Minggu, 23 Februari 2020

Najiskah Bulu kucing ?


Najiskah Bulu kucing ?

Dalam berbagai literatur fiqih dijelaskan bahwa bagian tubuh yang terpotong dari hewan yang masih hidup, maka status suci dan najisnya persis seperti bangkai dari hewan tersebut. Dalam arti, ketika bangkai dari hewan tersebut dihukumi suci, maka potongan tubuh tersebut dihukumi suci, misalnya potongan tubuh dari ikan dan belalang. Sebaliknya, jika potongan tubuh berasal dari hewan yang bangkainya dihukumi najis, maka potongan tubuh dari hewan tersebut dihukumi najis, seperti pada hewan selain ikan dan belalang. Ketentuan hukum demikian berdasarkan salah satu hadits:

   مَا قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ  

“Sesuatu yang terpisah dari hewan yang hidup, maka statusnya seperti halnya dalam keadaan (menjadi) bangkai” (HR Hakim).  

Namun ketentuan hukum di atas, dikecualikan ketika bagian tubuh yang terpotong adalah rambut atau bulu dari hewan. Status rambut atau bulu yang terputus dari bagian hewan tidak langsung dihukumi sama seperti bangkai dari hewan tersebut, tapi terdapat perincian: jika bulu yang rontok berasal dari hewan yang halal untuk dimakan maka dihukumi suci. Seperti bulu yang rontok dari ayam, kambing, sapi, dan hewan-hewan lain yang dagingnya halal dikonsumsi. Sedangkan jika bulu yang rontok berasal dari hewan-hewan yang tidak halal dimakan dagingnya maka bulu tersebut dihukumi najis. Seperti bulu yang rontok pada hewan tikus, anjing, keledai, atau hewan-hewan lain yang dagingnya haram dimakan.  

Lalu bagaimana dengan bulu kucing yang rontok? Bukankah kucing merupakan salah satu hewan yang haram untuk dimakan?  

Dalam hal ini, para ulama tetap mengkategorikan bulu yang rontok dari kucing  sebagai benda yang najis. Meski demikian, najis tersebut dihukumi ma’fu (ditoleransi, dimaafkan) ketika dalam jumlah sedikit. Ditoleransi pula dalam jumlah banyak, khusus bagi orang-orang yang sering berinteraksi dengan kucing dan sulit menghindari rontokan buli kucing, misal bagi dokter hewan dan petugas salon kucing yang kesehariannya selalu berinteraksi dengan kucing. Ketentuan hukum ini seperti yang teringkas dalam kitab Hasyiyah al-Baijuri ala Ibni Qasim al-Ghazi:

    (وما قطع من) حيوان (حي فهو ميت الا الشعر) اى المقطوع من حيوان مأكول وفى بعض النسخ الا الشعور المنتفع بها فى المفارش والملابس وغيرها (قوله المقطوع من حيوان مأكول) اى كالمعز مالم يكن على قطعة لحم تقصد او على عضو ابين من حيوان مأكول والا فهو نجس تبعا لذلك وخرج بالمأكول غيره كالحمار والهرة فشعره نجس لكن يعفى عن قليله بل وعن كثيره فى حق من ابتلى به كالقصاصين  

“Sesuatu yang terputus dari hewan yang hidup, maka dihukumi sebagai bangkai, kecuali rambut yang terputus dari hewan yang halal dimakan. Dalam sebagian kitab lainnya tertulis ‘kecuali rambut yang diolah menjadi permadani, pakaian, dan lainnya.’  

Rambut yang terputus dari hewan yang halal dimakan ini seperti bulu pada kambing. Kesucian rambut ini selama tidak berada pada potongan daging yang sengaja dipotong, atau berada pada anggota tubuh yang terpotong dari hewan yang halal dimakan. Jika rambut berada dalam dua keadaan tersebut maka dihukumi najis, sebab mengikut pada status anggota tubuh yang terpotong itu. Dikecualikan dengan redaksi ‘hewan yang halal dimakan’ yakni rambut atau bulu hewan yang tidak halal dimakan, seperti keledai dan kucing. Maka bulu dari hewan tersebut dihukumi najis. Namun najis ini dihukumi ma’fu ketika dalam jumlah sedikit, bahkan dalam jumlah banyak bagi orang yang sering dibuat kesulitan dengan bulu tersebut, seperti bagi para tukang pemotong bulu” (Syekh Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri ala Ibni Qasim al-Ghazi, juz 2, hal. 290).   

Salah satu hal yang ditimbulkan dari status najis ma’fu pada bulu yang rontok dari kucing adalah ketika bulu kucing ini mengenai air yang kurang dari dua kullah, maka air tersebut tidak dihukumi najis dan tetap dapat dibuat untuk bersuci. Hal ini seperti dijelaskan dalam kitab Fath al-Wahab:

   (و لا بملاقاة نجس لا يدركه طرف) أي بصر لقلته كنقطة بول (و) لا بملاقاة (نحو ذلك) كقليل من شعر نجس  

“Air tidak najis sebab bertemu dengan najis yang tidak dapat dijangkau oleh mata, karena sangat kecilnya najis tersebut, seperti setetes urin. Dan juga dengan bertemu najis yang lain, seperti terkena bulu najis yang sedikit” (Syekh Zakariya al-Anshari, Fath al-Wahab, juz 1, hal. 28)  

Sedangkan hal yang menjadi tolak ukur dalam membatasi sedikit banyaknya jumlah bulu yang rontok dari kucing adalah ‘urf (penilaian masyarakat secara umum). Jika orang-orang menyebut bulu kucing yang telah rontok dianggap masih sedikit, seperti dua atau tiga bulu, maka dihukumi najis tersebut ma’fu. Sedangkan ketika mereka menganggap bulu yang rontok banyak, maka dihukumi najis yang tidak dima’fu, kecuali bagi orang-orang yang sulit menghindarinya.  

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rontokan bulu kucing merupakan najis yang ditoleransi (ma’fu) selama masih dalam jumlah yang sedikit, dan najis yang tidak ditoleransi ketika dalam jumlah banyak, kecuali bagi orang yang sering dibuat kesulitan dengan banyaknya bulu rontok yang bertebaran di sekitarnya.  

Oleh sebab itu, memelihara kucing memang diperbolehkan. Namun sebaiknya kita tidak teledor dalam menjaga kesucian pakaian dan tubuh kita karena banyaknya bulu kucing yang rontok dan mengenai pakaian dan tubuh kita. Hal ini dimaksudkan agar segala ibadah yang kita lakukan benar-benar terhindar dari perkara-perkara najis yang disebabkan oleh keteledoran diri kita sendiri. Wallahu a’lam.    

Oleh : Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren An Nuriyah, Kaliwining, Jember.

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus          
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis ulang : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Air Liur dan Ingus apakah najis?


Air Liur dan Ingus apakah najis?

Manusia memiliki berbagai macam cairan yang keluar dari tubuhnya. Salah satu cairan yang dihukumi najis oleh syara’ adalah segala hal yang keluar dari salah satu dua jalan keluar pencernaan yakni qubul (jalan depan, kelamin) dan dubur (jalan belakang, anus). Segala cairan yang berasal dari dua jalan ini maka dihukumi najis, baik perkara yang keluar adalah normal, ataupun tidak normal, seperti darah, nanah dan cairan lainnya.

Namun demikian dikecualikan satu cairan yang keluar dari jalan depan yang tetap dihukumi suci oleh mayoritas ulama yaitu cairan mani. Meski menurut Imam Malik, mani tetap dihukumi sama seperti cairan-cairan lain yang keluar dari jalan depan alias berstatus najis.

Sedangkan beberapa cairan lain yang keluar dari tubuh manusia memiliki beberapa klasifikasi hukum yang berbeda, salah satunya tentang status hukum air liur yang keluar dari mulut dan ingus yang keluar dari hidung.

Para ulama merinci status dari kedua cairan ini. Air liur secara umum dihukumi suci, kecuali ketika air liur berasal dari dalam perut, maka air liur dihukumi najis. Salah satu ciri-ciri air liur berasal dari dalam perut yang menjadikannya najis adalah ketika air liur berwarna kuning dan berbau agak busuk (bacin), tidak seperti keadaan air liur biasanya yang cenderung bening tanpa disertai bau yang bacin.

Sedangkan status ingus memiliki perincian hukum yang sama dengan air liur, yakni ketika ingus berasal dari dalam perut maka dihukumi najis. Sedangkan ketika berasal dari kepala atau pangkal tenggorokan maka dihukumi suci. Perincian hukum ini dijelaskan dalam beberapa kitab mazhab Syafi’iyah, salah satunya seperti yang tercantum dalam kitab Mughni al-Muhtaj:

  والبلغم الصاعد من المعدة نجس بخلاف النازل من الرأس أو من أقصى الحلق والصدر فإنه طاهر والماء السائل من النائم إن كان من المعدة كأن خرج منتنا بصفرة فنجس لا إن كان من غيرها أو شك في أنها منها أو لا فإنه طاهر

“Ingus yang naik dari perut (baca: pencernaan) dihukumi najis. Berbeda ketika ingus yang berasal dari kepala atau dari ujung tenggorokan maka ingus tersebut dihukumi suci. Sedangkan air liur yang mengalir dari mulut orang yang sedang tidur, ada perincian hukum soal ini. Jika berasal dari perut, seperti keluar dengan bau yang bacin dengan warna kuning maka dihukumi najis. Dan dihukumi tidak najis jika berasal dari selain perut. Sedangkan ketika ragu-ragu apakah air liur yang keluar berasal dari perut atau bukan, maka air liur tersebut dihukumi suci.” (Syekh Khatib as-Syirbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 79)

Pembatasan cakupan hukum “air liur dari mulut orang yang sedang tidur” dalam referensi di atas tidaklah bersifat penentuan secara khusus hanya dalam keadaan tidur, namun juga bisa dianalogikan (di-qiyas-kan) dalam keadaan-keadaan yang lain. Pengkhususan keadaan tidur dalam referensi tersebut disebabkan umumnya air liur yang najis dengan ciri-ciri yang dijelaskan di atas, biasa ditemukan pada orang yang sedang tidur.

Namun ketika air liur bercampur dengan darah, misalnya terkena darah dari gusi, maka status air liur menjadi najis, karena darah gusi adalah najis, dan ketika air liur bercampur dengan darah gusi atau darah yang lain maka hukumnya berubah menjadi najis. 

Sedangkan ketika seseorang mendapatkan cobaan berupa keluarnya darah dari gusinya secara terus-menerus, sehingga mengakibatkan air liur nyaris selalu bercampur dengan darah gusi, maka dalam keadaan demikian status darah yang keluar dari gusi dihukumi najis yang ma’fu (ditoleransi), sehingga air liur meski bercampur dengan darah gusi tetap dihukumi suci. Ketentuan ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Nihayah al-Muhtaj:

 ولو ابتلي شخص بالقيء عفي عنه منه في الثوب وغيره كدم البراغيث ـ (قوله: بالقيء عفي عنه) ومثله بالأولى لو ابتلي بدم اللثة والمراد بالابتلاء به أن يكثر وجوده بحيث يقل خلوه منه

“Jika seseorang diberi cobaan berupa muntah (secara terus menerus), maka muntahan dihukumi najis yang di ma’fu ketika berada di pakaian atau benda lainnya seperti halnya ditoleransinya (ma'fu) darah nyamuk.” “Seperti halnya muntah dalam hal di-ma’fu-nya najis, hal yang sama (secara qiyas aulawi) juga berlaku ketika seseorang diberi cobaan berupa keluarnya darah gusi. Yang dimaksud dengan ‘diberi cobaan dengan darah gusi’ adalah keluarnya darah secara terus-menerus, sekiranya jarang sekali ditemukan (air liur) yang tidak bercampur dengan darah gusi” (Syihabuddin Ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, juz 2, hal.  284)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum status air liur dan ingus adalah suci, kecuali dua cairan ini merupakan cairan yang keluar berasal dari dalam perut, seperti yang biasa terjadi pada orang yang sedang tidur, maka status dua cairan tersebut berubah menjadi najis. Kesucian air liur juga berubah menjadi najis ketika bercampur dengan darah gusi, ketika memang darah gusi ini bukan merupakan hal yang sering terjadi pada seseorang, sedangkan ketika seseorang sering keluar darah gusinya, maka air liur tetap di hukumi suci. Wallahu a’lam.

Oleh : Ustadz Ali Zainal Abidin.

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus          
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis ulang : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Amalan Agar Di Ampuni Dosa.


Amalan Agar Di Ampuni Dosa.

حديث مرفوع ،  حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، قَالا : حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَرْزُوقٍ ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ ، عَنْ أَبَانَ بْنِ أَبِي عَيَّاشٍ ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ حَيَّانَ الْمُحَارِبِيِّ ، عَنْ أَبَانَ الْمُحَارِبِيِّ وَكَانَ مِنَ الْوَفْدِ الَّذِينَ وَفَدُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ ، رَبِّي ، لا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، إِلا ظَلَّ يُغْفَرُ لَهُ ذُنُوبُهُ حَتَّى يُمْسِيَ ، وَإِنْ قَالَهَا إِذَا أَمْسَى بَاتَ يُغْفَرُ لَهُ ذُنُوبُهُ حَتَّى يُصْبِحَ

Hadits Marfu.
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Bisyri, Ibrohim bin Muhammad, berkata : telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Marzuq, telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Amir, dari Aban bin Abi ‘Ayyasy, dari Al Hakim bin Hayan Al Muharibiy, dari bapaknya Al Muharibiy, dari utusan yang mendatangi Rasulullah dari Abdullah bin Qois, bahwa Rasulullah SAW. berkata : Tiada dari seorang Muslim (Islam) mengucapkan di waktu pagi :

الْحَمْدُ لِلَّهِ ، رَبِّي ، لا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ

ALHAMDULILLAH(I), ROBBII, LAA USyRIKU BIHI SyAI-AN, WA ASyHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH.

Segala puji bagi Allah, Tuhanku, Tidak aku menyekutukan (Syirik) denganNya dari sesuatu, dan aku bersaksi bahwasanya Tiada Tuhan selain Allah.

Kecuali di ampuni dosa-dosa dan kesalahannya hingga sore hari, dan jika membaca pada sore hari di ampuni dosa-dosa dan kesalahannya hingga pagi hari.

(Kitab Ath Thobaqotul Kabir Ibn Sa’ad – Muhammad bin Sa’ad Az Zahirii, Kitab Kasyful Astar - Nuruddin 'Ali bin Abi Bakr Al Haitsami, Kitab Amal Al Yaum Wal Laylah - Aḥmad ibn Muḥammad Ibn As Sunnii)

Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan bagi siapa saja yang mau mengamalkannya, amalan tersebut di baca setiap pagi (habis sholat Subuh) dan sore (habis sholat Maghrib) sebanyak tiga kali, dan hendaknya pada bacaan yang ketiga untuk menambah kalimat : Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah.

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus          
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس




Rabu, 19 Februari 2020

Hal-hal yang dapat menghanguskan pahala amal ibadah.

Hal-hal yang dapat menghanguskan pahala amal ibadah.

1. Syirik Besar.

Kesyirikan besar dengan berbagai jenisnya merupakan bentuk kezaliman besar dan penghinaan terhadap Allah ta’ala, sebab ia adalah menyamakan antara derajat Allah dan makhluk-Nya, karenanya balasan yang setimpal dengannya adalah terhapusnya semua pahala amalan kebaikan, serta tak akan diampuni oleh-Nya bila mati dalam keadaan berbuat syirik dan belum bertaubat darinya.

Sebagaimana dalam ayat :

 وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’aam (6) : 88).

2. Murtad (Keluar Dari Agama Islam).

Barangsiapa yang keluar dari islam/murtad, maka semua pahala amalan yang ia kerjakan sebelumnya terhapus dan tak bernilai apa-apa dihadapan Allah ta’ala, dan diakhirat ia akan dijerumuskan dalam neraka selama-lamanya.

Sebagai mana dalam ayat :

 وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya. (QS. Al Baqarah (2) : 217)

3. Al-Mann (Mengungkit-ngungkit Sedekah), dan Al-Adzaa (Menyakiti Perasaan Penerima).

Tatkala Bersedekah, Maka Pahala Sedekahnya Terhapus. Mengungkit-ngungkit sedekah dan pemberian yang diserahkan pada sipenerima misalnya dengan menyatakan bahwa “aku telah memberimu sedekah, maka berbuat baiklah padaku”, adalah suatu dosa dan bisa menghapus pahala amalan sedekah tersebut. Ini juga sama halnya dengan memberikan sedekah tapi dengan cara yang membuat sipenerima tersakiti dan terhina, seperti bersedekah dengan penuh sombong, sambil mengejek, ataupun menceritakan perihal sedekah ini pada orang yang membuat sipenerima malu dan tersakiti.

Sebagaimana dalam ayat :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُواصَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). (QS. Al Baqarah (2) : 264)

4. Akhlak yang buruk.

Nabi Muhammad saw. bersabda :

وَ إنّ سُوءَالخُلُقِ يُفسِدُ العَمَلَ كَماَ يُفسِدُ الخَلُّ العَسَلَ

Dan sesungguhnya akhlak tercela merusak amal sholeh sebagaimana cuka merusak madu. (HR Thabrani)

5. Hasad (dengki).

Dengki adalah salah satu penyakit hati. Ciri dengki atau hasad adalah perasaan tidak suka ketika orang lain mendapatkan kebaikan dan berusaha dengan segala cara agar kebaikan tersebut berpindah kepadanya. Dengki ini bisa menyebabkan semua kebaikan yang dilakukan sia-sia dan tidak mendapat pahala sedikit pun.

Nabi Muhammad saw. bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Hati-hatilah (hindarilah) oleh kalian hasad (dengki), karena hasad bisa memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar. (HR Abu Dawud)

6. Riya’ (Beramal dalam perbuatan agar dipuji) dan Sum’ah (Menceritakan amalan baiknya agar dipuji).

Riya’ atau Sum’ah ini pasti akan menghapus amalan yang dilakukan atau diceritakan dengan tujuan agar dipuji dan disanjung oleh orang yang melihat atau mendengarnya.

Dalam hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman :

 أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya. (HR. Muslim)

7. Memelihara Anjing Untuk Tujuan Selain Anjing Penjaga Gembalaan, Kebun, dan Buruan.

Nabi Muhammad saw. bersabda :

 من أمسك كلبا فإنه ينقص كل يوم من عمله قيراط إلا كلب حرث أو ماشية

Barangsiapa memelihara anjing, maka amalan sholehnya akan berkurang setiap harinya sebesar satu qiroth (satu qiroth adalah sebesar gunung uhud), selain anjing untuk menjaga tanaman atau hewan ternak. (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah beberapa hal yang bisa menghanguskan pahala amal sholeh kita.

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
           
Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Hal-hal yang dapat memperpanjang umur.


Hal-hal yang dapat memperpanjang umur.

Memiliki umur yang panjang dan berkah sangat di inginkan bagi orang-orang yang ahli ibadah, karena memiliki umur yang panjang digunakan dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala adalah termasuk orang yang disabdakan Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, Rasulullah bersabda :

خير الناس من طال عمره وحسن عمله وشر الناس من طال عمره وساء عمله

Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amal perbuatannya, dan sejelek-jelek manusia adalah orang yang panjang umurnya namun buruk amal perbuatannya. (HR. At Tirmidzi)

Agar umur kita panjang dan berkah selain menjaga kesehatan dengan berolahraga secara rutin dan teratur, selalu berpikiran positif, makan dan minum yang bergizi (sehat) dengan tidak berlebihan (secukupnya), tidur yang cukup dan tidak mempunyai rasa iri dan dengki kepada orang lain, maka hendaknya kita juga mengamalkan amalan-amalan yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW. dan orang-orang sholeh, berikut ini beberapa amalan agar dipanjangkan umur dalam keberkahan.

1. Selalu berbuat baik.

Rasulullah SAW. bersabda :

لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ

Tidak ada yang dapat menolak takdir ketentuan Allah selain doa, dan TIDAK ADA YANG DAPAT MENAMBAH UMUR SESEORANG SELAIN PERBUATAN BAIK. (HR At Tirmidzi).

2. Silaturrahmi.

Rasulullah SAW. bersabda :

سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan DIPANJANGKAN UMURNYA, maka hendaklah ia menyambung tali SILATURAHMI. (HR. Bukhori dan Muslim).

3. Bersedekah.

Rasulullah SAW. bersabda :

الصدقة ترد البلاء وتزيد في العمر

SEDEKAH dapat menghilangkan bala’ dan MENAMBAH UMUR.

4. Berbakti kepada orangtua.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Siapa yang suka untuk DIPANJANGKAN UMUR dan ditambahkan rizki, maka BERBAKTILAH PADA ORANG TUA dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat). (HR. Ahmad)

5. membaca doa.

Orang yang suka membaca doa meminta panjang umur dalam keberkahan maka insya Allah akan dipanjangkan umurnya sama Allah, karena tidak ada yang dapat merubah taqdir kecuali dengan doa,

Rasulullah SAW. bersabda :

لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ

Tidak ada yang dapat menolak takdir ketentuan Allah selain doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur seseorang selain perbuatan baik. (HR At Tirmidzi).

Berikut ini beberapa amalan dan doa agar diberikan panjang umur sama Allah yang bisa kita amalkan. 

6. Membaca surat At Taubah ayat 128-129 sebanyak 3x atau 7x setiap habis sholat Subuh dan sehabis sholat Maghrib.

Dalam Kitab Mujarrabat Ad Dairabi Al Kabir, karya Syeikh Ahmad Dairabi, halaman 42, cetakan Mathba’ah Musthafa Muhammad, Mesir, diterangkan:

)وَمِنْ خَوَاصِّ) هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ أَعنِيْ لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ اِلَى آخِرِ السُّوْرَةِ أَنَّ مَنْ قَرَأَهُمَا فِيْ يَوْمٍ لَمْ يَمُتْ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ كَمَا رُوِيَ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Diantara khasiat dua ayat ini maksudnya (Surat At Taubah ayat 128-129), bahwasanya barang siapa membacanya pada satu hari maka dia tidak akan mati pada hari tersebut, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam :

وَفِيْ رِوَايَةٍ لَمْ يُقْتَلْ وَلَمْ يُضْرَبْ بِحَدِيْدَةٍ وَإِنْ قَرَأَهَا فِيْ لَيْلَةٍ فَلَهُ مِثْلُ ذَلِكَ ذَكَرَ هَذَا الْحَدِيْثَ بَعْضُ الصَّالِحِيْنَ

Dalam satu riwayat, dia tidak akan dibunuh, dan tidak akan dipukul dengan besi. Jika dia membacanya di malam hari maka sebagaimana yang disebutkan diatas (maksudnya dia tidak akan mati di malam hari tersebut). Hadits ini dituturkan oleh ba'dhush shalihin.

Ini surat At Taubah (9) ayat 128-129.

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

LAQOD JAA-AKUM ROSUULU(N/M) MIN ANFUSIKUM ‘AZIIZUN ‘ALAIHI MAA ‘ANITTUM HARIIShUN ‘ALAIKUM BIL MU-MINIINA RO-UUFU(N/R) ROHIIM(UN), FAIN TAWALLAUU FAQUL HASBIYALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WA HUWA ROBBUL ‘ARSyIL ‘AZhIIM(I).

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung". (QS. At Taubah (9) : 128-129)

7. Doa ini dibaca sehabis sholat lima waktu, atau di tempat-tempat dan waktu-waktu yang mustajab.

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

ALLAHUMMA AKTsIR MAALII, WA WALADII, WA BAARIK LII FIIMAA A’ThOITANII WA AThIL HAYAATII ‘ALAA ThOO’ATIK(A), WA AHSIN ‘AMALII WAGhFIR LII.

Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah (umur) hidupku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.

8. Doa ini dibaca sehabis sholat lima waktu, atau di tempat-tempat dan waktu-waktu yang mustajab.

اللّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ طُوْلَ الْعُمُرِ بِالطَّاعَةِ وَاخْتِمْ لَنَا بِالْأَعْمَالِ الصَّلِحَةِ

ALLAAHUMMA INNAA NAS-ALUKA ThUULAL ‘UMURI BIThThOO‘ATI WAKhTIM LANAA BIL A’MAALISh ShOOLIHA(TI/H).

Ya Allah, kami mohon kepada-Mu umur yang panjang, umur yang selalu digunakan untuk taat kepada-Mu, dan akhirilah umur kami dengan perbuatan yang baik.

9. Doa ini dibaca sehabis sholat lima waktu, atau di tempat-tempat dan waktu-waktu yang mustajab.

للّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ

ALLAAHUMMA ThOWWIL UMUURONAA WA ShAHHIH AJSAADANAA WA NAWWIR QULUUBANAA WA SABBIT IIMAANANAA WA AHSIN A'MAALANAA WA WASSI’ ARZAQONAA WA ILAL KhOIRI QARRIBNAA WA ‘ANISy SyARRI AB’IDNAA. WAQDhI HAWAAIJANAA FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKhIROTI INNAKA ‘ALAA KULLI SyAI-IN QODIIR.

Ya Allah panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad (badan) kami, terangilah hati kami, tetapkanlah (kuatkan) iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkan kami daripada keburukan. Kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam agama, dunia, dan akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kita bisa mengambil salah satu doa di atas (Nomer 7 - 9) untuk kita baca secara istiqomah atau bisa pula membaca ketiga-tiganya.

Itulah beberapa amalan dan doa agar Allah memanjangkan umur kita dalam kebaikan,

Semoga Allah memanjangkan umur kita dalam keadaan ta'at kepadaNya dan kepada RasulNya dan semoga Allah mematikan kita dalam keadaan Husnul Khotimah, Aamiin.

Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan bagi siapa saja yang mau mengamalkannya.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus                 
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Ijazah Sholawat Sulthon (Sulthon Mahmud Al Ghoznawi) beserta sanad.


Ijazah Sholawat Sulthon (Sulthon Mahmud Al Ghoznawi) beserta sanad.

روى أن السلطان محمود الغزنوي كان في أول عمره وأمره يقعد بعد صلاة الفجر يشتغل بالصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ويصلي ثلاثمائة ألف صلاة حتى يرتفع النهار ويقعد الناس على بابه ينتظرون خروجه ويشق عليهم الانتظار لقضاء الحاجات وفصل الخصومات ونظام مصالح العباد فلما كثر ذلك منه رأى النبي صلى الله عليه وسلم في المنام يقول له : ماهذا التطويل الذي تطوله على الناس حتى يضجر الضعفاء وذو الحاجات من القعود على بابك والإنتظار فقال : إنما أقعد لأني أصلي عليك صلاة معلومة ولا أقوم حتى أفرغ منها فقال : إن هذا يشق على الضعفاء وأولي الحاجات ولكن أعلمك صلاة مختصرة كل واحدة منها بمائة ألف تقرؤها ثلاث مرات فتلك ثلاثمائة ألف ثم تخرج لمصالح المسلمين فيحصل أجر تلك الصلوات وأجر نفع المسلمين والمساعدة في قضاء حوائجهم فتعلَّمها وواظب عليها مدة ثم رأى النبي صلى الله عليه وسلم في المنام وهو يقول له : ماذا فعلت حتى أتعبت الملائكة في كتابة ثوابك ؟ ، قال : ماعملت شيئاً إلا الصلاة التي علمتني إياها
وهي هذه :

Diriwayatkan bahwa Sulthon Mahmud Al Ghoznawiy, Beliau di awal pemerintahannya duduk setelah Sholat subuh sibuk membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. sebanyak 300 ribu x (kali) sampai siang hari dan orang-orang (Rakyatnya) duduk dipintu, menunggu 'keluarnya (Shulton Mahmud) untuk menyelesaikan hajatnya setelah keadaan ini berlangsung lama, maka Beliau melihat Nabi SAW. di dalam tidurnya Nabi mengatakan kepadanya "Apa ini pemanjangan waktu sehingga rakyatmu telah menunggu keluarnya kamu"; maka Sulthon Mahmud menjawab saya duduk menghabiskan waktu lama karna saya bersholawat kepadamu dalam jumlah tertentu (300 ribu kali) dan saya tidak berdiri sebelum selesai. Maka Nabi Muhammad SAW. mengatakan kepadanya "Ini menyusahkan Orang lemah (Rakyatmu) dan yang punya hajat"; akan tetapi saya (Nabi) akan mengajarkan kepadamu Sholawat yang ringkas, yang mana apabila kamu membacanya satu kali sebanding 100 ribu kali, jadi kamu tinggal membaca 3 x kali saja sudah sebanding 300 ribu kali, setelah itu kamu keluar menemui rakyatmu untuk menyelesaikan urusan-urusan mereka, sehinggga kamu mendapat pahala Sholawat 300 ribu kali dan mendapat pahala memberi manfaat kepada Orang Muslimin, maka diapun (Sulthon Mahmud) mempelajari Sholawat itu dari Nabi Muhammad SAW. lalu dia mengamalkannya secara rutin. Setelah itu Beliau melihat Nabi Muhammad SAW. lagi yang kedua kalinya dan Nabi SAW. mengatakan kepadanya "Amalan apa yang kamu amalkan sehingga kamu melelahkan Malaikat di dalam mencatat pahala amalanmu"; Maka beliau menjawab, Saya tidak mengamalkan sesuatu kecuali sholawat yang Kau ajarkan kepadaku. (Kitab Al Qirtos FIi Manaqib Al Attas – Al Habib Ali bin Hasan Al Attas)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ رَحْمَةِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ فَضْلِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد بِعَدَدِ خَلْقِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَا فِى عِلْمِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ كَلِمَاتِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ كَرَمِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ حُرُوْفِ كَلاَمِ اللهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ قَطْرِ اْلاَمْطَارِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ وَرَقِ اْلاَشْجَارِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ رَمْلِ اْلقِفَارِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ اْلحُبُوبِ وَ الثِّمَارِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَا اَظْلَمَ عَلَيْهِ اللَّيْلُ وَ اَشْرَقَ عَلَيْهِ النَّهَارِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ صَلَّ عَلَيْهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ اَنْفَاسِ الْخَلَائِقِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ نُجُوْمِ السَّمَوَاتِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ كُلِّ شَىْءٍ فِى الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ وَصَلَوَاتُ اللهِ تَعَالَى وَ مَلاَئِكَتِهِ وَ اَنْبِيَائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ جَمِيْعِ خَلْقِهِ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ اِمَامِ اْلمُتَّقِيْنَ وَ قَائِدِ غُرِّ اْلمُحَجَّلِيْنَ وَ شَفِيْعِ اْلمُذْنِبِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ اَزْوَاجِهِ وَ ذُرِّيَتِهِ وَ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ اْلاَئِمَّةِ الْمَضِيْنَ وَ الْمَشَائِخِ الْمُتَقَدِّمِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ اَهْلِ طَاعَتِكَ اَجْمَعِيْنَ مِنْ اَهْلِ السَّمَوَاتِ وَ اَهْلِ اْلاَرَضِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ يَا اَكْرَمَ اْلاَكْرَمِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI ROHMATILLAAH(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI FADhLILLAAH(i),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI KhOLQILLAAH(i),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI MAA FII ‘ILMILLAAH(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI KALIMAATILLAAH(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI KAROMILLAAH(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI HURUUFI KALAAMILLAAH(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI QOThRIL AMThOOR(I)
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI WAROQIL ASYJAAR(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI ROMLIL QIFAAR(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADIL HUBUUBI WATs TsIMAAR(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI MAA AZhLAMA ‘ALAIHIL LAILU WA ASROQO ‘ALAIHIN NAHAAR(U),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI MAN ShOLLA ‘ALAIHI,
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI MA(N/L) LAM YUShOLLI ‘ALAIHI,
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI ANFAASIL KhOLAA-IQ(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI NUJUUMIS SAMAAWAAT(I),
ALLAAHUMMA ShOLLI WA SALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN BI’ADADI KULLI SyAI-IN FID DUNYAA WAL AAKHIROT(I), WAShOLAWAATULLAAHI TA’AALAA WAMALAA-IKATIHI WA ANBIYAA-IHI WARUSULIHI WA JAMII’I KhOLQIHI ‘ALAA SAYYIDIL MURSALIINA WA IMAAMIL MUTTAQIINA WA QOO-IDIL GhURRIL MUHAJJALIINA WASyAFII’IL MUDzNIBIINA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHI WA AShHAABIHI WA AZWAAJIHI WA DzURRIYYATIHI WA AHLI BAITIHI WAL A-IMMATIL MAADhIINA WAL MASyAAYIKhIL MUTAQODDIMIINA WASy SyUHADAA’I WASh ShOOLIHIINA WA AHLI ThOO’ATIKA AJMA’IINA MIN AHLIS SAMAAWAATI WA AHLIL ARODhIINA BIROHMATIKA YAA ARHAMAR ROOHIMIIN(A) YAA AKROMAL AKROMIIN(A) WAL HAMDULILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIIN(A).

Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah rahmatnya Allah.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah keutamaan dari Allah.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah ciptaan Allah.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah apa-apa yang ada dalam pengetahuan Allah.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah kalimat Allah.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah kemuliaan dari Allah.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah huruf Kalamullah (Kitab-Kitab Allah).
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak tetesan air hujan.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah daun-daun pepohonan.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah butir pasir di gurun.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah biji-bijian dan buah-buahan.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah yang dinaungi kegelapan malam dan diterangi oleh benderang siang.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah orang yang telah bershalawat kepadanya.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah orang yang belum bershalawat kepadanya.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah napas-napas makhluk ciptaan.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah (bintang) apa yang ada di seluruh langit.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya sebanyak jumlah tiap-tiap sesuatu yang ada di dalam dunia dan akhirat. Dan segenap shalawat dari Allah beserta para Malaikat-Nya, dan para Nabi-Nya, dan para Rasul-Nya, dan seluruh ciptaan-Nya, semoga tercurah atas junjungan para Rasul, pemimpin orang-orang yang bertaqwa, pemuka para ahli surga, pemberi syafa’at orang-orang yang berdosa, Nabi Muhammad dan juga atas keluarganya, para sahabatnya, istri-istrinya, keturunannya, ahli baitnya, para pemimpin yang telah lampau, para guru yang terdahulu, para syuhada dan orang-orang sholeh, dan yang senantiasa taat kepada Allah seluruhnya, dari penghuni bumi dan langit, dengan rahmat-Mu, wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang, dan Engkau Yang Maha Mulia dari semua yang mulia, segala pujian bagi Allah Tuhan alam semesta.

Sultan Mahmud Bin Sabaktekin Al Ghoznawiy adalah tokoh besar dalam Islam, penakluk hebat yang pasukan berkudanya berhasil mencapai India, dan menegakkan panji-panji Islam di sana. Konon luas wilayah yang berhasil ditundukkannya setara dengan jumlah seluruh penaklukkan yang terjadi di masa Amirul Mukminin Umar bin Khatthab radhiyallahu anhu. Sultan Mahmud dilahirkan pada tahun 971 Masehi / 361 Hijriyah. Wafat pada tahun 1030 Masehi / 421 Hijriyah. Penyebutan Ghaznawi di hubungan kepada kota tempat kelahiran dan wafat beliau, Ghoznah, Khurasan.
Pada awalnya, Khurasan Raya merupakan wilayah sangat luas membentang meliputi; kota Nishapur dan Tus (Iran); Herat, Balkh, Kabul dan Ghozni (Afghanistan); Merv dan Sanjan (Turkmenistan), Samarkand dan Bukhara (Uzbekistan); Khujand dan Panjakent (Tajikistan); Balochistan (Pakistan, Afghanistan, Iran).

Kini, nama Khurasan tetap abadi menjadi sebuah nama provinsi di sebelah Timur Republik Islam Iran. Luas provinsi itu mencapai 314 ribu kilometer persegi. Khurasan Iran berbatasan dengan Republik Turkmenistan di sebelah Utara dan di sebelah Timur dengan Afganistan. Dalam bahasa Persia, Khurasan berarti ‘Tanah Matahari Terbit.’

Sultan Mahmud Al Ghoznawiy pada mulanya berafiliasi dengan mazhab Imam Abu Hanifah, kemudian setelah banyak belajar dengan para ulama mazahab Imam Syafii, beliau pindah haluan ke mazhab Imam Syafii. Di antara ulama yang pernah belajar kepada Sulthan Mahmud al-Ghaznawiy, adalah Syekhul Islam Abu Ismail Al Harawiy Al Hambaliy rahimahullah.

Abu Ismail Abdullah Bin Muhammad Bin Ali Al Harawi. Dilahirkan pada tahun 396 Hijriyah / 1006 Masehi. wafat pada tahun 481 Hijriyah/ 1089 Masehi. Nama Al Harawi berasal dari nama tempat lahirnya yaitu di Herrat, Khurasan, dan terkenal juga dengan nama Abdullah  Al Anshari, karena ia merupakan keturunan dari Abu Ayyub Al Anshari, seorang sahabat Nabi.

Al Harawi adalah seorang pemegang teguh ajaran Islam, sebagaimana penganut madzhab hambali, ia selalu menyandarkan argumen pada Al Qur’an dan Sunnah. Ia kritik dan kecam ahli-ahli sufi yang dinilainya banyak bertentangan dengan ajaran islam. Hal ini membuat banyak yang tersinggung, sehingga ia ditangkap dan dipenjarakan. Dan ketika dibebaskan dari penjara, ia mengembara ke berbagai negeri untuk mengajarkan ilmu-ilmunya.

Karyanya:

- Manazilus Sairin, kitab yang berisi tentang pendakian spiritual (tasauf). Kitab ini sangat terkenal, sehingga banyak ulama yang datang kemudian mensyarahkan (memberi ulasan / penjelasan) tentang kitab ini, diantaranya Ibnul Qayyim Al Jauziyah, dengan kitabnya Madarijus Salikin.

- Thabaqat Shufiyah, kitab yang berisi kisah kehidupan ahli-ahli tasauf.
- Al Mufaja’at.
- Kiyab Zam Ilm Al kalam Wa Ahlih.
- Sirat Al Imam Ahmad Bin Hambal.

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Sultan Mahmud Bin Sabaktekin Al Ghoznawiy, alFaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) riwayatkan sebagai berikut:

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة السيد عبد الرحمن الكتاني عن والده الحافظ محمد بن عبد الحي الكتاني عن شيخه عبد الله السكري الدمشقي عن عبد الرحمن الكزبري الدمشقي عن مصطفى الرحمتي الأيوبي الدمشقي عن صالح بن إبراهيم الجنيني الدمشقي عن محمد بن سليمان الرداني عن المعمر بقية المسندين محمد بن بدر الدين البلباني الصالحي الدمشقي عن الشهابين أحمد بن عليّ المفلحي الوفائي وأحمد بن يونس العيتاوي، كلاهما عن مسند دمشق ابن طولون الدمشقي عن أبي البقاء محمد بن العماد العمري عن عائشة بنت إبراهيم ابن الشرائحي عن أبي حفص عمر بن أميلة عن الفخر ابن البخاري عن يوسف بن المبارك الخفاف عن عبد الملك بن ابي سهل الكروخي عن شيخ الاسلام ابي اسماعيل عبد الله بن محمد الهروي عن السلطان ابي القاسم محمود بن سبكتكين الغزنوي رحمه الله

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Sultan Mahmud Bin Sabaktekin Al Ghoznawiy dari jalur yang lain yang alfaqir miliki:

Al Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus mendapatkan ijazah dan sanad dari Buya KH. Muhammad Junaidi HMS beliau mendapatkan dari Al Habib Umar bin Hud Al Atthas, Al Habib Musthofa bin Abubakar Al’Aydrus, Al Habib Umar bin Ahmad Al Atthas, Al Habib Ahmad Al Hasani, mereka mendapatkan dari Al Allamah Sayyid Abdurrahman Al Kattany, beliau mendapatkan dari Al Hafidz Sayyid Muhammad bin Abdul Hayyi Al Kattany, beliau mendapatkan dari Asy Syaikh Abdullah Asy Syukry Ad Dimisyqi, beliau mendapatkan dari Syaikh Abdurrahman Al Kuzbary Ad Dimisyqi, beliau mendapatkan dari Syaikh Musthofa Ar Rahmaty Al Ayyuby Ad Dimisyqi, beliau mendapatkan dari Syaikh Sholeh bin Ibrahim Al Junainy Ad Dimisyqi, beliau mendapatkan dari Syaikh Muhammad bin Sulaiman Ar Roddany, beliau mendapatkan dari Al Ma’mar Baqiyyatul Musnidin Asy Syeikh Muhammad bin Badruddin Al Balbany Ash Sholihy Ad Dimisyqi, beliau mendapatkan dari Syekh Ahmad bin Ali Al Muflihy Al Wafaiy, Syeikh Ahmad bin Yunus Al Aitawy, keduanya mendapatkan dari Musnid Damasqus Ibnu Thuulun Ad Dimisyqi, beliau mendapatkan dari Syekh Abil Baqo’ Muhammad bin Al ‘Ammad Al Ummary, beliau mendapatkan dari Sayyidah Aisyah binti Ibrahim Ibnu Asy Syaro-ihy, beliau mendapatkan dari Abu Hafsin Asy Syekh Umar bin Mubarok Al Khoffaf, beliau mendapatkan dari Syekh Abdul Malik bin Abi Sahal Al Karukhy, beliau mendapatkan dari Syekhul Islam Abi Ismail bin Abdullah bin Muhammad bin Ali Al Harowy, beliau mendapatkan dari Abul Qosim Sulthon Mahmud bin Sabaktekin Al Ghoznawi ra., beliau mendapatkan dari Sayyidina Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan Sholawat Sulthon tersebut beserta sanadnya bagi siapa saja yang mau mengamalkannya, maka katakanlah qobiltu (saya terima) bila ingin mengamalkannya agar menyambungkan sanad shalawat Sulthon tersebut melalui jalur alfaqir.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : 
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau 
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس