awutan, badannya penuh dengan debu karena saking lamanya dalam perjalanan. Kemudian ia berdo'a: Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Sedangkan makanannya dari barang yang haram dan pakaiannya pun dari barang yang haram, maka bagaimana ia bias dikabulkan do'anya. Dan ada seorang penyair yang mengatakan: Apabila seseorang pergi haji dari harta yang haram, maka yang haji hanyalah hewan kendaraannya bukannya dia (saat melaksanakan haji dengan berkendaraan hewan, seperti kuda, unta, dll).

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 138. 

أذْكُرُوا مَحَاسنَ مَوْتَاكُمْ، وَكُفوا عَنْ مَسَاويهم. رواه الترمذي عن ابن عمر

Sebutlah olehmu kebaikan orang yang mati, dan janganlah kamu menyebut-nyebut kejelekan mereka. (HR. At Tirmidziy, Dari Ibnu Umar ra.)

Penjelasan : 
Membicarakan kebaikan orang yang sudah mati tidaklah apa-apa bahkan disuruh, tetapi membicarakan 'aibnya (keburukannya), tidak boleh, karena yang mati itu telah mulai menerima apa yang dikerjakannya pada masa hidupnya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 139.

أذيبُوا طعَامَكُمُ بذكر الله وَالصّلاة، وَلا تَنَامُوا عَلَيْهِ فَتَقسُوقُلُوبُكُمْ. رواه أبو نعيم في الطب عن عائشة

Leburkanlah makanan kamu sekalian dengan berdzikir kepada Allah dan banyak (melakukan) shalat sunnah, janganlah kamu langsung tidur, karena akan menyebabkan keras hati. (HR. Abu Na'im, dalam kitab Ath Thibnya, Dari Siti 'Aisyah ra.)

Penjelasan : 
Orang yang habis makan kemudian langsung tidur akan menyebabkan kerasnya hati orang yang bersangkutan, sehingga ia tidak mau menerima kebenaran. Jika mau tidur tunggulah sampai makanan tersebut diproses dalam perut. Sambil menunggu pemrosesan tersebut sebaiknya orang yang bersangkutan banyak berdzikir kepada Allah melalui shalat sunnah, sebagai ucapan syukur atas ni'mat Allah yang dilimpahkan kepadanya. Menurut ilmu kesehatan pun tidur sehabis makan tidak baik dan membahayakan kesehatan, oleh karena itu tunggulah sampai makanan turun kemudian diproses. Gerakan yang ada pada shalat dan konsentrasi fikiran dengan berdzikir kepada Allah mempercepat proses metabolisme, sehingga amanlah orang yang bersangkutan dari gangguan penyakit yang diakibatkan karenanya. 
Demikianlah ajaran Islam selalu menganjurkan kepada hal-hal yang membawa manfaat bagi pemeluknya, tidak sekali-kali memerintahkan sesuatu terkecuali terkandung di dalamnya manfaat yang besar dan tidak sekali-kali ia melarang terkecuali karena hal tersebut mengandung bahaya bagi diri orang yang bersangkutan.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 140.

أربع دَعَوَاتٍ لا تُرَد : دعوة الحاج حَتَّى يرجع، وَدَعوّة الغازي حَتَّى يصدرَ، وَدَعوَةُ المَريض حَتَّى يَبْرَأ، ودعوة الأخ لأخيه بظهر الغيب، وأسرع هؤلاء الدّعوات إجابة دَعوة الأخ لأخيه بظهر الغيب. رواه الديلمي عن ابن عباس

Empat macam do'a yang tidak ditolak, yaitu: Do'a orang yang berhaji hingga dia kembali. Do'a orang yang berperang (berjihad) sehingga selesai dari peperangannya. Do'a orang yang sakit sehingga dia sembuh. Dan do'a saudara untuk saudaranya dengan tak diketahuinya, yang lebih cepat dikabulkan (dari keempat macam do’a tersebut) adalah do'a saudara untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya. (HR. Ad Daelamiy, Dari Ibnu Abbas ra.) 

Penjelasan : 
Empat macam do'a yang dijawab/dijabah: Pertama do'a orang yang sedang mengerjakan haji, jika hajinya betul-betul diterima Allah SWT. dan do'a orang yang sedang berperang membela agama Allah dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah, dan do'anya orang yang sakit, jika dia sabar dalam sakitnya, dan do'a saudara untuk saudaranya yang jauh dari-padanya, Dari yang empat macam itu, do'a saudara yang selalu mendo'akan saudaranyalah yang paling cepat dijabah oleh Allah SWT. Oleh karena itu berdo'alah kepada Allah dengan tulus ikhlas, mudah-mudahan segala do'a kita dijabah-Nya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 141.

أربع مَنْ كُنْ فيه كان منافقاً خالصاً، وَمَنْ كانتْ فيه خصلة مِنهُن كانتْ فيه خصلة من النفاق حَتَّى يَدَعَها: إذا حَدّث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا عاهد غدر، وإذا خاصم فجر. رواه الشيخان عن أبن عمر

Empat macam sifat yang barangsiapa ada padanya keempat macam sifat itu, berarti dia orang munafiq tulen. Dan barangsiapa yang ada padanya sebahagian daripada sifat-sifat tersebut berarti ia mengandung sebahagian daripada sifat munafiq sehingga ia mau meninggalkannya. Apabila dia berbicara, berdusta. Apabila dipercaya, khianat. Apabila berjanji, menyalahi dia akan janjinya (tidak ditepati). Dan apabila bertengkar, berbuat curang. (HR. Asy Syaikhani (Bukhari-Muslim), Dari Ibnu Umar ra.) 

Penjelasan : 
Empat macam sifat yang tersebut di atas itu, adalah tanda-tanda orang munafiq, apabila sebahagian sifat yang empat itu ada di diri seseorang, maka orang itu memiliki sebahagian sifat munafiq, sampai ia mau meninggalkannya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 142.

أربَعُ مَنْ كُنَّ فيهِ حَرَّمَهُ الله تعالى على النار، وعصمه من الشيطان: مَن ملك نفسَه حين يرغب، وحين يرهبُ، وَحين يشتهى، وحين يغضب، وأربع مَنْ كَن فيه نشرَ الله تعالى عَلَيْهِ رَحْمَتَهُ، وَأَدْخَلَهُ جَنَّتَهُ: مَنْ آوَى مشكيناً، وَرَحمَ الضعيف، وَرَفَق بالمملوك، وأنفق على الوالدين. رواد الحاكم

Empat macam barangsiapa yang ada padanya keempat macam itu, Allah mengharamkan atasnya neraka, dan terpelihara dari setan, ialah orang yang mampu menguasai dirinya ketika dia suka, dan ketika dia takut, dan ketika dia menginginkan, dan ketika dia marah, Dan empat macam yang barangsiapa ada padanya keempat macam itu Allah menghamparkan rahmat kepadanya dan masukkannya ke dalam surga, yaitu orang yang memberikan pertolongan kepada orang miskin, dan mengasihi orang lemah, dan berlaku lemah-lembut kepada hamba-sahaya, dan memberi nafkah kepada orang-tuanya. (HR. Al Hakim)

Penjelasan :  Apabila seseorang memiliki sifat yang empat macam, diharam kan Allah atasnya neraka dan dia terpelihara dari godaan setan, ialah : Orang yang dapat menahan (mengendali) dirinya yang sedang bergembira, jangan sampai melanggar larangan Allah. Begitu pula orang yang dapat menahan dirinya dari ketakutan, jangan memperhambakan diri kepada orang yang ditakutinya itu. Ketika dia sangat ingin, jangan sampai keinginannya itu dicapainya dengan ma'siat. Dan ketika marah, jangan sampai dilampiaskan. Demikian pula empat macam orang yang akan mendapat rahmat Allah dan akan masuk surga, ialah : Orang yang membantu kepada orang miskin sehingga orang miskin itu tidak sengsara, karena ditolongnya. Mengasihi orang yang lemah, artinya orang yang tak berdaya mencari nafkah hidupnya karena penyakit yang dideritanya atau karena sudah terlalu tua dan sebagainya, maka orang itu dibantunya sehingga orang itu tidak terlantar hidupnya. Berlaku baik terhadap hamba sahaya yang dimilikinya, artinya orang itu tidak dipandangnya hina dan tidak dicaci makinya, akan tetapi diperlakukannya menurut yang sewajarnya. Dan orang yang memberi nafkah kepada orang-tuanya, artinya bila mana orang-tuanya tidak berdaya lagi mencari nafkah, maka dialah yang harus menanggung makan minum orang-tuanya itu. Kesemuanya itu golongan orang yang baik-baik yang akan masuk surga.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 20, Penerbit Al Haromain)

Hadits 143.

أربع من أعطيهن فقد أعطي خيرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ لِسَانَ ذَاكر، وقلب شاكرُ، وَبَدّن على البلاء ضابر، وَزُوْجَةً لا تبغيه خؤناً في نفسها ولا ماله . رواه الطبراني عن ابن عباس

Empat macam, orang yang diberikan kepadanya keempat hal berikut ini, maka sesungguhnya ia telah dianugerahi kebaikan dunia dan akhirat, yaitu : lidah yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, diri yang sabar menerima cobaan, dan isteri yang ridak berkhianat pada dirinya dan tidak pada hartanya. (HR. Ath Thabraniy, Dari Ibnu Abbas ra.)

Penjelasan : 
Orang yang berbahagia hidupnya dunia dan akhirat ialah orang yang lidahnya selalu berdzikir mengingat Allah, hatinya selaiu bertakwa kepada Allah, sabar menerima cobaan Alah, dan memiliki isteri yang tak menyeleweng dan tidak berkhianat terhadap dirinya dan hartanya, artinya hartanya itu selalu dipergunakannya di jalan Allah, itulah orang-orang yang berbahagia di dunia dan akhirat.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 144.

أربع حَقّ على الله أن لا يدخلهُمُ الْجَنَّةِ، وَلا يُذيقهم نعيمها: مُدمِنْ خمر، وآكل الربا، وأكل مال اليتيم بغير حَقّ، والعاق لوالديه. رواد الحاكم 

Ada empat macamn orang yang wajib bagi Allah tidak memasukkan mereka ke dalam surga, dan juga tidak akan merasakan kenikmatannya, yaitu : pecandu minuman keras, pemakan riba, pemakan harta, anak yatim tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara', dan orang yang menyakiti kedua orang tuanya. (HR. Al Hakim)

Penjelasan : 
Empat macam perbuatan yang tersebut di atas adalah dosa-dosa besar yang apabila pelakunya tidak segera bertaubat kemudian mati dengan membawa dosa-dosa tersebut, maka Allah tidak akan memasukkan mereka ke surga (tidak mendapat ampunan-Nya). Akan tetapi apa bila pelakunya mau bertaubat kepada Allah dan meminta maat ke pada orang-orang yang dianiaya olehnya, maka Allah akan memaafkannya dan mengampuninya, sehingga Allah itu Maha Pengampun, la mengampuni semua dosa hamba-hamba-Nya kecuali perbuatan syirik (menyekutukan Allah).

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 145.

أريع لا يشبعن من أربع : أرض من مطر، وأنثى من ذكر، وعيّن من نظر ، وعالم ومن علم. رواد الحاكم

Empat macam, yang tidak kenyang dari yang empat macam, ialah: Bumi daripada air hujan. Perempuan daripada laki-laki. Mata dari memandang. Dan orang yang berilmu daripada ilmunya. (HR. Al Hakim)

Penjelasan : 
Empat macam yang takkan habis-habisnya menerima yang empat macam lagi, yaitu: Tanah tidak akan puas-puasnya menerima air hujan, bahkan jika datang hujan maka suburlah tanah itu. Perempuan tidak akan ada puasnya dalam melayani lelaki, Mata tidak puas-puasnya memandang kepada sesuatu apalagi memandang yang bagus-bagus dan sebagainya. Dan orang yang berilmu merasa bahwa ilmunya itu masih kurang juga sehingga dia menambah ilmunya terus-menerus.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 146.

أريع مِن سَعَادَةِ المَرء : أن تكونَ زَوْجَتُهُ صالحةً، وأؤلأدهُ أبْرَاراً ، وحلطاؤهُ صَالحين، وأن يكون رزقة فى بلده . رواه الديلمي عن علي

Empat macam dari kebahagiaan manusia, yaitu: Isteri yang shalehah, Anak yang berbakti, Teman-temannya adalah orang yang baik-baik dan bahwa rezkinya (mata pencahariannya) berada dalam negara nya sendiri. (HR. Ad Dailamiy, Dari Ali KWJ.)

Penjelasan : 
Alangkah bahagianya orang yang mempunyai isteri yang shalehah, yang dapat menghibur hatinya di waktu dalam kesusahan dan teman berunding dalam semua urusan, serta menjaga kehormatan dirinya, lebih-lebih ketika suaminya tidak ada di dekatnya dan sebagainya. Begitu pula mempunyai keturunan yang baik-baik, yang dapat mendo'akan orang-tuanya sesuai dengan do'a yang tersebut dalam Al Qur'an yang artinya: Wahai Tuhan kami! Berilah kami isteri/suami dan keturunan yang menyenangkan dan jadikanlah kami menjadi ikutan bagi orang yang takut kepada-Mu. Begitu pula alangkah berbahagianya seseorang yang selalu bergaul dengan orang-orang yang shaleh, yang taat beribadat kepada Allah, dan sudah barangtentu dirinya akan dibawanya ke jalan yang baik. Dan sangat berbahagia orang yang memperoleh rezkinya di tanah airnya sendiri, dengan tidak bersusah-payah mencari nafkah ke negeri lain.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 147.

أربعة يبغضهم الله تعالى: البياع الحلاف، والفقيرُ المُختال والشيخ الزاني، والإمَامُ الجائز. رواه النسائي عن أبي هريرة

Empat macam orang yang dibenci oleh Allah swt., yaitu: Penjual yang suka bersumpah. Orang miskin yang sombong. Orang yang sudah tua suka melacur. Dan pemimpin yang durhaka. (HR. An Nasa'I, dari Abu Hurairah ra.)

Penjelasan : 
Empat macam hal yang mendatangkan dosa besar dan selain itu mendapat kebencian dari Allah swt. ialah saudagar yang suka bersumpah untuk melakukan jualannya, seumpama dia bersumpah mengatakan barang-barangnya baik padahal barangnya ada cacatnya dan sebagainya, begitu pula orang miskin yang sombong yang tak tahu diri bahwa dirinya morat-marit tapi masih menyombongkan dirinya juga, dan orang tua yang suka melacur, padahal umurnya telah dekat ke pintu kubur. Dan pemimpin yang durhaka yaitu orang yang menyalah-gunakan kedudukannya, padahal dirinya harus menjadi contoh bagi orang yang mengikutinya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 148.

أربع من الشقاء: جُمُودُ العَيْن، وَقَسْوَة القلب، والحرض، وطول الأمل. رواه أبو نعيم عن أنس

Empat perkara yang mengakibatkan sengsara itu adalah : Pandangan yang picik, hati yang kesat, kemauan yang keras dan terlalu banyak berangan-angan. (HR. Abu Nu'aim, Dari Anas ra.)

Penjelasan : 
Keempat sifat tersebut dapat mengakibat kan pelakunya sengsara. Berpandangan picik artinya tidak mau menerima pendapat orang lain sekalipun itu benar, keras hati mengakibatkan seseorang tidak mau menerima kebenaran, keras kemauan tanpa diimbangi kemampuan yang memadai akhirnya menjadi cita-cita yang tak teraihkan. Semua sifat tersebut menyebabkan pelakunya mengalami sengsara demi untuk mencapai apa yang dimaksudnya atau apa yang dinginkannya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 149.

أربع لا يُصبنَ إلا بعجب : الصمُتُ، وَهُوَ أوّل العبَادَةِ، وَالتّواضع، وذكر الله، وقلة الشيء. رواه الطبراني عن أنس

Ada empat perkara yang pelakunya tidak akan ditimpa kejelekan terkecuali karena suatu hal yang ajaib, yaitu : Banyak berdiam yang mana hal ini adalah merupakan modal ibadah, rendah diri, selalu berdzikir (mengingat ) kepada Allah, dan sedikit kemauan. (HR. Ath Thabraniy, Dari Anas ra.)

Penjelasan : 
Diam tidak banyak bicara adalah membawa keselamatan, karena berapa banyak dosa yang dilakukan oleh mulut itu, demikian pula sikap rendah diri, selalu ingat kepada Allah dan tidak banyak kemauan, kesemua sikap tersebut dapat membawa keselamatan bagi pelakunya. Hanya karena perkara yang ajaib sajalah (takdir Tuhan) apabila orang yang sudah mengamalkan hal-hal tersebut masih juga ditimpa kejelekan atau hal-hal yang tidak diinginkannya.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 21, Penerbit Al Haromain)

Hadits 150.

أرْبَعَةً تجري عليهم أجُورُهُمْ بَعدّ المؤت: مَن مَات مُرَابطاً في سبيل الله، وَمَنْ عَلم علماً أجّري لهُ عَمَلُهُ مَا عُمل به، وَمَنْ تَصَدّق بضدّقة فأجْرُها يجري له مَا وُجدّت ، وَرَجُل تَرَك وَلَداً صَالِحاً فَهُوَ يَدعُو له. رواه الطبراني عن أبي أمامة

Empat macam orang yang berlaku atas mereka pahala sesudah mati, yaitu : Orang yang mati dalam keadaan berjuang di jalan Allah, orang yang mengajarkan ilmu pengetahuannya, diberi pahala baginya amalannya apa yang diamalkan orang sesudah ia mati. Orang yang bersedekah dengan sesuatu sedekah, maka pahalanya, tetap mengalir baginya selagi barangnya masih ada. Dan laki-laki yang meninggalkan anak yang shaleh, lalu anaknya mendo 'akannya. (HR. Ath Thabraniy, Dari Abu Umamah ra.)

Penjelasan : 
Yang akan mendapat pahala yang terus-menerus sesudah mati, adalah empat macam, yaitu: Mati syahid, mati dalam jalan Allah dengan niat yang ikhlas, maka surgalah tempat kediamannya, dosanya diampuni Allah swt. dan di dalam kubur dia telah mulai merasakan ni'mat kubur. Begitu pula orang yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga ilmunya itu diamalkannya dan bermanfaat pula kepada masyarakat. Demikian pula dia suka menyedekahkan apa yang telah diberi rezeki oleh Allah kepadanya, schingga dengan sedekahnya itu, terwujudlah rumah-rumah sosial untuk dipakai kepentingan umum. Dan do'a anak yang saleh, yang selalu mendo'akan orang-tuanya. Keempat macam itulah, mereka yang berbahagia, mendapat pensiunan pahala dari Allah swt.

(Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 22, Penerbit Al Haromain)

Website : http://www.shulfialaydrus.com/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : http://www.instagram.com/shulfialaydrus/
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : https://telegram.me/habibshulfialaydrus/
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah. 
Bank BRI Cab. JKT Joglo. 
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5. 
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. 

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Rabu, 23 Maret 2022

Keutamaan Bersholawat Kepada Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam Di Hari Jum’at.


فصل: في الصلاة على النبي -صلى الله عليه وسلم- في يوم الجمعة

Fasal : Keutamaan Bersholawat Kepada Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam Di Hari Jum’at.

أخبرنا أبو نصر عن والده، بإسناده عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم: "أكثروا من الصلاة علىَّ يوم الجمعة، فإنه يوم تضاعف فيه الأعمال، وسلوا الله لي الدرجة الوسيلة من الجنة، قيل: يا رسول الله: وما الدرجة الوسيلة من الجنة؟ قال: هي أعلى درجة في الجنة لا ينالها إلا نبي، وأرجو أن أكون هو".

Mengabarkan kepada kami Abu Nashr dari bapaknya, dari Ali bin Abi Tholib ra., Rasulullah SAW. bersabda : Perbanyaklah membaca shalawat pada hari Jum'at, karena hari itu adalah hari dilipatgandakannya pahala segala amal. Dan memohonlah kepada Allah derajat wasilah untukku. Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, apa itu derajat wasilah dari Surga?" Beliau menjawab, Derajat wasilah adalah derajat tertinggi di surga yang tidak diperoleh oleh siapa pun kecuali oleh Nabi, dan aku berharap mendapatkan derajat itu.

وعن محمد بن المنكدر عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "من قال حين يسمع النداء: اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمداً الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة، وابعثه المقام المحمود الذي وعدته، حلت له الشفاعة يوم القيامة".

Dan dari Muhammad bin Munkadir, dari Jâbir ra., Nabi bersabda : Barangsiapa yang saat mendengar adzan, membaca doa :

اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمداً الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة، وابعثه المقام المحمود الذي وعدته

ALLAHUMMA ROBBA HADzIHID DA’WATIT TAAMATI WASh ShOLAATIL QOO-IMATI AATI MUHAMMADA(N/L) WASIILATA WAL FADhIILATA WAD DAROJATAL ROFII’A(TA/H), WAB’ATsHUL MAQOOMAL MAHMUUD(A/NIL) LADzII WA ‘ADTAH(U).

Ya Allah, pemilik seruan ini yang sempurna dan sembahyang yang didirikan. Berilah Nabi Muhammad wasilah (perantara), keutamaan, dan derajat yang tinggi. Dan tempatkanlah beliau pada tempat yang terpuji, sebagaimana yang telah Engkau janjikan. 

Maka ia akan memperoleh syafa'at pada hari kiamat.

وعن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: "أكثروا الصلاة على نبيكم في الليلة الغراء واليوم الأزهر، ليلة الجمعة ويوم الجمعة".

Dari Abdullah bin Abbas ra. Berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda : Perbanyaklah sholawat kepada Nabi kalian (Rasulullah) pada (setiap) malam terang benderang dan hari yang cerah, (yaitu) malam Jumat dan hari Jumat.

وعن عبد العزيز بن صهيب عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: كنت واقفاً بين يدي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: "من صلى علىَّ في كل جمعة ثمانين مرة غفر الله تعالى له ذنوب ثمانين سنة، قلت: يا رسول الله كيف الصلاة عليك؟ قال -صلى الله عليه وسلم-: تقول اللهم صل على محمد عبدك ورسولك النبي الأمي، وتعقد واحدة".

Dari Abdul 'Aziz bin Shuhaib, dari Anas bin Malik ra. berkata : Ketika saya berdiri dihadapan Rasulullah SAW. beliau bersabda : Barangsiapa membaca sholawat kepadaku setiap hari Jum'at sebanyak delapan puluh (80) kali, maka Allah SWT. akan mengampuni semua dosa yang telah diperbuatnya selama delapan puluh tahun. aku bertanya : Bagaimana cara membaca sholawat kepadamu Yaa Rasulullah? Beliau menjawab : Bacalah : 

اللهم صل على محمد عبدك ورسولك النبي الأمي

ALLAHUMMA ShOLLI 'ALAA (SAYYIDINAA) MUHAMMADIN 'ABDIKA WA ROSUULIKAN NABIYYIL UMMIYI.

Ya Allah, Berilah rahmat kepada Nabi Muhammad sebagai hamba-Mu, Rasul-Mu, Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis. 

dan bacaan itu dihitung satu kali.

وعن مكحول الشامي عن أبي أمامة رضي الله عنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "أكثروا من الصلاة علىَّ في يوم الجمعة، فإن صلاة أمتي تعرض على في كل يوم جمعة، فمن كان أكثرهم علىَّ صلاة كان أقربهم مني منزلة يوم القيامة"

Dan dari Makhul Asy Syamiy, dari Abu Umamah ra. Berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : Perbanyaklah membaca shalawat pada hari Jum'at, karena shalawat umatku disampaikan kepadaku pada setiap Jum'at. Barangsiapa yang paling banyak bacaan shalawatnya kepadaku, maka dialah yang akan memperoleh tempat paling dekat denganku pada hari kiamat. 

(Kitab Al Ghunyah - Al Imam Asy Syeikh Abdul Qodir Al Jilaniy, Jus 2, Halaman 107, Penerbit Darul Kutub Al Ilmiyyah)

Adapun sanad yang muttashil (bersambung) kepada Al Imam Asy Syeikh Abdul Qodir Al Jilaniy Radhiyallahu Anhu yang alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) riwayatkan sebagai berikut :

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة المسند السيد ماجد بن حامد الشيحاوي الأعرجي الحسيني عن شيخه العلامة محمد صالح بن عثمان جلال الدين ملايوي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط عن شيخه العلامة عبد الله بن محمد غازي الهندي المكي عن شيخه العلامة الحبيب حسين بن السيد محمد بن حسين بن عبد الله الحبشي العلوي عن والده عن شيخه السيد طاهر بن الحسين بن طاهر عن السيد الامام عبد الرحمن بن علوي عن السيد عبد الرحمن بن عبد الله بلفقيه عن والده عن العلامة احمد القشاشي عن الامام الشناوي عن الامام عبد الرحمن بن عبد القادر بن عبد العزيز بن فهد العلوي عن عمه جار الله بن عبد العزيز عن الحافظ جلال الدين السيوطي عن الامام جلال الدين الملقن عن شيخه ابي اسحاق التنوخي عن ابي العباس الحجار عن الامام احمد بن يعقوب المارستاني عن سلطان الاولياء الامام القطب سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه 

Website : http://www.shulfialaydrus.com/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : http://www.instagram.com/shulfialaydrus/
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : https://telegram.me/habibshulfialaydrus/
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/
Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah. 
Bank BRI Cab. JKT Joglo. 
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5. 
Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. 

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Kumpulan nasehat Syeikh Dzun Nun Al Mishri rhm.

Kumpulan nasehat Syeikh Dzun Nun Al Mishri rhm.

Nasihat Dzun Nun Al Mishri kepada Yusuf AlHusayn

Siapakah orang yang harus aku jadikan teman duduk?

Hendaklah engkau bergaul dengan orang yang dengan melihatnya saja mengingatkanmu kepada Allah, kemuliaannya berkesan dalam batinmu, perkataannya menambah ilmumu, dan perbuatannya menjadikanmu zuhud di dunia. Ia tidak berbuat maksiat kepada Allah selama engkau berada di dekatnya. Ia mengajarimu dengan lisan dan perbuatannya, dan tidak dengan lisan perkataannya. Ia meninggalkan apa yang menunjukkanmu padanya, yakni bahwa ia tidak memiliki keutamaan dengannya ia mengajarimu, kerena seseorang kadang-kadang mengerjakan perbuatan baik yang dituntut keadaannya. Ia menunjukimu dengan ucapannya pada perbuatan baik yang dituntut kepadamu, tetapi pada waktu yang sama tidak dituntut keadaannya. Dengan perkataannya, ia maksudkan lisan perbuatannya, yakni perbuatan-perbuatannya yang lurus atau adil. Inilah makna firman Allah Swt: Mengapa kamu suruh orang lain melakukan kebajikan sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu kembaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS Al Baqarah 2: 44) 

Dzun-Nun berkata:

Orang berakal bukanlah orang yang pintar dalam urusan dunianya, tetapi bodoh dalam urusan akhiratnya, bukan orang yang jelek pekerti ketika harus bermurah hati, dan juga bukan orang yang bersikap sombong ketika harus merendahkan diri. Janganlah menjadi orang yang marah pada kebenaran jika dikatakan kebenaran itu kepadanya. Janganlah menjadi orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang disukai orang berakal. Janganlah menjadi orang yang menyedikitkan apa yang banyak dari Penciptanya dan memperbanyak yang sedikit dari apa yang disyukurinya. Janganlah menjadi orang yang menuntut keadilan dari orang lain untuk dirinya, tetapi ia sendiri tidak berlaku adil kepada orang lain. Janganlah menjadi orang yang melupakan Allah ketika harus menaati-Nya, tetapi mengingat Allah ketika berhajat kepada-Nya. Janganlah menjadi orang yang menumpuk ilmu sehingga terkenal, tetapi kemudian dipengaruhi hawa nafsunya ketika mempelajarinya. Janganlah menjadi orang yang sedikit rasa malunya kepada Allah atas keindahan hijab-Nya. Janganlah menjadi orang yang lalai bersyukur atas penampakan nikmat-Nya. Janganlah menjadi orang yang lemah dari berjihad melawan musuhnya demi keselamatannya ketika musuhnya memaksakan peperangan kepadanya. Janganlah menjadi orang yang menjadikan harga dirinya sebagai pakaiannya, tetapi tidak menjadikan adab, wara’, dan ketakwaan sebagai pakaiannya. Janganlah menjadi orang yang menjadikan ilmu dan pengetahuannya sebagai perhiasan dalam majelisnya.

Mohon ampunlah kepada Allah jika engkau terlalu banyak bicara. Jika engkau tidak menghentikannya, maka pembicaraan tidak akan terputus.

Janganlah engkau keluar dari tiga hal, yakni pandangan pada agamamu dengan keimananmu, berbekal dengan duniamu untuk akhiratmu, dan permohonan tolong kepada Tuhanmu di dalam apa yang diperintahkan-Nya kepadamu dan yang dilarang-Nya atas dirimu.

Barangsiapa memandang dan melihat-lihat aib orang lain, maka ia buta pada aib dirinya sendiri. Barangsiapa memperhatikan Firdaus dan neraka, maka dia dilalaikan dari omongan orang. Barangsiapa lari dari manusia, maka ia terhindar dari kejahatan mereka. Barangsiapa mensyukuri nikmat, maka nikmat bertambah baginya.

Nasihat Dzun-Nun kepada Ibrahim Al-Akhmimi.

Wahai Ibrahim, jagalah dariku lima hal. Jika engkau menjaganya, maka engkau tidak akan peduli kepada apa yang terjadi sesudahnya.

Rangkullah kefakiran, bersifatlah dengan kesabaran, lawanlah keinginan (syahwat), ingkari hawa nafsu, dan takutlah kepada Allah dalam segala urusanmu. Hal itu akan mewariskan kepadamu rasa syukur, kerelaan, ketakutan, pengharapan, dan kesabaran. Yang lima ini akan mewariskan kepadamu lima hal, yakni: ilmu, amal, menunaikan yang fardhu, menjauhi yang haram, dan menepati janji. Engkau tidak akan sampai pada yang lima ini kecuali dengan lima hal, yakni: ilmu yang berlimpah, makrifat yang pasti, hikmah yang berpengaruh, akal yang menembus, dan jiwa yang takut.

Celakalah semua, celaka orang yang diuji dengan, yakni: barang haram, kemaksiatan, menghias diri untuk apa yang dimurkai Allah, menghina manusia dengan apa yang ada pada dirinya. Keburukan yang paling paling jelek adalah: pegangan pada yang jelek, perbuatan yang jahat, membebani punggung dengan dosa, memata-matai manusia dengan apa yang tidak disukai Allah, dan menampakkan kepada Allah apa yang dibenci-Nya.

Kebahagiaan diperuntukkan bagi orang yang mengikhlaskan, yakni: yang mengikhlaskan ilmu dan amalnya, yang mengikhlaskan cinta dan marahnya, yang mengikhlaskan bicara dan diamnya, dan yang mengikhlaskan perkataan dan perbuatannya 

Ketahuilah wahai Ibrahim, bahwa sisi halal itu ada lima, yaitu: perniagaan dengan jujur, bekerja dengan ketulusan, perburuan di darat dan di laut, pewarisan barang yang diperoleh secara halal, dan hadiah dari tempat yang engkau relakan. Setiap kesenangan dunia ada kelebihan, kecuali lima hal: roti yang mengenyangkanmu, air yang memuaskanmu, pakaian yang menutupi tubuhmu, rumah yang meneduhimu, dan ilmu yang kau amalkan. Engkau memerlukan juga lima hal, yaitu: keikhlasan, niat baik, taufik, kesesuaian dengan kebenaran, dan makanan dan minuman yang baik.

Hal yang mengandung ketenangan, yaitu: meninggalkan teman yang jahat, kezuhudan di dunia, meninggalkan penghinaan pada hamba-hamba Allah, bahkan engkau tidak menghinakan orang yang berbuat maksiat kepada Allah. Ketika itu, gugurlah darimu lima hal, yaitu: perbantahan, perdebatan, riya’, berhias, dan mencintai kedudukan.

Terdapat lima yang di dalamnya menggabungkan tujuan, yaitu: memutuskan hubungan dengan selain Allah, meninggalkan kelezatan yang mendatangkan hisab, tidak sabar dalam menghadapi sahabat dan musuh, ketenangan, dan meninggalkan penumpukan harta. Lima hal, wahai Ibrahim, yang diharapkan seorang berilmu (‘alim), yaitu kenikmatan yang hilang, bencana yang datang, kematian yang membinasakan, fitnah yang mematikan, atau ketergelinciran kaki setelah tegaknya. Cukuplah bagimu wahai Ibrahim, engkau mengamalkan apa yang engkau telah ketahui.

Wasiat Dzun-Nun Al-Mishri kepada Kaum Muda.

Wahai pemuda, ambillah senjata celaan bagi dirimu, dan gabungkanlah dengan menolak kezaliman, maka di Hari Kemudian engkau akan memakai jubah keselamatan. Tahanlah dirimu dalam taman ketenteraman, rasakan pedihnya fardhu-fardhu keimanan, maka engkau akan memperoleh kenikmatan surga. Teguklah cawan kesabaran dan persiapkan ia untuk kefakiran hingga engkau menjadi orang yang sempurna urusannya.

“Diri mana yang mampu melakukan ini?”

Dzun-Nun menjawab, “Diri yang bersabar atas lapar, yang teringat pada jubah kezaliman, diri yang membeli akhirat dengan dunia tanpa syarat dan tanpa kecuali, dan diri yang berperisaikan kerisauan, yang menggiring kegelapan pada kejelasan. Apa pedulimu dengan diri yang menempuh lembah kegelapan, meninggalkan kegelapan lalu memiliki, memandang akhirat, melihat kefanaan, melalaikan dosa, merasa cukup dengan makanan sedikit, menundukkan pasukan nafsu, dan bersinar dalam kegelapan. Ia bercadarkan kudung berhias, dan menuju kemuliaan dalam kegelapan. Ia menginggalkan penghidupan. Inilah diri yang berkhidmat, yang mengetahui hari yang akan datang. Semua itu dengan taufik Allah yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri.” 

Wasiat Dzun-Nun kepada Saudaranya.

Kepada saudaranya, Al-Kifla, Dzun-Nun berkata, “Wahai Saudaraku, jadilah engkau orang yang selalu disifati dengan kebaikan dan jangan menjadi orang yang hanya bisa menerangkan kebaikan-kebaikan saja.” 

Sepuluh nasehat dan ilmu dari Asy Syeikh Fudhail bin Iyadh rhm.

1. Jangan tertipu dengan banyaknya orang yang tersesat.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : 

 “Ikutilah jalan hidayah dan sedikitnya orang yang menitinya tidaklah membahayakanmu. Hati-hatilah dengan jalan-jalan kesesatan dan jangan terkecoh dengan banyaknya orang yang binasa di dalam kesesatan”. (Al-I’tisham, 1:60, Asy-Syathibi)

2. Carilah Kawan Sejati.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : 

“Jika engkau ingin mencari kawan sejati maka lakukan hal yang membuat dia tersinggung. Jika engkau lihat orang tersebut bersikap sebagaimana mestinya maka jadikanlah dia sebagai kawan dekat. Namun kiat di atas tidak berlaku lagi di zaman ini. Kiat diatas mengandung risiko. Zaman sekarang, jika engkau melakukan hal yang membuat dia tersinggung, dia langsung berubah menjadi musuh seketika itu juga. Penyebab perubahan ini adalah orientasi hidup; orientasi hidup para ulama salaf adalah akhirat semata. Oleh karena itu, niat mereka di dalam bersaudara dan berinteraksi adalah niat yang tulus, sehingga perkawanan itu bernilai agama (akhirat) bukan dunia. Berbeda dengan kondisi sekarang, hati demikian dikuasai oleh cinta dunia”. (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 4:296, Ibnu Muflih Al-Hanbali)

3. Berdoalah untuk kebaikan penguasa.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : 

“Jika aku punya doa mustajab maka doa tersebut akan kupakai untuk mendoakan penguasa.” “Mengapa demikian wahai Abu Ali?” demikian tanggapan sebagian orang. Jawaban Al-Fudhail, “Jika doa mustajab tersebut kupakai untuk diriku sendiri, aku tidak akan mendapatkan balasan. Namun, jika kupakai untuk mendoakan penguasa maka baiknya penguasa akan berdampak kebaikan bagi rakyat dan negeri”. (Hilyah Al-Auliya’, 8:91, Abu Nu’aim Al-Ashfahani)

4. Janganlah beramal karena manusia.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : 

 “Meninggalkan amalan shalih karena manusia adalah riya’, Sementara itu, beramal shalih karena manusia adalah kesyirikan. Adapun ikhlas adalah jika terbebas dari kedua hal tersebut.” (Al-Adzkar An-Nawaiyyah, hlm. 7)

5, Yang paling ikhlas dan paling benar.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah  mengomentari firman Allah Ta’ala,

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Untuk menguji kalian siapakah diantara kalian yang paling baik dalan beramal.” (QS. Al-Mulk : 2)

Beliau berkata, “Yaitu amalan yang paling ikhlas dan paling benar”.
Ada yang bertanya, “Wahai Abu Ali apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar?”
Al-Fudhail menjawab, “Jika amalan itu ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima. Jika benar namun tidak ikhlas maka juga tidak diterima. Amalan yang diterima adalah yang menggabungkan antara ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal karena Allah dan benar adalah sesuai sunnah”. (Majmu’ Fatawa, 3:124)

6. Tanda rendah hati.

Dari Ibrahim, “Aku bertanya kepada Al-Fudhail mengenai apa itu tawadhu’. Jawaban beliau :

 “‘Engkau tunduk dan patuh kepada kebenaran. Jika ada sebuah kebenaran yang engkau dengar dari anak kecil maka engkau menerimanya. Bahkan sebuah kebenaran yang engkau terima dari orang bodoh pun, engkau menerimanya.’ Sementara itu, ketika kutanya mengenai sabar dalam menghadapi musibah, jawaban beliau, ‘Dengan tidak menceritakannya.'” (Hilyatul Auliya’, 8:91)

7. Iman yang sempurna.

Al-Faidh bin Ishaq berkata bahwa beliau mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata : 

 “Seorang hamba tidak akan menggapai hakikat iman kecuali setelah menganggap musibah sebagai nikmat, nikmat sebagai musibah, tidak peduli dengan dunia yang dinikmati dan sama sekali tidak ingin mendapatkan pujian karena ibadah kepada Allah Ta’ala yang ia kerjakan.” (Hilyatul Auliya’, 8:94)

8. Harta halal yang sedikit tapi penuh berkah.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : 

 “Tidak ada hiasan yang lebih baik daripada jujur dan berburu harta yang halal.” Ali putra Al Fudhail berkata, “Wahai ayahku berburu harta yang halal itu sulit.” (Al-Fudhail menasihati), “Wahai anakku, harta halal yang sedikit tapi di sisi Allah itu banyak.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 8:426)

9. Janganlah menyakiti anjing.

Sebagaimana penuturan Al-Faidh bin Ishaq, Al-Fudhail berkata,

 “Demi Allah, engkau tidak boleh menyakiti anjing atau pun babi tanpa alasan! Lantas, bagaimana lagi jika menyakiti seorang muslim!” (Siyar A’lam An-Nubala’, 8:427)

10. Ciri orang yang bertakwa.

Asy Syeikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : 

 “Seseorang itu tidak akan menjadi orang yang benar-benar bertakwa kecuali manakala musuhnya pun merasa aman dari kezalimannya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 8:427)

(Referensi dari berbagai sumber)

Website : http://www.shulfialaydrus.com/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : http://www.instagram.com/shulfialaydrus/
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : https://telegram.me/habibshulfialaydrus/
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/
Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah. 
Bank BRI Cab. JKT Joglo. 
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5. 
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. 

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Kumpulan Wasiat dan Nasihat Al Imam Ali Zainal Abidin As Sajad ra.

Kumpulan Wasiat dan Nasihat Al Imam Ali Zainal Abidin As Sajad ra.

Al Imam Ali Zainal Abidin As Sajad ra. Berkata : 

Semoga Allah SWT melindungi kami dan kalian dari tipu daya orang-orang zalim, kedzaliman para penghasut dan paksaan para pemaksa. Wahai orang-orang Mukmin, janganlah kalian tertipu oleh para thagut, penguasa zalim, pencari dunia yang hatinya dirasuki kecintaan kepada dunia, dan selalu menginginkan kenikmatan tiada nilai serta kelezatan dunia yang cepat berlalu. Aku bersumpah demi jiwaku, dimasa lalu, kalian telah melewati beberapa kejadian dan melalui beberapa fitnah dengan selamat, sementara kalian selalu menjauh dari orang-orang sesat, para pembuat bid’ah dan perusak di muka bumi. Maka kini mohonlah pertolongan Allah SWT dan kembalilah taat kepada Allah SWT dan kepada Wali Allah SWT yang lebih layak daripada para penguasa.

Dahulukanlah perintah Allah SWT dan ketaatan kepada orang yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dari segala sesuatu dan selamanya dalam semua urusan. Janganlah kalian mendahulukan ketaatan kepada para thagut yang tertipu oleh dunia yang semu, daripada ketaatan kepada Allah SWT. Berhati-hatilah, jangan bergaul dengan para pendosa dan orang-orang yang tercemar maksiat. Berhati-hatilah bekerja sama dengan orang-orang zalim dan berdekatan atau berhubungan dengan orang-orang fasik. Waspadalah fitnah mereka dan menjauhlah dari mereka. Ketahuilah, barang siapa menentang para wali Allah SWT, mengikuti agama selain agama Allah SWT, dan mengabaikan perintah dan larangan Wali Allah SWT, ia akan masuk neraka, dan tertimpa kobaran api yang menyala-nyala.

Wahai nafsu hentikanlah kecondonganmu kepada dunia dan kecenderungan untuk meramaikannya, tidaklah engkau menjadikan sebagai pelajaran terhadap para pendahulumu yang telah ditelan bumi serta para sahabatmu yang telah membuatmu bersedih karena kepergiannya, demikian juga kawan-kawanmu yang telah berpindah kedalam tanah, mereka sekarang telah berada di dalam perut bumi, dibalik permukaannya, kebaikan-kebaikan mereka ikut lebur menyatu didalamnya , sudah berapa banyak manusia – manusia yang telah dibinasakan ole kekejaman masa dari abad kea bad, serta berapa banyak manusia-manusia yang telah dirusak oleh bumi dengan bencana-bencananya, lalu mereka ditenggelamkan di dalam gumpalan tanahnya, dari berbagai jenis manusia yang pernah engkau ajak bergaul dan kemudian mereka kamu antarkan ke dalam kuburnya.”

Betapa banyak manusia yang telah ditipu oleh dunia dari mereka yang justru mendiaminya, dan betapa banyak manusia yang telah dibanting oleh dunia dari mereka yang justru menempatinya, lalu dunia itu tidak mau mengangkatnya lagi dari keterpelesetannya, tidak menyelamatkannya dari kebinasaannya, tidak menyembuhkan dari kepedihannya, tidak membebaskannya dari penyakitnya dan tidak melepaskannya dari penderitaannya.”

Wahai putraku janganlah engkau berteman dengan orang fasik, karena sesungguhnya dia akan menjualmu dengan sesuap makanan atau lebih sedikit lagi dari hal itu yang ia belum memperolehnya, dan janganlah berteman dengan orang bakhil ( pelit ) karena sesungguhnya dia akan mentelantarkanmu di dalam apa yang dia miliki, sedangkan engkau sangat membutuhkannya, serta janganlah kanu berteman dengan seorang pembohong, karena sesungguhnya dia adalah seperti fatamorgana, ia membuat sesuatu yang jauh nampak dekat dihadapanmu dan membuat sesuatu yang dekat nampak jauh dari dirimu, demikian juga orang yang tolol, karena sesungguhnya ia ingin menguntungkan dirimu ( tapi karena ketololannya ) maka ia malah menyengsarakan dirimu, dan jangan pula dengan suka memutuskan tali persaudaraan, karena dia adalah orang yang mendapat laknat di dalam kitabullah, dengan firmannya : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah swt, maka Allah swt menulikan telinga mereka dan membutakan penglihatan mereka.” 
( Muhammad :22-23 )

Sesungguhnya Allah swt menyukai seseorang yang telah berbuat dosa, lalu bertobat.”

Orang yang tidak memerintah terhadap kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah seperti orang yang mencampakkan Kitabullah di belakang punggungnya.

Orang-orang yang menjadi pimpinan para manusia adalah orang-orang yang bermurah hati dan bertaqwa, sedangkan di Akhirat nanti, yang mulya adalah orang-orang ahli agama, ahli keutamaan dan orang ahli ilmu yang bertaqwa, karena sesungguhnya Ulama adalah Ahli waris Para Nabi.

Ada 4 perkara yang barangsiapa memilikinya, niscaya imannya menjadi sempurna, dosa-dosanya diampuni dan ia akan berjumpa dengan tuhannya dalam keadaan ridlo kepadanya, yaitu barangsiapa yang mau menepati karena Allah swt, terhadap apa yang diwajibkan Allah swt atas dirinya untuk para manusia, lisannya selalu berkata jujur kepada para manusia dan ia bersikap malu terhadap segala perbuatan jelek menurut pandangan Allah swt dan para manusia, serta ia selalu berbudi pekerti yang baik kepada para keluarganya.

Amal yang paling utama disisi Allah swt adalah sesuatu yang dilakukan menurut sunnah Rasulullah saw.

Janganlah kamu merasa tidak suka berteman dengan seseorang, meskipun kamu telah mengira bahwa orang ini tidak akan bermnfaat bagi dirimu, karena sesungguhnya kamu tidak tahu kapan kamu akan membutuhkan temanmu itu.

Orang yang berhati hasud (dengki) tidak akan meraih kemulyaan dan orang yang suka dendam akanmati merana. Sejelek-jeleknya saudara adalah yang selalu memperhatikan dirimu ketika kamu kaya dan ia menjauhi kamu, ketika kamu dalam keadaan melarat. Bersikap rela terhadap taqdir Allah swt yang tidak menyenangkan adalah merupakan martabat yang tinggi.

Berfikirlah dan berbuatlah sesuai tujuan penciptaanmu, karena Allah tidak menciptakan untuk kesia-siaan.

Hati-hatilah berteman dengan pendosa, membantu orang yang zalim, dan mendekati orang yang fasik. Waspadalah terhadap fitnahan mereka dan menjauhilah dari lingkungan mereka. Ketahuilah bahwa orang yang menentang para wali Allah, yang beragama dengan selain agama Allah SWT serta yang berbuat sewenang-wenang dalam perintah-Nya bukan dengan perintah wali Allah, maka ia mendapat siksa dalam api neraka yang akan menghanguskan (menghancurkan) jasad, siksaan yang melebihi batas kemampuannya karena itu ambillah pelajaran, wahai yang punya kesadaran, dan pujilah Allah yang telah memberimu petunjuk serta ketahuilah bahwa engkau tidak akan keluar dari kekuasaan Allah kepada takdir selain-Nya, dan ingatlah bahwa Allah akan menilai amal kalian, kemudian kepada-Nyalah kalian akan digiring, karena itu ambillah manfaat dari nasihat ini dan bertingkah lakulah dengan tingkah laku orang-orang yang shaleh.

Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Imam Ali Zainul Abidin kepada Muhammad bin Muslim Al-Zuhri, diantara isinya: “Allah mewajibkan kepada ulama agar menerangkan (kepada manusia) dan tidak menutup-nutupinya. Ketahuilah paling ringannya apa yang kalian sembunyikan (lakukan) adalah kalian telah menenangkan kegusaran orang yang zalim dan dengan mendekatinya kamu kepadanya memudahkan jalan kesesatan. Bukankah undangannya kepadamu akan menjadikanmu sebagai as (poros) untuk memutar balikkan kekejaman mereka dan menjadikanmu sebagai jembatan menuju bencana yang menimpanya serta menjadikanmu sebagai tangga yang menyampaikan kepada kesesatan yang sekaligus mengajak yang lain untuk berbuat kejahatan seperti mereka. Mereka akan memasukkan keraguan kepada ulama dengan bantuanmu dan akan menjadikanmu sebagai penasihat atas kelakuannya yang jahat. Kelakuanmu dalam menampakkan kejahatan dan perpecahan lebih buruk dibanding kelakuan yang dapat dimainkan oleh orang-orang kepercayaan mereka, maka alangkah sedikitnya apa yang diberikan kepadamu jika dibandingkan dengan sesuatu yang engkau berikan kepada mereka, dan alangkah tidak berharganya kenikmatan yang mereka berikan kepadamu padahal mereka telah menghancurkan dirimu. Karena itu berusahalah (perhatikan) untuk keselamatan dirimu dan ketahuilah bahwa tidak akan ada yang memperhatikan nasibmu selain dirimu sendiri.

Tiada tetesan yang lebih Allah cintai dari dua tetesan: tetesan darah di jalan Allah, dan tetesan air mata di malam hari karena semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

Tiga karakter (yang jika ada pada orang mukmin akan membawa) keberuntungan: mencegah lisannya dari mengganggu manusia atau menggunjing mereka, menyibukkan dirinya untuk sesuatu yang bermanfaat (baginya) di dunia maupun di akhirat, serta selalu menangisi segala kesalahannya.

Tiga karakter yang apabila ada pada orang mukmin maka dia dalam lindungan Allah dan akan dinaungi di bawah naungan Arsy-Nya di hari kiamat serta akan merasakan ketenangan di hari ketakutan. Yaitu: 1. seorang yang memberikan sesuatu yang dia sendiri butuh padanya; 2. seorang yang tidak menggerakkan kaki atau tangannya sehingga ia tahu di jalan Allah-kah melangkah atau di jalan kemaksiatan pada-Nya; 3. seorang yang tidak mencela saudaranya hingga dia membersihkan kepribadiannya dari celaan itu.

Janganlah engkau memusuhi seseorang yang menurut persangkaanmu tidak akan membahayakanmu. Dan janganlah engkau enggan untuk berteman dengan seseorang yang menurut anggapanmu tidak akan membawa manfaat untukmu.

Sesungguhnya sempurnanya pengenalan seseorang terhadap agamanya, yaitu ketika meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya, tidak banyak berdebat, bersifat ramah, penyabar dan baik tingkah lakunya.

Kekayaan yang sebenarnya yaitu ketika tidak mengemis dari selain-Nya. Duduk bersama para shalihin (orang-orang yang baik) akan menghantarkan kepada kebaikan.

Hati-hatilah berteman dengan orang yang fasik, sebab dia akan menjualmu dengan sesuap makanan atau yang lebih sedikit dari itu.

Hati-hatilah berteman dengan seseorang yang dungu karena dia bisa mencelakakanmu saat ingin berbuat baik untukmu.

Hati-hatilah bersahabat dengan orang yang kikir karena dia tidak akan membantumu dengan hartanya di saat engkau sangat membutuhkannya.

Berhati-hatilah berteman dengan orang yang pembohong karena dia laksana fatamorgana, mendekatkan sesuatu yang jauh kepadamu dan menjauhkan dirimu sesuatu yang dekat.

Jika ada seseorang yang mencelamu terus-menerus lalu datang padamu untuk meminta maaf maka terimalah permohonan maafnya. Pandangan mukmin pada saudaranya yang mukmin yang disertai kecintaan dan kerahmatan baginya terhitung sebagai ibadah.

Hak tetanggamu atasmu yaitu: kau jaga saat dia tidak ada, kau hormati dirinya ketika ia ada, kau tolong dirinya saat teraniaya. Jangan engkau mencari-cari kekurangannya, dan ketika engkau melihat kejelekan padanya, jangan engkau sebar-luaskan. Apabila engkau yakin dia akan menerima nasihatmu, maka nasihatilah di tempat yang tersembunyi. Dan jangan engkau biarkan dia dalam kesulitan, selamatkan dia dari ketergelincirannya, maafkanlah kesalahannya dan bergaulah dengannya dengan sebaik-baik pergaulan.

Ya Allah! Jagalah diriku dari menganggap hina orang yang tidak memiliki sesuatu atau menganggap utama orang yang memiliki kekayaan. Karena orang yang mulia itu adalah orang yang dimuliakan oleh ketaatannya kepada-Mu, dan orang yang agung itu adalah orang yang diagungkan penghambaannya kepada-Mu.

Orang mukmin amalnya akan disertai kesabaran, duduknya ingin menimba ilmu, diamnya demi keselamatan, akan merahasiakan apa yang diamanatkan kepadanya sekalipun kepada teman dekatnya, tidak akan menyembunyikan kesaksian bagi orang yang jauh, tidak berbuat kebenaran karana riya dan tidak meninggalkan karena malu. Jika dipuji ia takut pujian. Dan segera memohon ampun ke hadirat Allah terhadap apa-apa yang tidak mereka ketahui (tentang kepribadiannya). Dan tidak melayani perbuatan bodoh yang dilakukan oleh orang-orang bodoh.

Hak orang yang berbuat baik kepadamu, hendaknya engkau mensyukurinya, selalu kau sebut kebaikannya, kau sebarkan sebutan yang baik tentangnya, kau doakan dirinya dengan ikhlas kepada Allah SWT. Apabila telah engkau laksanakan semua itu, berarti kau telah mensyukurinya baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Dan jika engkau mampu untuk membalas kebaikannya, balaslah kebaikannya atau setidak-tidaknya persiapkanlah sesuatu untuk membalasnya dan bulatkanlah tekadmu untuk melaksanakannya.

Yang paling Allah cintai diantara kalian adalah yang paling baik amalannya. Sedangkan amalan yang paling mulia adalah yang paling ikhlas nilainya. Dan yang paling selamat dari siksa Allah adalah orang yang paling takut kepada-Nya. Sedang yang paling dekat kepada Allah adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling diridhai Allah adalah orang yang mengurusi keperluan keluarganya. Sedang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.

Seandainya manusia menyadari kemuliaan mencari ilmu maka mereka akan mencarinya walaupun harus menumpahkan darah atau mengarungi gelombang lautan.

Imam Ali Zainul Abidin as bertemu dengan orang yang baru sembuh dari sakit dan berkata: “Kamu telah dibahagiakan dengan pensucian dari dosa-dosa. Sesungguhnya Allah telah menyebutmu maka sebutlah nama-Nya, Yang telah menyembuhkanmu maka bersyukurlah.

Janganlah berbohong, baik yang kecil atau yang besar dan dalam keadaan sengaja atau hanya main-main.

Dosa yang dapat menolak doa yaitu: niat yang jelek, bathin yang jahat, bersifat munafik saat bersama saudaranya, menjawab sesuatu dengan kebohongan, melakukan shalat yang fardhu hingga lewat waktunya, enggan melakukan kebaikan (sedekah) yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, dan suka menggunakan kata-kata jelek dan keji dalam pembicaraan.

Imam Ali bin Husein as ditanya: “Bagaimana keadaanmu wahai putra Rasulullah?” Beliau menjawab: “Saat ini aku dituntut delapan perkara: 1. Allah SWT menuntutku dengan kewajiaban-kewajiban; 2. Rasulullah menuntutku dengan sunnahnya; 3. keluarga dengan nafkahnya; 4. jiwa mengajakku untuk menuruti syahwat; 5. sedang syaitan mengajakku bermaksiat; 6. dua malaikat menuntutku untuk beramal baik; 7. malaikat maut ingin mencabut ruhku; 8. sedang kuburan menunggu jasadku, dan diriku berada diantara perkara-perkara yang mengejarku.

Siapa yang takut dari api neraka akan bergegas untuk bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa dan akan menghindar dari hal-hal yang haram.

Hati-hatilah dari merasa senang ketika berdosa, sesungguhnya yang senang ketika berbuat dosa lebih jelek dari perbuatan dosa itu sendiri.

Dosa-dosa yang merusak nikmat: 1. zalim (aniaya) terhadap manusia; 2. menghilangkan kebiasaan berbuat baik dan makruf; 3. mengkufuri nikmat; 4. meninggalkan rasa syukur.

Janganlah engkau enggan meninggalkan perbuatan jahat meskipun engkau telah dikenal sebagai ahlinya.

Tidak ada sesuatu yang lebih Allah cintai (dari seorang hamba) setelah pengenalan (makrifat) kepada-Nya lebih dari penjagaan terhadap perut dan kemaluaannya.

Berapa banyak orang terpedaya karena indahnya pujian terhadapnya. Dan berapa banyak yang tertipu karena kesalahannya yang selalu ditutupi. Serta berapa banyak yang terpedaya oleh banyaknya kebaikan (Allah) atasnya.

Barang siapa yang berjiwa mulia akan memandang rendah terhadap dunia.

Sebaik-baik pembuka suatu perkara adalah kejujuran dan penutup yang terbaik adalah menepati janji.

Kerelaan terhadap ketentuan (takdir) yang tidak disenangi merupakan tingkat keyakinan yang tertinggi.

Beliau ditanya: “Siapakah manusia yang paling agung?” Jawabnya: “Yaitu yang tidak menganggap dunia agung di matanya.”

Wahai manusia takutlah terhadap Allah, dan ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kalian akan dikembalikan. Dan setiap orang akan mendapati segala kebajikan yang ia lakukan, begitu juga kejahatan yang telah ia kerjakan, ia ingin antara ia dengan hari itu (kiamat) ada masa yang jauh, dan Allah memperingatkan kamu terhadap (siksa)-Nya. Celakalah engkau wahai anak Adam yang selalu lalai namun tidak dilalaikan. Tidakkah kau tahu ajalmu sangat cepat menjemputmu, ia sekarang menuju kepadamu dan mencarimu. Ketika ajalmu telah tiba, malaikat maut akan mencabut ruhmu. Kemudian engkau akan digiring ke kuburan seorang diri. Setelah ruhmu dikembalikan akan datang dua malaikat yaitu Munkar dan Nakir untuk menanyaimu dan mengujimu dengan ujian yang berat. Ketahuilah bahwa pertanyaan pertama yang akan mereka tanyakan kepadamu adalah tentang Tuhanmu yang engkau jadikan sesembahan, tentang Nabi yang diutus kepadamu, tentang agamamu yang engkau anut, tentang kitab suci yang engkau baca dan tentang imammu yang engkau jadikan panutan. Juga tentang umurmu untuk apa engkau pergunakan serta hartamu dari mana engkau dapatkan dan untuk apa kau keluarkan.

Hak ibumu hendaknya kau ketahui: dia mengandung dan memberimu sari makanan ketika tak seorangpun melakukannya. Menjagamu dengan pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya serta seluruh anggota badannya dengan perasaan kasih sayang. Dia menanggung sakit, derita dan kesusahan saat mengandungmu. Sehingga lahirlah kamu ke dunia ini. Rela kamu kenyang ketika dia lapar, memberimu pakaian walaupun dirinya tak berpakaian, menegukkan minuman sementara dia kehausan, menaungimu walau dirinya tidak ternaungi apapun, memberikan kenikmatan kepadamu dengan penderitaan baginya, menidurkanmu dalam pangkuannya sementara semalam penuh matanya tidak terpejamkan. Perutnya jadi wadah untukmu, pangkuannya menjadi tempat berlindungmu, air susunya jadi minuman untukmu dan dirinya jadi pelindungmu. Tegar di tengah panas atau dinginnya dunia demi dirimu. Maka bersyukurlah kepadanya sesuai dengan kebaikannya padamu. Namun kamu takkan mampu mensyukurinya kecuali dengan pertolongan dan karunia Allah SWT.

Siap siagalah dan perhatikan apa yang kau perbuat untuk dirimu serta siapkan jawaban sebelum datang ujian, pertanyaan dan evaluasi. Jika engkau telah termasuk seorang yang mukmin yang mengerti akan tuntutan agamamu serta mengikuti orang-orang yang jujur (shadiq) dan menyakini kekuasaan wali-wali Allah SWT, maka Allah akan memberikan hujjah dan alasan yang benar kepadamu, dan menjadikan lidahmu dapat menjawab semua pertanyaan dengan tepat, serta akan diberita-gembirakan dengan syurga dan akan mendapat keridhaan Allah SWT. Sedang para malaikat akan menjemputmu dengan riang gembira dan dengan wewangian yang semerbak. Namun bila engkau sebaliknya dari itu, maka lidahmu akan gugup dan hujjahmu akan lemah serta tidak mungkin engkau akan bisa menjawab pertanyaan itu dengan sempurna. Dan nerakalah tempatmu dan para malaikat penyiksa akan datang dengan membawa hidangan air yang mendidih dan dibakar di dalam neraka.

(Referensi dari berbagai sumber)

Website : http://www.shulfialaydrus.com/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : http://www.instagram.com/shulfialaydrus/
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : https://telegram.me/habibshulfialaydrus/
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/
Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah. 
Bank BRI Cab. JKT Joglo. 
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5. 
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. 

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Wasiat dan Nasihat Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas.

Wasiat dan Nasihat Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas.

Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas berkata kepada salah seorang muridnya :

“Insya Allah ucapanku yang kau tulis dan kumpulkan akan memberikan manfaat yang besar. Dan usahamu ini lebih bermanfaat dan langgeng daripada mencatat karomah-karomah yang terjadi. Karomah yang berlangsung hanya saat itu saja dan akan dilupakan dengan berjalannya waktu. Namun, manfaat ucapanku ini Insya Allah Ta’ala akan abadi. Orang yang menghargai ucapanku belum datang, mereka adalah orang-orang masa depan”.

Habib Ali bin Hasan Al-Atthas (Penulis buku Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthas): 

“Di antara hal yang mendorongku untuk menulis buku ini (Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthas) adalah apa yang disebutkan pengarang kitab A’malut Tarikh : Barangsiapa menulis seorang wali Allah swt. maka kelak di hari kiamat ia akan bersamanya. Dan barangsiapa membaca nama seorang wali Allah swt. dalam kitab Tarikh dengan rasa cinta, maka ia seakan-akan menziarahinya. Dan barangsiapa menziarahi wali Allah swt., maka semua dosanya akan diampuni Allah swt., selama ia tidak mengganggu seorang muslim pun dalam perjalanannya”.

Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas berkata :

“Sesungguhnya terlalu memfasih-fasihkan bacaan adalah bid’ah. Andaikata salaf membaca Al-Qur’an seperti mereka yang suka memfasih-fasihkan bacaannya, tentu mereka tidak dapat menghatamkan Al-Qur’an dalam semalam”.

“Imam Ghazali juga pernah berkata bahwa hudhur dan khusyu’ dalam membaca Al-Qur’an tidak mungkin dapat dirasakan oleh orang yang membaca Al-Qur’an dengan terlalu memfasihkan huruf dan memberi tekanan berlebihan pada tasyjid-tasyjidnya. Andaikata kalian curahkan seluruh konsentrasi kalian untuk merenungkan makna rahmat, pujian, rububiyyah, kekuasaan Allah swt. (Al-Malik) penghambaan, permohonan, permohonan hidayah, shirotol mustaqim yang ada dalam Fatihah, maka itu lebih baik”.

“Jika kau membaca ayat sajdah dan pada saat itu kau berada di tempat yang tidak layak untuk sujud, maka bayangkanlah seakan-akan dirimu berada di tempat yang mulia, seperti Masjidil Haram atau Masjid-masjid lainnya. Setelah itu sujudlah dengan hatimu. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam bukunya yang berjudul Al-Ghunyah mengatakan :”Jika kau berdiri mengerjakan sholat, maka bayangkanlah seakan-akan kau sedang menghadap Ka’bah dan saksikanlah Ka’bah itu dengan hatimu. Niscaya kau akan meningkat ke maqom yang lain”. 

“Setiap zaman ada 124.000 wali dan setiap wali mewarisi hal dari Nabi saw., di antara mereka ada yang tahu dirinya wali, tapi ada juga yang tidak tahu”.

“Amal dan niat sholeh akan menyebabkan timbulnya kewibawaan pada diri seseorang. Ia akan tampak beda dengan orang lain, ucapannya didengar dan bermanfaat, Sebaliknya, amal dan niat buruk akan menyebabkan pelakunya diselimuti kegelapan”.

“Manusia punya dua sayap yang dapat ia gunakan untuk terbabg ke tempat yang mulia, yaitu Niat dan Himmah (semangat, tekad). Sedangkan penghuni zaman ini berpijak pada salah satu diantara keduanya. Ada yang memiliki niat, tapi tidak memiliki himmah. Ada yang himmahnya besar, tapi belum memiliki niat. Jika seseorang punya niat, kemudian memperoleh himmah, maka Allah swt akan memperhatikannya dan akan menyampaikannya pada tujuan. Niat itu sebelum himmah dan himmah sebelum amal”.

Imam Junaid rhm. berkata : ”Barangsiapa membuka bagi dirinya satu pintu niat baik, maka Allah swt membukakan baginya 70 pintu taufiq. Dan barang siapa membukakan untuk dirinya satu pintu niat buruk, maka Allah swt membukakan untuknya 70 pintu khidzlan (dorongan untuk bermaksiat)”.

“Thoriqoh salaf Alawiyin adalah zhohirnya Ghazaliah dan bathinnya Syazaliah. Jika seseorang berkonsentrasi pada amal, maka ia akan mengerjakan amal tanpa ruh. Namun, jika ia meninggalkan amal dan banyak berharap kepada Allah swt, ia akan miskin amal saleh”.

“Ikutilah salaf! Barangsiapa ingin beribadah kepada Allah swt, hendaknya bertanya bagaimana cara salaf beribadah. Barangsiapa ingin mengajar atau belajar, memberi manfaat atau mengambil manfaat, maka hendaknya ia bertanya bagaimana cara salaf melakukan semua itu, dan tidak mengikuti jalan pikirannya sendiri”.

“Di dunia ini aku tidak pernah iri kepada seorang wali, raja atau lainnya, aku hanya iri kepada orang yang mengikuti salaf dan meneladani Nabi saw. Kebaikan terletak dalam mengikuti salaf shaleh, mempelajari buku-buku mereka, dan meneladani ibadah, adab, akhlaq dan perilaku mereka. Orang yang mengikuti salaf tidak akan salah dan lelah”.

“Kerjakanlah shalat karena Allah swt memerintahkannya. Jadikanlah makna segala sesuatu sebagai tujuanmu. Jangan jadikan cara pengucapan huruf (makhraj) dan sejenisnya sebagai pusat perhatianmu dalam sholat. Tapi amati dan renungkan (tadabbur) makna ayat yang kau baca. Apa yang menghalangimu untuk merenungkan makna basmalah, arti rahmat ayat pertama dan makna syukur. Renungkan tentang Pemberi nikmat dan Pemelihara alam, makna rahmat di ayat ke tiga, makna raja dan penguasa, makna ibadah, pertolongan, hidayah, shirotol mustaqim dan orang-orang yang berjalan diatasnya, yaitu orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah swt. Renungkan tentang orang-orang yang berpaling, yakni orang-orang yang dimurkai Allah swt.”.

“Musibah pertama yang menimpa masyarakat adalah peremehan mereka terhadap usaha menghafal Al Qur’an. Musibah kedua adalah berpalingnya mereka dari buku-buku salaf”. 

“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak akan meninggalkanmu di dunia maupun di akhirat. Ilmu adalah Alat. Meskipun ilmu itu baik, tapi hanyalah alat, bukan tujuan. Ilmu digunakan hanya untuk mencapai tujuan. Ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat shaleh. Ilmu demikian inilah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi”. 

“Pelajarilah ilmu, tanamkan dalam hati niat untuk mengamalkannya, maka Allah swt. akan mengembalikan semua yang hilang dari kalian”.

“Jika kau membaca sesuatu dan tidak dapat memahaminya, atau hatimu tidak hadir sewaktu membacanya, maka ulangila lagi di waktu yang lain. Sebab setiap waktu memilki rahasia yang berbeda”.

“Barang siapa mendahulukan ikhlas sebelum amal, maka ia tidak akan bisa beramal. Tapi hendaknya ia beramal, kemudian menuntut dirinya untuk ikhlas. Seseorang tidak seharusnya menuntut kesempurnaan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab jika ia menuntut kesempurnaan dari dirinya, ia tidak akan beramal. jika ia menuntut kesempurnaan dari orang lain, ia tidak akan memandang mulia seorang pun, ia bahkan akan memandang rendah semua orang”.

“Setiap kebajikan terasa berat bagi “NAFS”. Tapi jika dipaksakan, ia akan terbiasa dan dapat mengerjakannya dengan mudah. Sebagian orang jika melihat “NAFS”nya benci pada perbuatan baik, ia mengikuti “NAFS”nya dan cenderung kepadanya. Ia selalu berbuat demikian, hingga tidak mampu lagi berbuat baik. Akhirnya, hatinya menjadi keras. Sebenarnya jika hati mau menghadap Allah swt., Allah swt akan menghadap kepadanya. Jika berpaling, Allah swt. pun akan berpaling darinya. Sifat “NAFS” adalah suka menentang dan mudah bosan. Jika kau membiasakannya dengan kebaikan, ia akan menjadi baik, tapi jika kau membiasakannya dengan keburukan, ia akan menjadi buruk”

“Manusia hendaknya menyibukkan “NAFS”nya dengan amal-amal yang bermanfaat baginya. “NAFS” akan terbiasa dengan apa yang dibiasakan kepadanya. Orang yang terbiasa banyak bicara, menghadiri majelis yang penuh kelalaian dan permainan, maka hatinya merasa berat untuk membaca Al-Qur’an”. 

“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt., Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”.

“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat”.

“Orang yang berharta, hendaknya banyak berderma dan bersedekah di jalan Allah swt., yang berilmu, hendaknya mencurahkan semua tenaganya untuk mengajar, yang mempunyai kedudukan, hendaknya berusaha mendamaikan orang-orang yang dizhalimi, yang berdagang dan menekuni pekerjaan lainnya, hendaknya jujur kepada kaum muslimin dan melakukan pekerjaannya dengan sempurna”.

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya hendaknya memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah swt. kepadanya. Allah swt. tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah swt/ berikan kepadanya. Allah swt. kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(QS Ath-Thalaq, 65:7)”.

“Di dunia ini manusia harus memiliki empat sifat :

1. Sabar terhadap yang dibenci dan disukai.
2. Melayani dengan baik dan memuaskan hati orang yang baik maupun jahat.
3. Memiliki akal yang dapat membedakan segala sesuatu.
4. Memilki niat shaleh dalam semua hal agar tercapai keinginannya.”.

“Jika seseorang ingin memperoleh rasa takut kepada Allah swt., maka hendaknya ia melihat orang yang memilki rasa takut. Jika ingin khusyu’ maka hendaknya ia melihat orang yang khusyu’, manusia adalah magnet untuk dirinya dan orang lain, manusia biasanya mencuri watak orang yang dilihatnya”.

“Hanya prasangka baik kepada Allah swt. dan hamba-hambanyalah yang dapat membuka pintu-pintu kebajikan”. 

“Dua hal yang tidak ada sebuah kebaikan pun yang dapat mengungguli keduanya, yaitu prasangka baik kepada Allah swt. dan prasangka baik kepada makhluk Allah swt. Dan dua hal yang tidak ada sebuah keburukan yang dapat mengunggulinya, yaitu prasangka buruk kepada Allah swt. dan prasangka buruk kepada makhluk Allah swt.” (Al-Hadits)”.

“Setiap orang memiliki 360 urat. Ada urat yang akan mendorongnya untuk berbuat kebaikan, dan ada yang akan menggerakkannya untuk berbuat kejahatan. Jika melihat orang shaleh, urat-urat kebaikan akan menggerakkannya untuk berbuat baik. Jika melihat orang durhaka, maka urat-urat keburukannya akan menggerakkannya untuk berbuat jahat”.

“Orang yang mudah iri, menyangka bahwa semua orang iri, orang yang suka bermaksiat menyangka bahwa semua orang suka bermaksiat, dan orang yang shaleh menyangka semua orang gemar berbuat kebaikan”.

“Jika kau memandang seorang yang shaleh dan istiqomah, khusyu’ dan wara’, lalu kau bandingkan akhlaqmu dengan akhlaqnya, amalmu dengan amalnya, keadaanmu dengan keadaannya, maka kau akan mengetahui aib dan kekuranganmu, setelah itu akan mudah bagimu untuk memperbaiki ucapan dan perbuatanmu yang salah, lahir maupun batin, itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang shaleh dan mulia, serta dilarang bergaul dengan selain mereka, sebab watak seseorang akan mencuri watak orang lain. Jika tidak kau temukan teman duduk yang shaleh, pelajarilah buku, sifat, riwayat hidup dan semua prilaku kaum sholihin”.

“Ada dua orang yang tidak boleh kau pegang pendapatnya, yaitu orang yang selalu mengikuti kata hatinya dan orang yang tidak melaksanakan pendapatnya sendiri”.

“Jangan berselisih dengan anakmu dan jangan pula bersikap keras kepadanya. ajak dan perintahkan untuk berbuat kebaikan, jika ia tidak patuh, jauhilah dia dengan santun dan penuh perhatian”.

“Habib abu Bakar bin Abdullah Al Atthas dahulu melarang seseorang bergaul dengan Ahli bid’ah, orang-orang yang aqidahnya menyimpang dan orang-orang yang merendahkan kaum sholihin, Para Wali dan Ulama. jika melewati tempat yang ada orang-orang yang memiliki salah satu sifat di atas, beliau menutupi kepalanya dan berjalan dengan cepat”.

“Sholatlah di belakang orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, dan sholatkanlah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh. (Al Hadits) “.

“Orang-orang di zaman akhir ini lebih mengutamakan harta mereka dibanding diri mereka sendiri, mereka kikir dan tidak memperdulikan apa yang menimpa mereka, mereka abaikan Hak Allah swt., Allah swt. pun lalu menundukkan mereka di bawah kekuasaan orang yang tidak mengasihi mereka. adapun orang-orang terdahulu, mereka menjadikan harta mereka sebagai perisai dan pelindung dari segala bencana”.

“Jika seseorang senantiasa taat, maka Allah swt. akan memberinya rejeki, Allah swt. tidak akan membiarkannya begitu saja tanpa harta, Allah swt. telah memberi kalian rejeki, tapi kalian menghambur-hamburkan rejeki itu bukan pada tempatnya. Tunaikanlah kewajiban zakat, janganlah kalian kurangi”.

“Segala kesedihan yang dapat hilang dengan uang, bukanlah kesedihan”.

“Jika dalam hatimu terlintas bisikan buruk atau ajakan untuk bermaksiat, angkatlah kepalamu ke langit lalu ucapkan :”Allah….. dengan satu nafas. Perbuatan ini akan membakar dan menghapus dengan seketika bisikan-bisikan buruk dalam hati. Hikmah dari menengadahkan kepala ke langit adalah karena setan tidak dapat mendatangi manusia dari atas kepalanya. Allah Ta’ala berfirman : “Kemudian Saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.(QS Al-A’raf, 7:17). Allah swt. tidak mengatakan bahwa iblis akan mendatangi mereka dari atas”.

“Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas selalu membaca surat Al-Waqiah di waktu Ashar. Beliau berkata :”Sayyidil Wujud (Nabi Muhammad saw.) lah yang memerintahkanku untuk membacanya di waktu Ashar”.

(Dikutip dari buku “Sekilas tentang Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas; Novel Muhammad Al-Aydrus)

Website : http://www.shulfialaydrus.com/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : http://www.instagram.com/shulfialaydrus/
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : https://telegram.me/habibshulfialaydrus/
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/
Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah. 
Bank BRI Cab. JKT Joglo. 
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5. 
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. 

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Hukum Mencium Tangan Dan Kaki Kedua Orang Tua Dan Ulama.

Hukum Mencium Tangan Dan Kaki Kedua Orang Tua Dan Ulama. 

Sebelum saya menulis ini, saya menonton beberapa video penceramah yang ditanya tentang mencium tangan dan kaki orang yang dihormati, seperti guru atau orang tua. Video lain menampilkan judul bagaimana hukumnya sungkem (merunduk dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas kepala sambil berlutut di hadapan orang yang dihormati. Sebagian sampai bersujud) di hadapan orang tua ataupun guru. 

Penceramah pertama dari kalangan Habaib (keturunan Nabi Saw.) menyampaikan dengan membolehkan hal tersebut karena para sahabat juga pernah mencium tangan bahkan lutut Nabi Saw. karena memuliakan dan tujuannya tidak lebih dari apa yang dicontohkan para sahabat.

Penceramah kedua juga membolehkan karena yang terpenting prinsipnya adalah memuliakan (takrim), tidak menyembah. Ia menampilkan dengan jelas dalil-dalilnya bahkan mampu menyebutkan nomor ayat Alquran dan hadis.

Penceramah ketiga dengan judul video sungkem kepada orangtua menyarankan agar perilaku mencium kaki atau tangan ini ditinggalkan. Menurutnya, tidak ada yang lebih patut dihormati kecuali Allah Swt.

Penceramah itu berdalil dengan riwayat Mu’adz bin Jabal yang ditegur Nabi karena mencium kakinya dan Nabi Saw. berkata kalau ada manusia yang dihormati maka istri bersujud kepada suami lebih berhak dari itu.

Menelusuri Dalil Mencium Kaki.

Dua pandangan berbeda dari tiga contoh penceramah tersebut itu diakui ada dasarnya. Banyak ulama membolehkan praktik mencium tangan atau kaki dalam konteks menghormati. Tidak hanya ulama kontemporer, tapi juga ulama terdahulu seperti dari kalangan ahli hadis. Meski begitu, yang tidak membolehkan juga ada. Imam Malik diriwayatkan memnadang perilaku mencium tangan (apalagi kaki) orang, meskipun dalam konteks menghormati, hukumnya makruh.

Dalil pertama secara spesifik adalah hadis al-Tirmidzi, al-Nasa’i, dan Ibn Majah tentang kisah dua orang Yahudi yang mencium kedua tangan dan kaki Nabi Saw. setelah mendengar penjelasannya. Hadis tersebut diriwayatkan dari Shafwan bin ‘Assal. Namun, Shafwan bin ‘Assal menurut banyak kritikus hadis dianggap sebagai pe-rawi yang lemah. Sebenarnya ada keragaman pendapat di kalangan ahli hadis. al-Tirmidzi menilai hadis ini hasan shahih. Al-Nasa’i menilainya munkar. Memang, Al-Nasa’i terkenal sebagai kritikus hadis yang ketat (mutasyaddid).

Dalil kedua adalah adalah hadis riwayat Ummu Aban binti al-Wazi’ bin Zari’, dari kakeknya Zari’ yang pernah berada di dalam rombongan ‘Abd al-Qays, beliau berkata:

لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، وَرجله 

“Ketika kami tiba di Madinah, kami segera mempercepat unta yang kami tunggangi lalu mencium tangan Nabi Saw. dan kakinya.”

Hadis ini terdapat di dalam Sunan Abu Dawud. Menurut al-Albani, hadis ini hukumnya hasan tanpa memasukan redaksi wa rijlahu. Menurut Ibn Hajar al-‘Asqalani, hadis ini memiliki sanad yang baik.

Dalil ketiga adalah kisah Ka’b bin Malik, dari ayahnya yang hendak bertaubat kepada Nabi Saw.:

لَمَّا نَزَلَتْ تَوْبَتِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلْتُ يده وركبتيه

“Ketika saya bertaubat, saya mendatangi Nabi Saw. lalu mencium tangan dan kedua lututnya.”

Dalil ke empat 

عنْ صُهَيْبٍ قَالَ: ” رَأَيْتُ عَلِيًّا يُقَبِّلُ يَدَ الْعَبَّاسِ وَرِجْلَيْهِ “

Shuhaib berkata “ Aku melihat Ali mencium tangan dan kedua kakinya Abbas.” (HR. Bukhari dari Shuhaib ra.)

Juga Imam Muslim hendak mencium kaki Imam Bukhari

ففي “تاريخ بغداد” (13/102) عن أحمد بن حمدون القصار قال : سمعت مسلم بن الحجاج وجاء إلى محمد بن إسماعيل البخاري فقبَّل بين عينيه ، وقال : دعني حتى أقبِّل رجليك ، يا أستاذ الأستاذين ، وسيد المحدثين ، وطبيب الحديث في علله

Dalam kitab Tarikh Baghdad dari Ahmad bin Hamdun al-Qassar berkata “ Aku mendengar Muslim bin Hajjaj pergi berjumpa Muhammad bin Ismail al-Bukhari dan mencium kepalanya.

Imam Muslim berkata “ Biar aku cium kedua kaki engkau wahai Guru segala guru, penghulu ulama hadits dan doctor hadis yang mengetahui cacat-cacat hadits." (Kitab Tarikh Baghdad juz 13/102)

Dengan berdalil hadits-hadits diatas, maka mazhab Asy-Syafi’iyyah membolehkan mencium kaki dan bahkan menganggapnya sunnah, berkata Al-Imam Abu Zakariya Yahya An-Nawawi Rahimahullah,

ويستحب تقبيل يد الرجل الصالح والزاهد والعالم، ونحوه من أهل الآخرة وتقبيل رأسه ورجله كيده.

"Sunnah mencium tangan laki-laki sholeh, zahid, dan ulama dan ahli akhirat lain. Adapun mencium kepala dan kaki itu sama dengan mencium tangan."

Setelah itu beliau menyebutkan lagi,

ﻭَﺗَﻘْﺒِﻴْﻞُ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﺭِﺟْﻠِﻪِ ﻛَﻴَﺪِﻩِ

“Mencium kepalanya dan kakinya seperti mencium tangannya”.

Dan Al-Imam Ibnu Muflih Rahimahullah mengatakan,

ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻴَّﺔِ ﺗَﻘْﺒِﻴْﻞُ ﺭِﺟْﻠِﻪِ

“Dan demikian pula menurut mazhab Asy-Syafi’iyyah mencium kakinya”.

Mencium tangan dan kaki orang yang dihormati seperti Nabi atau orang tua, sebenarnya ada dasar dalilnya dalam syariat.

Memahami Makna Hadis Mencium Kaki

Sebagian pemuka agama, memang ada yang berpendapat kalau hal ini tidak diperbolehkan. Alasannya adalah tidak boleh ada yang diagungkan apalagi bersujud kecuali kepada Allah semata. Mereka yang berpendapat demikian menyandarkan pendapatnya pada hadis yang terdapat dalam Sunan Ibn Majah:

 لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Kalau aku (harus) memerintah seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, aku akan perintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya.”

Hadis tersebut mengilustrasikan pengandaian Nabi Saw., bahwa andaikan sujud -dalam makna sesungguhnya, yaitu penyembahan (ibadah)- kepada selain Allah itu diperbolehkan, maka yang disyariatkan adalah sujudnya seorang istri kepada suami. Menurut Syaikh Shalih al-Munjid, hadis di atas sama sekali tidak menunjukkan kewajiban sujud kepada seorang suami. Justru hadis di atas berfungsi sebagai larangan.

Meskipun demikian, ada ulama yang berpendapat dengan hadis tersebut kalau mencium kaki orang yang dihormati dikhawatirkan sama dengan menyembah selain kepada Allah. Yang berpendapat demikian adalah Syaikh Shalih Fauzan dan Syaikh Sulaiman bin Salimullah al-Ruhaili. Keduanya berasal dari Saudi Arabia. Syaikh Sulaiman bin Salimullah, menambahkan meskipun itu tidak berarti penyembahan, ia berpendapat lebih baik perilaku ini dijauhi.

Namun, banyak juga para ulama yang mengatakan bahwa mencium kaki orang tua atau guru, sama sekali tidak menunjukkan bentuk penyembahan kepada orang tua. Justru hal tersebut dalam konteks penghormatan dan memuliakan. Hal ini dibenarkan dalam agama.

Di antara yang berpendapat demikian adalah Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. Selain beliau, banyak juga ulama-ulama mutaqaddimin yang memperbolehkan seperti al-Tirmidzi dan al-Baihaqi yang memasukkan tema ini di dalam kitab hadisnya. 

Menurut Imam al-Nawawi dalam Almajmu’, seperti mencium tangan, mencium kaki tidak boleh untuk tujuan harta duniawi, mendapatkan jabatan, atau apa saja yang tidak terdapat unsur ukhrawi di dalamnya. Al-Mubarakfuri juga mengatakan kalau kisah dua orang Yahudi yang mencium tangan dan kaki Nabi Saw. menjadi dalil dibolehkannya hal tersebut. Wallahu A’lam.

(Referensi dari berbagai macam sumber)

Website : http://www.shulfialaydrus.com/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : http://www.instagram.com/shulfialaydrus/
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : https://telegram.me/habibshulfialaydrus/ 
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/
LINE : shulfialaydrus 
Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/
Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau http://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah. 
Bank BRI Cab. JKT Joglo. 
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5. 
 
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. 

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس