Senin, 17 Februari 2020

Wasiat dan Nasihat Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas.


Wasiat dan Nasihat Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas.

Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas berkata kepada salah seorang muridnya :

“Insya Allah ucapanku yang kau tulis dan kumpulkan akan memberikan manfaat yang besar. Dan usahamu ini lebih bermanfaat dan langgeng daripada mencatat karomah-karomah yang terjadi. Karomah yang berlangsung hanya saat itu saja dan akan dilupakan dengan berjalannya waktu. Namun, manfaat ucapanku ini Insya Allah Ta’ala akan abadi. Orang yang menghargai ucapanku belum datang, mereka adalah orang-orang masa depan”.

Habib Ali bin Hasan Al-Atthas (Penulis buku Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthas):

“Di antara hal yang mendorongku untuk menulis buku ini (Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthas) adalah apa yang disebutkan pengarang kitab A’malut Tarikh : Barangsiapa menulis seorang wali Allah swt. maka kelak di hari kiamat ia akan bersamanya. Dan barangsiapa membaca nama seorang wali Allah swt. dalam kitab Tarikh dengan rasa cinta, maka ia seakan-akan menziarahinya. Dan barangsiapa menziarahi wali Allah swt., maka semua dosanya akan diampuni Allah swt., selama ia tidak mengganggu seorang muslim pun dalam perjalanannya”.

Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas berkata :

“Sesungguhnya terlalu memfasih-fasihkan bacaan adalah bid’ah. Andaikata salaf membaca Al-Qur’an seperti mereka yang suka memfasih-fasihkan bacaannya, tentu mereka tidak dapat menghatamkan Al-Qur’an dalam semalam”.

“Imam Ghazali juga pernah berkata bahwa hudhur dan khusyu’ dalam membaca Al-Qur’an tidak mungkin dapat dirasakan oleh orang yang membaca Al-Qur’an dengan terlalu memfasihkan huruf dan memberi tekanan berlebihan pada tasyjid-tasyjidnya. Andaikata kalian curahkan seluruh konsentrasi kalian untuk merenungkan makna rahmat, pujian, rububiyyah, kekuasaan Allah swt. (Al-Malik) penghambaan, permohonan, permohonan hidayah, shirotol mustaqim yang ada dalam Fatihah, maka itu lebih baik”.

“Jika kau membaca ayat sajdah dan pada saat itu kau berada di tempat yang tidak layak untuk sujud, maka bayangkanlah seakan-akan dirimu berada di tempat yang mulia, seperti Masjidil Haram atau Masjid-masjid lainnya. Setelah itu sujudlah dengan hatimu. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam bukunya yang berjudul Al-Ghunyah mengatakan :”Jika kau berdiri mengerjakan sholat, maka bayangkanlah seakan-akan kau sedang menghadap Ka’bah dan saksikanlah Ka’bah itu dengan hatimu. Niscaya kau akan meningkat ke maqom yang lain”.

“Setiap zaman ada 124.000 wali dan setiap wali mewarisi hal dari Nabi saw., di antara mereka ada yang tahu dirinya wali, tapi ada juga yang tidak tahu”.

“Amal dan niat sholeh akan menyebabkan timbulnya kewibawaan pada diri seseorang. Ia akan tampak beda dengan orang lain, ucapannya didengar dan bermanfaat, Sebaliknya, amal dan niat buruk akan menyebabkan pelakunya diselimuti kegelapan”.

“Manusia punya dua sayap yang dapat ia gunakan untuk terbabg ke tempat yang mulia, yaitu Niat dan Himmah (semangat, tekad). Sedangkan penghuni zaman ini berpijak pada salah satu diantara keduanya. Ada yang memiliki niat, tapi tidak memiliki himmah. Ada yang himmahnya besar, tapi belum memiliki niat. Jika seseorang punya niat, kemudian memperoleh himmah, maka Allah swt akan memperhatikannya dan akan menyampaikannya pada tujuan. Niat itu sebelum himmah dan himmah sebelum amal”.

Imam Junaid rhm. berkata : ”Barangsiapa membuka bagi dirinya satu pintu niat baik, maka Allah swt membukakan baginya 70 pintu taufiq. Dan barang siapa membukakan untuk dirinya satu pintu niat buruk, maka Allah swt membukakan untuknya 70 pintu khidzlan (dorongan untuk bermaksiat)”.

“Thoriqoh salaf Alawiyin adalah zhohirnya Ghazaliah dan bathinnya Syazaliah. Jika seseorang berkonsentrasi pada amal, maka ia akan mengerjakan amal tanpa ruh. Namun, jika ia meninggalkan amal dan banyak berharap kepada Allah swt, ia akan miskin amal saleh”.

“Ikutilah salaf! Barangsiapa ingin beribadah kepada Allah swt, hendaknya bertanya bagaimana cara salaf beribadah. Barangsiapa ingin mengajar atau belajar, memberi manfaat atau mengambil manfaat, maka hendaknya ia bertanya bagaimana cara salaf melakukan semua itu, dan tidak mengikuti jalan pikirannya sendiri”.

“Di dunia ini aku tidak pernah iri kepada seorang wali, raja atau lainnya, aku hanya iri kepada orang yang mengikuti salaf dan meneladani Nabi saw. Kebaikan terletak dalam mengikuti salaf shaleh, mempelajari buku-buku mereka, dan meneladani ibadah, adab, akhlaq dan perilaku mereka. Orang yang mengikuti salaf tidak akan salah dan lelah”.

“Kerjakanlah shalat karena Allah swt memerintahkannya. Jadikanlah makna segala sesuatu sebagai tujuanmu. Jangan jadikan cara pengucapan huruf (makhraj) dan sejenisnya sebagai pusat perhatianmu dalam sholat. Tapi amati dan renungkan (tadabbur) makna ayat yang kau baca. Apa yang menghalangimu untuk merenungkan makna basmalah, arti rahmat ayat pertama dan makna syukur. Renungkan tentang Pemberi nikmat dan Pemelihara alam, makna rahmat di ayat ke tiga, makna raja dan penguasa, makna ibadah, pertolongan, hidayah, shirotol mustaqim dan orang-orang yang berjalan diatasnya, yaitu orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah swt. Renungkan tentang orang-orang yang berpaling, yakni orang-orang yang dimurkai Allah swt.”.

“Musibah pertama yang menimpa masyarakat adalah peremehan mereka terhadap usaha menghafal Al Qur’an. Musibah kedua adalah berpalingnya mereka dari buku-buku salaf”.

“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak akan meninggalkanmu di dunia maupun di akhirat. Ilmu adalah Alat. Meskipun ilmu itu baik, tapi hanyalah alat, bukan tujuan. Ilmu digunakan hanya untuk mencapai tujuan. Ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat shaleh. Ilmu demikian inilah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi”.

“Pelajarilah ilmu, tanamkan dalam hati niat untuk mengamalkannya, maka Allah swt. akan mengembalikan semua yang hilang dari kalian”.

“Jika kau membaca sesuatu dan tidak dapat memahaminya, atau hatimu tidak hadir sewaktu membacanya, maka ulangila lagi di waktu yang lain. Sebab setiap waktu memilki rahasia yang berbeda”.

“Barang siapa mendahulukan ikhlas sebelum amal, maka ia tidak akan bisa beramal. Tapi hendaknya ia beramal, kemudian menuntut dirinya untuk ikhlas. Seseorang tidak seharusnya menuntut kesempurnaan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab jika ia menuntut kesempurnaan dari dirinya, ia tidak akan beramal. jika ia menuntut kesempurnaan dari orang lain, ia tidak akan memandang mulia seorang pun, ia bahkan akan memandang rendah semua orang”.

“Setiap kebajikan terasa berat bagi “NAFS”. Tapi jika dipaksakan, ia akan terbiasa dan dapat mengerjakannya dengan mudah. Sebagian orang jika melihat “NAFS”nya benci pada perbuatan baik, ia mengikuti “NAFS”nya dan cenderung kepadanya. Ia selalu berbuat demikian, hingga tidak mampu lagi berbuat baik. Akhirnya, hatinya menjadi keras. Sebenarnya jika hati mau menghadap Allah swt., Allah swt akan menghadap kepadanya. Jika berpaling, Allah swt. pun akan berpaling darinya. Sifat “NAFS” adalah suka menentang dan mudah bosan. Jika kau membiasakannya dengan kebaikan, ia akan menjadi baik, tapi jika kau membiasakannya dengan keburukan, ia akan menjadi buruk”

“Manusia hendaknya menyibukkan “NAFS”nya dengan amal-amal yang bermanfaat baginya. “NAFS” akan terbiasa dengan apa yang dibiasakan kepadanya. Orang yang terbiasa banyak bicara, menghadiri majelis yang penuh kelalaian dan permainan, maka hatinya merasa berat untuk membaca Al-Qur’an”.

“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt., Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”.

“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat”.

“Orang yang berharta, hendaknya banyak berderma dan bersedekah di jalan Allah swt., yang berilmu, hendaknya mencurahkan semua tenaganya untuk mengajar, yang mempunyai kedudukan, hendaknya berusaha mendamaikan orang-orang yang dizhalimi, yang berdagang dan menekuni pekerjaan lainnya, hendaknya jujur kepada kaum muslimin dan melakukan pekerjaannya dengan sempurna”.

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya hendaknya memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah swt. kepadanya. Allah swt. tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah swt/ berikan kepadanya. Allah swt. kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(QS Ath-Thalaq, 65:7)”.

“Di dunia ini manusia harus memiliki empat sifat :

1. Sabar terhadap yang dibenci dan disukai.
2. Melayani dengan baik dan memuaskan hati orang yang baik maupun jahat.
3. Memiliki akal yang dapat membedakan segala sesuatu.
4. Memilki niat shaleh dalam semua hal agar tercapai keinginannya.”.

“Jika seseorang ingin memperoleh rasa takut kepada Allah swt., maka hendaknya ia melihat orang yang memilki rasa takut. Jika ingin khusyu’ maka hendaknya ia melihat orang yang khusyu’, manusia adalah magnet untuk dirinya dan orang lain, manusia biasanya mencuri watak orang yang dilihatnya”.

“Hanya prasangka baik kepada Allah swt. dan hamba-hambanyalah yang dapat membuka pintu-pintu kebajikan”.

“Dua hal yang tidak ada sebuah kebaikan pun yang dapat mengungguli keduanya, yaitu prasangka baik kepada Allah swt. dan prasangka baik kepada makhluk Allah swt. Dan dua hal yang tidak ada sebuah keburukan yang dapat mengunggulinya, yaitu prasangka buruk kepada Allah swt. dan prasangka buruk kepada makhluk Allah swt.” (Al-Hadits)”.

“Setiap orang memiliki 360 urat. Ada urat yang akan mendorongnya untuk berbuat kebaikan, dan ada yang akan menggerakkannya untuk berbuat kejahatan. Jika melihat orang shaleh, urat-urat kebaikan akan menggerakkannya untuk berbuat baik. Jika melihat orang durhaka, maka urat-urat keburukannya akan menggerakkannya untuk berbuat jahat”.

“Orang yang mudah iri, menyangka bahwa semua orang iri, orang yang suka bermaksiat menyangka bahwa semua orang suka bermaksiat, dan orang yang shaleh menyangka semua orang gemar berbuat kebaikan”.

“Jika kau memandang seorang yang shaleh dan istiqomah, khusyu’ dan wara’, lalu kau bandingkan akhlaqmu dengan akhlaqnya, amalmu dengan amalnya, keadaanmu dengan keadaannya, maka kau akan mengetahui aib dan kekuranganmu, setelah itu akan mudah bagimu untuk memperbaiki ucapan dan perbuatanmu yang salah, lahir maupun batin, itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang shaleh dan mulia, serta dilarang bergaul dengan selain mereka, sebab watak seseorang akan mencuri watak orang lain. Jika tidak kau temukan teman duduk yang shaleh, pelajarilah buku, sifat, riwayat hidup dan semua prilaku kaum sholihin”.

“Ada dua orang yang tidak boleh kau pegang pendapatnya, yaitu orang yang selalu mengikuti kata hatinya dan orang yang tidak melaksanakan pendapatnya sendiri”.

“Jangan berselisih dengan anakmu dan jangan pula bersikap keras kepadanya. ajak dan perintahkan untuk berbuat kebaikan, jika ia tidak patuh, jauhilah dia dengan santun dan penuh perhatian”.

“Habib abu Bakar bin Abdullah Al Atthas dahulu melarang seseorang bergaul dengan Ahli bid’ah, orang-orang yang aqidahnya menyimpang dan orang-orang yang merendahkan kaum sholihin, Para Wali dan Ulama. jika melewati tempat yang ada orang-orang yang memiliki salah satu sifat di atas, beliau menutupi kepalanya dan berjalan dengan cepat”.

“Sholatlah di belakang orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, dan sholatkanlah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh. (Al Hadits) “.

“Orang-orang di zaman akhir ini lebih mengutamakan harta mereka dibanding diri mereka sendiri, mereka kikir dan tidak memperdulikan apa yang menimpa mereka, mereka abaikan Hak Allah swt., Allah swt. pun lalu menundukkan mereka di bawah kekuasaan orang yang tidak mengasihi mereka. adapun orang-orang terdahulu, mereka menjadikan harta mereka sebagai perisai dan pelindung dari segala bencana”.

“Jika seseorang senantiasa taat, maka Allah swt. akan memberinya rejeki, Allah swt. tidak akan membiarkannya begitu saja tanpa harta, Allah swt. telah memberi kalian rejeki, tapi kalian menghambur-hamburkan rejeki itu bukan pada tempatnya. Tunaikanlah kewajiban zakat, janganlah kalian kurangi”.

“Segala kesedihan yang dapat hilang dengan uang, bukanlah kesedihan”.

“Jika dalam hatimu terlintas bisikan buruk atau ajakan untuk bermaksiat, angkatlah kepalamu ke langit lalu ucapkan :”Allah….. dengan satu nafas. Perbuatan ini akan membakar dan menghapus dengan seketika bisikan-bisikan buruk dalam hati. Hikmah dari menengadahkan kepala ke langit adalah karena setan tidak dapat mendatangi manusia dari atas kepalanya. Allah Ta’ala berfirman : “Kemudian Saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.(QS Al-A’raf, 7:17). Allah swt. tidak mengatakan bahwa iblis akan mendatangi mereka dari atas”.

“Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas selalu membaca surat Al-Waqiah di waktu Ashar. Beliau berkata :”Sayyidil Wujud (Nabi Muhammad saw.) lah yang memerintahkanku untuk membacanya di waktu Ashar”.

(Dikutip dari buku “Sekilas tentang Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas; Novel Muhammad Al-Aydrus)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : 
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau 
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Sanad Shalawat Nurul Anwar Al Imam Ahmad Al Badawiy.


Sanad Shalawat Nurul Anwar Al Imam Ahmad Al Badawiy.

اللَّهُمَّ صَـلِّ عَلَى نُورِ اْلأَنْوَار.  وَسِرِّ اْلأَسْرَار. وَتِرْيَاقِ اْلأَغْيَار. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَار. سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْمُخْتَار. وَآلِـهِ اْلأَطْهَار. وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَار. عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَإِفْضَالِهِ

ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA NUURIL ANWAAR(I), WA SIRRIL ASROOR(I), WA TIRYAAQIL AGhYAAR(I), WA MIFTAAHI BAABIL YASAAR(I), SAYYIDINAA MUHAMMADINIL MUKhTAAR(I), WA AALIHIL AThHAAR(I), WA AShHAABIHIL AKhYAAR(I), ADADA NI’AMILLAAHI WA IFDhOOLIH(I).

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya utama di antara segala cahaya, rahasia agung di antara segala rahasia, penawar duka, dan pembuka pintu kemudahan, yakni Sayyidina Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang terpilih, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya”.

Shalawat ini dinisbahkan kepada Al Imam As Sayyid Ahmad Al Badawiy Radhiyallahu Anhu yang merupakan salah satu wali besar di zamannya. Lahir pada 596 H di kota Fez (Maroko). Wafat pada tahun 675 H.

Syaikh Yusuf Bin Ismail An Nabhaniy menyebutkan; “Shalawat ini telah teruji coba dapat mengabulkan segala hajat, menepis setiap kesedihan, menolak kesulitan, mendatangkan cahaya dan rahasia serta tereksperimen menggapai berbagai macam cita-cita. Adapun cara mengamalkannya dibaca setiap harinya 100 kali”.

Shalawat ini sangat bagus diamalkan oleh para salik (penempuh jalan akherat) lantaran adanya korelasi permohonannya dengan kalimat “Nurul Anwar” dan “Sirrul Asrar serta Tiryaqul Aghyar”.

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Ahmad Al Badawiy yang alfaqir miliki adalah:

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن الشيخ العلامة المحدث عبد الله بن عبد القادر التليدي الطنجي الكرفطي المغربي وهو عن الحافظ أحمد بن محمد بن الصديق الغماري وهو عن العلامة عبد الباقي ابن علي اللكنوي عن فضل الرحمن بن أهل الله المرادبادي عن عبد العزيز بن أحمد بن عبد الرحيم الدهلوي عن أبيه عن أبي الطاهر ابن محمد بن ابراهيم بن حسن الكردي عن أبيه عن عبد الباقي الحنبلي عن عبد الرحمن بن يوسف البهوتي الحنبلي عن الامام عبد الوهاب بن احمد الشعراني عن الامام جلال الدين السيوطي عن عبد الرحمن بن أحمد بن عبد الحمن بن أحمد القمصي البارنباري القاهري الشافعي عن أبيه عن جده عن عبد العال عن سيدي الامام أحمد البدوي رضي الله عنه وقدس الله أسراره الشريفة

Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan sholawat Nurul Anwar tersebut untuk siapa saja yang mau mengamalkannya. Sholawat tersebut di baca 100x dalam sehari semalamnya, yang paling baik di baca pada malam hari setelah sholat sunnah hajat atau tahajud.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس



Shalawat Munjiyah/Tunjina Beserta Sanad Muttashil Kepada Syekh Musa Adh Dharir.


Shalawat Munjiyah/Tunjina Beserta Sanad Muttashil Kepada Syekh Musa Adh Dharir.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ. وَتَقْضِىْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ. وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ. وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN ShOLAATAN TUNJIINAA BIHAA MIN JAMII’IL AHWAALI WAL AFAAT(I), WA TAQDhII LANAA BIHAA JAMII’AL HAAJAAT(I), WA TUThOHHIRUNAA BIHAA MIN JAMII’IS SAYYI’AAT(I), WA TARFA’UNAA BIHAA ‘INDAKA A’LAD DAROJAAT(I), WA TUBALLIGhUNAA BIHAA AQShOOL GhOOYAATI MIN JAMII’IL KhOIROOTI FIL HAYAATI WA BA’DAL MAMAAT(I), WA ‘ALAA AALIHI WA ShOHBIHI WA SALLIM TASLIMAN KATsIIRO(N).

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat (rahmat) atas penghulu kami Nabi Muhammad, semoga dengan berkah shalawat itu Engkau lepaskan kami dari segala bencana dan musibah, Engkau tunaikan segala hajat kami, Engkau bersihkan kami dari segala kejahatan dan Engkau tingkatkan derajat kami di sisi Engkau, Engkau sampaikan tujuan maksimal kami dari semua kebaikan kehidupan kami baik di dunia maupun sesudah wafat. Dan limpahkanlah shalawat kepada keluarga dan para sahabat beliau. Dan limpahkan juga sebenar-benar salam kepada mereka”.

عن الشيخ الصالح موسى الضرير رحمه الله، قال : ركبت البحر الملح وقامت علينا ريح قل من ينجو منها من الغرق وضج الناسفغلبتني عيني فنمت فرايت الني صلى الله عليه وسلم وهو يقول : قل لأهل المركب يقولوا ألف مرة { اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات وتقضي لنا بها جميع الحاجات ... االخ } فاستيقطت وأعلمت أهل المركب بالرؤيا فصلينا بها ثلثمائة مرة ففرج الله عنا

Dari Syekh Sholeh Musa Al-Dhorir ia berkata: Aku menaiki perahu di lautan lalu kami diserang angin yang besar sehingga sedikit dari kami yang selamat dari karam. Aku merasa sangat ngantuk dan tertidur, lalu aku bermimpi bertemu Nabi beliau bersabda: Katakan pada para penumpang perahu untuk mengucapkan ini 1000 (seribu) kali [اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات .. dst] lalu aku terbangun dan mengajarkan bacaan tersebut pada seluruh penumpang kapal. Lalu kami membaca shalawat itu baru sampai 300 kali lalu Allah menyelamatkan kami.

Diantara shalawat yang mujarrab untuk mendatangkan manfaat dan menolak mushibah adalah shalawat Al Munjiyah. Shalawat ini dinisbahkan kepada seorang ulama besar yang bernama Syaikh Ash Shalih Musa Adh Dharir. Imam As Samhudiy mengatakan dalam kitabnya Jawahir Al Iqdain Fi Fadhl Al Sarafain, “Siapa saja yang menginginkan selamat dari Thaun (wabah), maka hendaknya ia memperbanyak membaca shalawat Al Munjiyah.

Syaikh Ahmad Al Shawiy Al Malikiy menamakan shalawat ini dengan nama shalawat Al Munajah (permohonan) dan shalawat Tafrij Al Kurub (menghempas kesulitan).

Biografi Syaikh Musa Adh Dharir

Dari berbagai sumber yang penulis miliki tidak ditemukan catatan mengenai tahun kelahiran dan wafat beliau, meski diketahui qurun (masa) beliau hidup. Syaikh Musa Adh Dharir adalah seorang ulama besar yang menjadi salah satu tuan guru dari Syaikh Umar Ibn Ali Ibn Salim Al Lakhamiy Al Malikiy yang terkenal dengan julukan Tajuddin Al Fakihaniy. Diantara para raksasa ilmu yang menjadi guru Syaikh Umar Ibn Ali Ibn Al Fakihaniy adalah:
1. Syaikh Nashiruddin Ibn Al Munayyir Al Malikiy (W. 683 H)
2. Syaikh Ahmad Ibn Idris Ash Shanhajiy Al Qarafiy (W. 684 H)
3. Syaikh Taqyuddin Ibn Daqiq Al I’d (W. 702 H)
4. Syaikh Syarafuddin Al Dimyathiy (W. 705 H)

Keistimewaan dan keutamaan shalawat Al Munjiyat adalah:

1. Imam Dinawariy meriwayatkan: pada suatu ketika masyarakat muslim ditimpa kesusahan atau penyakit menular. Maka mereka kemudian membaca shalawat Al Munjiyah ini secara bersama-sama dan tidak berapa lama, masyarakat bebas dari penyakit. Shalawat ini diakui oleh banyak ulama, mendatangkan sangat banyak manfaat.

2. Syaikh Ali Al Buniy dan Imam Al Jazuliy mengatakan bahwa; “Siapa saja yang mempunyai hajat, baik hajat dunia, maupun hajat akhirat, bacalah shalawat ini sebanyak 1.000 kali, sebaiknya di waktu tengah malam, insya Allah akan dikabulkan hajatnya dengan segera. Shalawat Al Munjiyah lebih cepat dalam mendatangkan ijabah dari kilat yang menyambar, ia merupakan eklisir (bahan untuk mengubah logam murah menjadi emas) dan anti oksin yang mujarrab.”

Imam Umar Ibn Ali Al Lakhamiy Al Fakihaniy Al Malikiy dalam kitabnya Al Fajrul Munir Fi Shalawat Ala An Nabiy Al Basyir An Nadzir meriwayatkan bahwa: Syaikh Musa Ad Dharir, seorang yang shaleh suatu ketika bercerita: “Aku sedang belayar menggunakan sebuah perahu besar yang terbuat dari kayu namun tiba-tiba ada angin besar yang disebut angin Al Iqlabiyyah, jarang sekali orang bisa selamat dari angin tersebut, sehingga menyebabkan perahu yang aku tumpangi menabrak karang dan hendak karam. Pada saat itu entah kenapa saya tidak panik seperti kebanyakan penumpang kapal. Saya malah dikuasai rasa kantuk yang berat. Antara sadar dan tidak, Rasulullah datang mengajarkan aku shalawat Al Munjiyah dan beliau berkata: ”Hendaknya orang-orang yang ada di perahu ini membaca sebanyak 1000 kali. Saya pun terbangun dan membaca di dalam hati. Saat saya sudah membaca sebanyak 300 kali, maka perahu yang awalnya mulai oleng hampir tenggelam itu perlahan kembali tegak seperti biasa dan pelayaran dilanjutkan seperti tidak terjadi bencana apapun.

Imam Muhammad Ibn Ya’qub Fairuz Al Abadiy mengatakan:” Telah mengabarkan kepadaku Syaikh Hasan Ibn Ali Al Aswaniy bahwa siapa saja yang membaca shalawat Al Munjiyah sebanyak 1000 kali, maka Allah akan mengabulkan segala hajatya dan Allah akan hilangkan kesusahan hidupnya”.

Sebagian ulama menyatakan “siapa saja yang membaca shalawat Al Munjiyah ketika naik kapal laut, maka akan selamat dari bahaya tenggelam. Siapa saja yang membacanya saat terjadi thaun (wabah), maka ia akan diberikan perlindungan dan rasa aman. Siapa saja yang membaca sebanyak 500 kali, maka ia akan mendapat manfaat besar dan hidup dalam kecukupan.

Habib Salim Ibn Hafizh Ibn Syaikh Abi Bakr Ibn Salim mengatakan: “Para ulama salaf telah mengamalkan amalan yang teruji coba khasiatnya sebagai mediasi menggapai cita-cita dan menolak segala mushibah diantaranya: membaca shalawat Al Munjiyah 1000 kali, melakukan ziarah Nabi Hud, membaca surat Yasin 40 kali, membaca kitab Shahih Al Bukhariy dan membaca 16.000 kali “Ya Lathif”.

Sebagian orang membaca shalawat Al Munjiyat menggunakan lafaz (صَلاَةً تُنَجِّيْنَا ), lafaz (تُنَجِّيْنَا) adalah bentuk fiil Mudhari’ dari kata dasar fiil Madhi Mudha’af ( نَجَّى ), sedangkan lafaz ( تُنْجِيْنَا ) fiil Mudhari’ bentukan kata dasar fiil Madhi ( أَنْجَى ) dengan tambahan Hamzah. Lafaz Tunajjina ataupun Tunjina keduanya merupakan bentuk fiil Mudhari’ dari fiil Madhi Mutaaddiy (butuh kepada objek) yang memiliki arti menyelamatkan. Jadi bacaan Tunajjina atau Tunjina jangan diributkan karena keduanya memiliki arti yang sama. Hanya saja dari berbagai Naskah kumpulan kitab-kitab shalawat yang penulis miliki, seluruh kitab-kitab tersebut menggunakan lafaz Tunjina. Imam Muhammad Mahdi Al Fasiy dalam kitab Syarh Dalail Al Khairat dan Sayyid Muhammad Ibn Alawiy Al Malikiy dalam kitab beliau Syawariq Al Anwar Min Ad’iyyah Al Sadah Al Akhyar pun mencatatkan shalawat Al Munjiyah dengan redaksi “Tunjiina”. Inilah yang menjadi alasan, kenapa penulis dalam buku ini memilih untuk menyebutkan redaksi (تُنْجِيْنَا) ketimbang redaksi (تُنَجِّيْنَا ). 

Adapun sanad yang muttashil yang alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) miliki sebagai berikut:

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة السيد أحمد بن أبي بكر بن أحمد الحبشي عن العلامة محدث الحرمين أبو حفص عمر بن حمدان المحرسي التونسي المالكي عن أحمد بن اسماعيل البرزنجي المدني عن السيد أحمد بن زيني دحلان المكي عن الشيخ عثمان بن حسن الدمياطي عن الشيخ عبد المنعم بن أحمد العمادي الأزهري عن الشيخ محمد بن عيسى الدفري عن الشيخ سالم بن عبد الله بن سالم البصري المكي عن والده عن المسند محمد بن سليمان الرداني والشيخ محمد بن علاء الدين البابلي عن العلامة شمس الدين محمد السخاوي عن ابن ظهيرة عن جمال الدين ابن عتيق بن حديدة الانصاري عن ابن الفاكهاني اللخمي عن الصالح موسى الضرير رضي الله تعالى عنه

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : 
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau 
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس




Sanad Shalawat Kamilah (Nariyah) Imam Ibrahim Ibn Muhammad At Taziy.


Sanad Shalawat Kamilah (Nariyah) Imam Ibrahim Ibn Muhammad At Taziy.

اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً. وَسَلِّمْ سَلاَمًا تآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ. وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ. وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ. وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ. وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

ALLAHUMMA ShOLLI ShOLAATAN KAAMILATAN WA SALLIM SALAAMAN TAAMMAN ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADINIL LADzII TANHALLU BIHIL ‘UQOD(U), WA TANFARIJU BIHIL KUROB(U), WA TUQDhOO BIHIL HAWAA-IJ(U), WA TUNAALU BIHIR ROGhOO-IB(U), WA HUSNUL KhOWAATIIM(I), WA YUSTASQOL GhOMAAMU BIWAJHIHIL KARIIM(I), WA ‘ALAA AALIHI WA ShOHBIHI FII KULLI LAMHATI(N/W) WA NAFASI(N/M) BI’ADADI KULLI MA’LUUMI(N/L) LAKA.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan kesejahteraan yang paripurna kepada junjunan kami, Nabi Muhammad, yang dengan perantaraan beliau menjadi terlepas semua ikatan, lenyap segala kesusahan, ditunaikan segenap kebutuhan, diperoleh segala keinginan, diraih akhir yang baik, dan awan hitam pernah diminta hingga turun hujan dengan berkat wajahnya yang mulia. semoga shalawat itu juga tercurah kepada keluarga dan para sahabatnya, dalam setiap kejapan mata dan tarikan napas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki”.

Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “Shalawat Tafrijiyah”, yang berarti melapangkan kesulitan. Sebagian ulama menamakannya dengan shalawat Taziyah lantaran dinisbahkan kepada penyusun shalawat tersebut, Syaikh Abu Ishaq Ibrahim At Taziy. Sebagian lainnya menamakannya shalawat Kamilah, artinya yang sempurna, penamaan ini dikutip dari redaksi shalawat itu sendiri.

Shalawat Tafrijiyyah ini juga disebut shalawat Nariyah oleh penduduk Maghrib (Maroko) yang berarti api karena sifatnya yang mustajab. Lantaran apabila mereka ingin mendapatkan kesuksesan hajat dan terhindar dari bahaya, kemudian mereka berkumpul di satu majelis membaca shalawat tersebut bersama-sama sebanyak 4444 kali, maka mereka mendapatkan apa yang mereka niatkan, segala hajat akan terkabul dengan cepat seperti cepatnya kobaran api yang membakar jerami.

Utamanya bilangan 4444 kali shalawat Tafrijiyyah dibaca oleh satu orang dalam satu waktu. Namun apabila terasa berat, jumlah 4444 kali itu bisa juga dibaca secara kolektif, misalnya oleh 40 orang, yang masing-masing membaca 111 kali dan sang pemandu menggenapi empat bilangan sisanya.

Tentang shalawat ini, Imam Al Qurthubiy menuturkan bahwa siapa saja yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahannya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudahkan segala urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rizkinya, membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.

Ahlul Asrar menamakan shalawat Tafrijiyyah dengan nama “ مفتاح الكنز المحيط لنيل مراد العبيد “ (kunci perbendaharaan samudra untuk menggapai tujuan hamba). Imam As Sanusiy berkata: “Siapa saja yang melazimi membaca shalawat Tafrijiyyah setiap hari sebanyak 11 kali, maka seakan-akan rizki dari langit turun kepadanya dan rizki dari bumi tumbuh untuknya”.

Imam Ad Dinawariy mengatakan: ”Siapa saja yang lazim membacanya 11 kali setiap selesai shalat dan ia menjadikan wiridannya, maka rizkinya tidak pernah putus. Siapa saja yang lazim membacanya setiap selesai shalat shubuh sebanyak 41 kali, maka segala hajatnya akan diijabah. Siapa saja yang lazim membacanya setiap hari 100 kali, maka akan mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan segala hal melebihi apa yang ia sangka. Siapa saja yang lazim membacanya setiap hari sebanyak 313, maka Allah akan membukakan baginya tabir segala rahasia. Siapa saja yang lazim membacanya 1000 kali, maka Allah akan memberikan sesuatu yang tidak bisa disifati oleh manusia, mata manusia belum pernah melihatnya, telinga manusia belum pernah mendengarnya dan belum pernah terlintas dalam hati mereka”.

Dalam redaksi shalawat ini terdapat permohonan kepada Allah dengan bertawassul kepada Rasulullah sebanyak 8 kali. Satu kali dengan menyebut nama Rasulullah menggunakan isim zhahir, dan 7 kali dengan menggunakan isim Dhamir (kata ganti). Susunan seperti ini tidak ditemukan pada redaksi shalawat lainnya.

Pengarang kitab Sirrul Asrar mengatakan : “Fadhilah shalawat Nariyah atau shalawat Kamilah yang disebutkan di atas akan didapatkan dengan syarat mudawamah (konsisten) membacanya”,

Biografi Imam Ibrahim At Taziy.

Syaikh Abu Ishaq Ibrahim At Taziy seorang ahli tasawuf, muhaddits dan faqih yang masyhur. Beliau wafat pada tanggal 9 Sya’ban tahun 866 H.

Tokoh karismatik ini berjasa besar dan mempunyai peran penting dalam mendakwahkan ajaran Islam di kota Wahran, Maroco. Nama lengkap beliau adalah Imam Abu Ishaq Ibrahim At Taziy Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Malik Ibn Abdullah Ibn Ahmad Ibn Isa Ar Ridha Ibn Musa Al Murtadha Ibn Abdullah Ibn Abi Ja’far Ash Shadiq Ibn Muhammad An Nathiq Ibn Ali Zainal Abidin Ibn Abdullah Ibn Hamzah Ibn Idris Ibn Abdullah Al Kamil Ibn Al Hasan Al Mutsanna Ibn Hasan As Sibt Ibn Ali Ibn Abi Thalib.

Penisbahan At Taziy lantaran beliau dilahirkan di kota Taza, Maroko yang masyhur dengan kehidupan orang shalih. Di kota tersebut beliau mempelajari berbagai disiplin ilmu agama. Salah satu guru utama beliau adalah Syaikh Abu Zakariya Yahya Al Waza’iy yang pernah memprediksikan beliau menjadi orang besar di kemudian hari. Dalam kehidupan sehari-hari beliau dikenal dengan ulama yang memiliki sifat sabar, selalu melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, baik dalam pergaulan dan sifat-sifat kepujian lainnya.

Ketika berangkat menunaikan ibadah haji, beliau mengenakan Khirqah (selendang sufi) dari Syaikh Syarafuddin Ad Da’iy dan Syaikh Shalih Ibn Muhammad Az Zawawiy dengan sanad khirqah yang bersambung kepada Imam Abu Madyan Al Maghribiy.

Di antara para guru beliau lainnya: Syaikh Taqyuddin Muhammad Ibn Ahmad Al Fasiy, Syaikh Abu Al Fath Ibn Abi Bakar Al Qurasyiy, Syaikh Abdullah Al Abdusiy, Syaikh Muhammad Ibn Marzuq dan Syaikh Al Hawariy.

Di antara murid beliau: Imam As Sanusiy, Syaikh Ali At Talutiy, Syaikh Ahmad Zarruq dan lain-lain.

Adapun sanad yang muttashil (bersambung) kepada Imam Ibrahim At Taziy yang alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) miliki sebagai berikut :

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن الشيخ العلامة عبد الرزاق إمام خليل الجاوي اللاسمي عن الشيخ العلامة الأديب السيد محمد أمين الكتبي عن الشيخ محمد علي بن حسين بن ابراهيم المالكي عن عبد الله بن سالم البصري المكي عن المسند محمد بن سليمان الرداني عن أبي عثمان سعيد ابن إبراهيم قدوره بالجزائر عن سعيد المقري عن الولي الكامل أبي العباس أحمد بن حجي الوهراني عن شيخ الإسلام أبي إسحاق إبراهيم التازي

Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan sholawat Nariyah/Kamilah/Tafrijiyah tersebut di atas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya, untuk pengamalannya silahkan dipilih sesuai kemampuan dan keinginan seperti yang disebutkan diatas (11x, 41x, 100x, 313x, 1000x atau 4444x).

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس




Shalawat Fatih (Sanad Syekh Ahmad Tijani Dan Sayyid Muhammad Al Bakri).


Shalawat Fatih (Sanad Syekh Ahmad Tijani Dan Sayyid Muhammad Al Bakri).

Shalawat al Fatih adalah salah satu lafadz shalawat yang masyhur diamalkan dalam dunia Islam. Shalawat ini dinisbahkan kepada dua orang wali yang besar, pertamanya kepada Sulthan Al Awliya` Wa Ghautsul Al Rabbaniy Syaikh Imam ‘Abdul Qadir Al Jilaniy dan yang kedua kepada Quthub Al Awliya Syaikh Imam Abul Hasan Muhammad Al Bakriy.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Al Makkiy dan beberapa ulama lain seperti Syaikh ‘Ali Ibn Abdurrahman Al Kelantaniy menisbahkan shalawat ini kepada Syaikh Al Imam Abdul Qadir Al Jilaniy, sedangkan sebagian ulama lain seperti Syaikh Ahmad Al Shawiy Al Malikiy dan Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul Wahid Al Susiy Al Nazhifiy] menisbahkannya kepada Syaikh Abul Hasan Muhammad Al Bakriy.

Syaikh Yusuf Ibn Ismail Al Nabhaniy dalam karyanya “Afdhalush Shalawat ‘Ala Sayyidis Sadat” menyatakan bahwa menurut Syaikh Ahmad Ibn Muhammad Al Shawiy Al Malikiy, Syaikh ‘Abdul Rahman Al Kuzbariy, ahli hadits kebanggaan negeri Syam, telah menisbahkan Shalawat Al Fatih ini kepada Syaikh Abul Hasan Muhammad Al Bakriy. Menurut beliau penisbahan inilah yang nampaknya yang lebih kuat.

Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy mengatakan :

من واظب عليها كل يوم مائة مرة انكشف له كثير من الحجب وحصل له من الأنوار وقضاء الأوطار ما لا يعلم قدره إلا الله

Artinya:”  Siapa saja yang lazim membacanya setiap hari 100 kali niscaya akan terbuka baginya segala hijab dan ia mendapatkan cahaya dan tertunaikan segala hajat yang tiada mengetahui kadarnya melainkan Allah .

Sayyid Ahmad Zainiy Dahlan mengatakan bahwa shalawat ini bermanfaat bagi semua peringkat. Karenanya layak dilazimi agar memperoleh keberkatannya.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ . وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ .وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ .

ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA SAYYIDINA MUHAMMADINIL FAATIHI, LIMAA UGhLIQO WAL KhOOTIMI LIMAA SABAQO, NAAShIRIL HAQQI BIL HAQQI, WAL HAADII ILAA ShIROOTIKAL MUSTAQIIMI WA ‘ALAA AALIHI HAQQO QODRIHI WA MIQDAARIHIL ‘AZhIIM(I).

Artinya: “Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang menjadi penutup apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”

Syaikh Ahmad Al Dardir Al Khalwatiy menyebutkan redaksi shalawat Al Fatih dengan sedikit redaksi tambahan sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . اَلنَّاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ . صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلىَ آلِهِ وَاَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .

Artinya: “Ya Allah berikanlah Rahmat yang disertakan ta'zhim kepada penghulu kami Nabi Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang menutup sesuatu yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”

Syaikh Ahmad Bin Muhammad Dardir Al Khalwatiy Al Malikiy dan sebagian dari kalangan Ahlul Fadhl (orang-orang mulia) menyebutkan tambahan redaksi shalawat al-Fatih yang sedikit berbeda dengan redaksi aslinya sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . اَلنَّاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ . صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلىَ آلِهِ وَاَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .

Dari berbagai sumber memang ditemukan ada beberapa redaksi tambahan dalam shalawat fatih. Redaksi tambahan yang disebutkan di atas itu datang dari para ulama di antaranya syekh Ahmad bin Muhammmad Dardir Al Khalwatiy Radhiyallahu Anhu dalam kitab beliau Al Asrarur Robbaniyyah, Syaekh Yusuf Bin Ismail Nabhaniy dalam kitab Afdhalus shalawat, Muhaddist Al-Haramain Sayyid Muhammad Bin Alawiy Al-Malikiy dan juga Sayyid Zen bin Ibrahim bin Sumaith Hafizhahullah dalam kitab beliau An Nujumuz Zahiroh Lisalikil Akhirah.

Penambahan wa sallim dan wabarik adalah bagian dari "muhtahsanat" yakni perbuatan yang dipandang baik, mengingat ada pendapat yang mengatakan perintah bershalawat untuk Nabi sebagaimana dalam Al Qur'an itu disebutkan berbarengan dengan perintah mengucapkan salam.

Adapun penambahan redaksi wa ashhabihi atau Wa shahbihi sebagian ulama menjawab di antara mereka adalah syaikh Ahmad bin Muhammad Shawi Al Maliki sebagai bentuk tolakan tasayyu' (ajaran syiah) yakni sebagaimana shalawat orang syiah yg hanya bershalawat kepada para keluarga Nabi saja, tidak kepada para sahabat yang menurut I'tiqad mereka para sahabat Nabi ada yang kufur, sehingga tidak perlu bershalawat kepada mereka.

Sedangkan riwayat yang disebutkan Syekh Abu salim al-'Iyasiy semoga rahmat Allah selalu tercurah kepada beliau, beliau ini merupakan ulama yang pertama kali membawa shalawat Fatih dari mesir ke Maroko, pada redaksi beliau tidak ditemukan tambahan seperti yang disebutkan di atas.

Ketika sidi syekh Maulana Al Quthb Ahmad bin Muhammad At Tijani Radhiyallahu Anhu diberikan kesempatan agung peristiwa akbar bertemu secara langsung dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa sallam beliau mentalqinkan sidi syekh Ahmad tanpa tambahan wasallim, wa barik dan wa ashhabihi.

Melihat kronologi datangnya shalawat fatih kepada sidi syekh Muhammad Al Bakri As Siddiqiy Radhiyallahu anhu, setelah beliau melakukan munajat selama 30 tahun, bahkan riwayat dari syaikh Muhammad Fathan Bin Abdul Wahid An Nazhifiy menyebutkan munajat beliau selama 60 tahun. Dalam munajatnya, beliau memohon kepada Allah Taala agar diberikan redaksi shalawat yang mengungguli shalawat yang ada di alam. Sehingga pada waktunya Allah Taala mengabulkan permohonan beliau datang dari alam ghaib.

Oleh karenanya shalawat fatih yang pertama kali diturunkan tidak menggunakan tambahan wa sallim dan wa barik, mengingat redaksi shalawat Allah dan para malaikat hanya menggunakan kata shalawat sebagaimana dalam pernyataan ayat (Innallaha wa malaikatahu yusholluna Alan Nabiy) Lantaran redaksi tambahan wa sallim adalah redaksi shalawat yang Allah Taala perintahkan kepada manusia-manusia yang beriman dalam pernyataan ayat (Ya ayyuhal ladzina amanuu shollu wa sallimu taslima).

Inilah sebagian jawaban yang mengukuhkan bahwa shalawat fatih bagian dari redaksi yang datang dari alam ghaib dengan tidak menggunakan redaksi wa sallim wa barik dan wa ashhabihi Kata alihi (keluarga Nabi) dalam shalawat fatih memiliki pengertian seluruh ummat Nabi yang taqwa mencakup para sahabat, tabiin, tabiut tabiiin dan tabi' tabi' tabi'in sampai hari qiyamat. Adapun ulama yang menambahkan redaksi wa ashhabihi sebagai takhsish (penyebutan secara khusus) dari keumuman kata alihi (keluarga Nabi).

Ketika syaikh Ahmad At Tijaniy Radiyallahu Anhu ditanya, mengapa shalawat Fatih tidak memakai kalimat wa sallim ?. Beliau menjawab : “Karena shalawat Fatih bersumber dari Allah, bukan susunan yang dibuat oleh manusia.

Boleh jadi, Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam berkata kepada Sidi Syekh Ahmad Bin Muhammad Tijani Radhiyallahu anhu:

ما صلى علي احد بأفضل من صلاة الفاتح

Artinya:"Tidaklah seseorang membaca shalawat kepadaku dengan shalawat yang paling utama, melainkan ia membaca dengan shalawat fatih."

Lafazh-lafazh dalam shalawat al-Fatih merupakan iqtibas (cuplikan) dari firman Allah dalam ayat-ayat al-Qur’an:

اللَّهُمَّ :

Diambil dari ayat:

(دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ) (يونس: 10)
صَلِّ عَلىَ :

Diambil dari ayat:

(اِنَّ اَللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَا أَيّهَا اَلذِينَ آمَنُوا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيماً) (الأحزاب: 56)
سَيِّدِنَا :

Diambil dari ayat

(وَسَيِّداً وَحَصُوراً وَنَبِيئاً مِنَ اَلصَّالِحِينَ) (آل عمران: 39)

Dalam ayat tersebut, Allah menyebut Nabi Yahya dengan sebutan Sayyid. Menyebut Rasulullah dengan sebutan Sayyid adalah lebih utama karena beliau adalah Sayyid al-Khalq (pemimpin makhluk). Dalam sebuah hadis beliau mengatakan:

انا سيد ولد ادم ولا فخر

Artinya:”Saya adalah pemimpin manusia dan tidak sombong.”

Adapun hadis yang menyatakan larangan memanggil Rasulullah dengan sebutan Sayyid meupakan hadis yang sangat lemah, tidak bisa dijadikan argumen. Imam al-Nasaiy meriwayatkan dari sahabat Nabi yang bernama Sahal Ibn Hunaif, beliau memanggil Rasulullah dengan sebutan Ya Sayyidi. Ibnu Mas’ud juga meriwayatkan sebuah redaksi shalawat yang berbunyai: “Allahumma Shalli Ala Sayyidil Mursalin. Hadis ini dinilai oleh para ulama dengan derajat Hasan.[2]

مُحَمَّدِ :  

Diambil dari ayat

(مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ) (الفتح: 29)
الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ    :

Diambil dari ayat

(إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحاً مُبِيناً) (الفتح: 1)
- (قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِّنَ اَلرُّسُلِ) (المائدة: 19)
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ :

Diambil dari ayat

 (وَلَكِن رَّسُولَ اَللهِ وَخَاتِمَ النَّبِيئِينَ) (الأحزاب: 40)
نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ : 

Diambil dari ayat

- (إِن تَنصُرُواْ اللهَ يَنْصُركُمْ) (محمد: 7)
- (وَمَا تَوْفِيقِيَ إِلاَّ بِاللهِ) (هود: 88)
- (وَبِالحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالحَقِّ نَزَلَ) (الإسراء: 105)
الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ :

Diambil dari ayat

(وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ) (الشورى: 52)
وعلى آله :
(إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ البَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً) (الأحزاب: 33)
حَقَّ قَدْرِه :

Diambil dari ayat

 - (وَمَا قَدَرُواْ اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ) (الأنعام: 91)
- (لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ) (الحجر: 72)
وَمِقْدَارِهِ   :

Diambil dari ayat

(وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ) (الرعد: 8)
العَظِيْمِ :

Diambil dari ayat

(وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) (القلم: 4)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .

Pada kalimat (اَلنَّاصِرِ الْحَقِّ) kata (الْحَقِّ) boleh dibaca dengan 2 bacaan, Majrur (dikasrahkan) dan Manshub (difathahkan). Dibaca Majrur lantaran kata (الْحَقِّ) menjadi Idhafah, adapun dibaca Manshub menjadi Maf’ul, sebab Idhafahnya disebut Idhafah Lafzhiyyah.[1]

Imam Ibn Malik berkata dalam Al Fiyyah:

وَوَصْلُ أَلْ بِذَا الْمُضَافِ مُغْتَفَرْ*  إِنْ وُصِلَتْ بِالثَّانِ كَالْجَعْدِ الشَّعَرْ

Artinya:” Menyambung al (alif lam) kepada Mudhaf Ghair Mahdhah diperbolehkan apabila alif lam tersebut disambungkan kepada Mudhaf ilaihnya seperti contoh: al-Ja’d al-Sya’ar (rambut yang keriting).”

أَوْ بِالَّذِى لَهُ أُضِيْفَ الثَّانِي*** كَزَيْدٌ الضَّارِبُ رَأْسِ الْجَانِي

Artinya:” Atau alif lam dimasukkan pada lafaz yang diIdhafahkan kepada lafaz yang kedua (Mudhaf Ilaih), seperti Zaidunid Dharibu Ra’sil Janiy. (Zaid yang memukul kepala penjahat itu.”

Menurut kaidah qiyas, alif lam tidak boleh memasuki Mudhaf yang Idhafahnya Mahdhah. Alif lam yang masuk pada Mudhaf Idhafah Mahdhah, merupakan hal yang menyalahi kaidah yang benar. Karenanya tidak boleh dikatakan:
هَذَا الْغُلاَمُ رَجُلٍ . هَذَا الضَّارِبُ زَيْدٍ . هَذَا الضَّارِبُ رَأْسِ جانٍ .

Akan tetapi jika Idhafahnya disebut Idhafah Ghair Mahdhah dimaksudkan infishal (memisahkan antara Mudhaf dan Mudhaf ilah), maka hal itu tidak dilarang. Hanya saja dengan syarat, yaitu hendaknya alif lam itu memasuki Mudhaf ilaih seperti contoh:

الْجَعْدُ الشَّعْرِ . الضَّارِبُ الرَّجُلِ . هَذَا الْغُلاَمُ الرَّجُلِ . هَذَا الضَّارِبُ الزَّيْدِ . هَذَا الضَّارِبُ رَأْسِ الْجَانِي

Imam Muhammad Bin Abdul Wahid An Nazhifiy (wafat tahun menyebutkan dalam kitab Ad Durratul Khoridah Syarh Al Yaqut Al Faridah:
Keutamaan Shalawat al-Fatih

Mutiara Yang Tak Ada Tandingannya

وفضل فريدة على كل صيغة     *     كفضل سُرى القطا على دب نَملة

Keutamaan shalawat al-Fatih yang terkenal dengan sebutan al-Yaqutah al-Faridah atas redaksi shalawat lainnya seperti lebih hebatnya burung Qatha berjalan di waktu malam dibandingkan dengan rayapan semut.

فما صيغة من الصلاة على النبي       *      تقاربـها في وصلة ومثوبـة

Tidak ada bentuk shalawat kepada Nabi yang membandinginya untuk seseorang bisa wushul kepada Allah dan mendapat pahala.

فما حد فضلها ولا قيس في الـحجا  *     اذ الفضل من ورا العقول السليمة

Keutamaannya tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dianalogikan oleh akal. Karena keutamaan yang Allah berikan tidak bisa dipikirkan akal cerdas manusia.

وكم صيغ لـها تفوق خرائدا   *   وان شئتها فسل حُـماة الطريقة

Shalawat al-Fatih memiliki banyak bentuk redaksi keutamaan yang lebih mahal dari mutiara berharga. Jika engkau menginginkannya, maka bertanyalah kepada pengayom thariqah.

بها انطوت الفلا بأسرع لَمحـة     * بِها تسبق العرجاء كل صحيحة

Keutamaannya dapat melipat tempat yang luas dengan sekejap mata. Dengan membaca shalawat al-Fatih orang yang pincang dapat mendahului berlarinya orang yang sehat.

وكم من غنيمة تحاز بذكرها
              
      ولا سـيما في الليل بعـد عتيمة

Banyak keberuntungan yang dapat diraih dengan membaca shalawat al-Fatih. Terutama apabila dibaca pada malam hari selepas shalalat isya.

فتعـدل منها مرة خَمسمائة
                       نَهارية منها لضعف الْمـثوبـة

Keutamaan satu kali membacanya di waktu malam seperti 500 kali membacanya di waktu siang lantaran pahala menjadi berlipat ganda.

وكم من قصور في جـوار مُحمد
                    وحور حسان والْجـواري وغلمة

Banyaknya istana dan berdampingan dengan Nabi Muhammad serta para bidadari yang cantik dan pelayan-pelayan dari wanita dan pria.

وكم حجج وعمـرة مع غـزوة
                     وكم من مئين من الـوف عديدة

Mendapat pahala haji, umrah dan berperang ratusan dan puluhan kali.

واربعمائة سنـــون تكفــر
                        بِمائة مــــرة بليلة جُمعة

Seandainya seseorang melakukan dosa sebanyak 400 tahun, maka dosa itu akan diampuni oleh Allah dengan sebab membaca shalawat al-Fatih sebanyak 100 kali pada malam jum’at.

لَها من مــراتب ثَمان فبعضها
                       سليل سـعيد باح مـنها بنقطة

Keutamaannya memiliki 8 martabat sebagiannya telah diungkap oleh putra said yang bernama Syaikh Umar Ibn Said al-Futiy dengan satu titik.

ومنها بـكل مرة سـتمائة
                      من الف صلاة الملأك الانس جِنة

Diantaranya: membaca shalawat al-Fatih satu kali sama dengan 600 kali dari ribuan shalawat para malaikat, manusia dan jin.

من اول خلقهم الى وقت ذكرها
                          باذن تِجانـي ولـو بوسيطة

Dari awal mereka diciptakan sampai waktu shalawat al-fatih diucapkan. Dengan adanya izin dari Sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun dengan perantara.

وكم من تضائف لأولى وثانية
                          وثالثة وهـكذا لــلأخيرة

Banyak sekali pelipat gandaan pahala dalam membaca shalawat al-Fatih yang pertama, kedua sampai seterusnya.

ومنها ضعاف ذكر كل العوالِم
                        بسـتة الآف وغفـران زلـة

Pahala yang berlipat sebanding dengan dzikir yang dilakukan oleh makhluk di alam ini dengan 6000 kali lipat dan mendapat ampunan dari segala dosa.

فلا تتركن شـاذة من ذنـوبنا
                        ولا فاذة منها لعظم الْمــزية

Oleh sebab itu janganlah engkau tinggalkan, lantaran membacanya menghilangkan dosa-dosa kita dan mendapat keutamaan tersendiri dari yang lainnya.

وموت على الاسلام افضل نعمة
                         اذا دُمْتَ منها مــرة للمَنِية

Wafat dalam agama islam yang merupakan ni’mat tertinggi, apabila engkau melazimi shalawat al-Fatih setiap hari satu kali sampai kematian menjemput.

ولا بد من اذن صحيح من احمدا
                        ولـو بوسـائط لنيل الفضيلة

Syaratnya adalah mendapat izin dari sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun melalui perantara agar mendapat keutamaannya.

مع الاعتقاد انها في صحيفة
                   من النور انزلت بأقـــلام قدرة

Disertai keyakinan bahwa shalawat al-Fatih itu datang berupa lembaran dari cahaya yang diturunkan dari alam qudrat (gaib)

وعد الرماح عشرةً من شروطها
                  وقال بكتمها ســوى عن خُويصة

Pengarang kitab Rimah Hizb al-Rahim menyebutkan 10 persyaratan. Beliau mengatakan 10 syarat tersebut tidak diketahui kecuali oleh orang-orang khusus.

واما ثوابـها العميم فحـاصل
                      لسـائر خلق الله دون شـريطة

Pahalanya meratai bagi seluruh ciptaan Allah tanpa 10 syarat.

وعن سيدي البكري من عنه انزلت
                       فـداء من الْجـحيم منها بِمَرة

Diriwayatkan dari sayid al-Bakriy bahwa shalawat al-fatih diturunkan sebagai tebusan dari neraka jahim sekalipun dibaca sekali.

فـوالله ما رأيت ذكـرا مقاربا
                       لـها بعد رُتبة الاسامي العظيمة

Demi Allah, aku tidak pernah melihat satu dzikir yang mendekatkan diri kepada Allah yang memiliki tingkatan yang agung seperti shalawat al-Fatih.

فلا تفتـرن عنها فتندم في غـدٍ
                       نـدامة كُسْعِي وصاحـب بَتة

Janganlah engkau melalaikannya sehingga menyesal dikemudian hari seperti penyesalan seorang yang bernama kusaiy dan seperti orang yang menetapkan keputusannya (al-farazdaq).

فعَض عليها بالنـواجـذ سرمدا
                     فتسموا على اقـطاب كل وسيلة

Peganglah sekuat-kuatnya dengan gigi gerahammu selamanya, maka engkau akan mendapat derajat menjadi Aqthab dengan segala wasilah.

فـلا تعدلـن عنها الى اي صيغة
                    اذا كنت يا أخي من اصحاب نُهية

Janganlah engkau pindah kepada bentuk shalawat lainnya, apabila engkau termasuk orang yang cerdas.

حوت سر كل صيغة في العوالـم
                      وزادت بأسـرار وأشيا عـزيزة

Di dalam shalawat al-Fatih telah mencakup setiap bentuk shalawat yang ada di alam. Dan lebih unggul dengan banyak rahasia serta banyak sesuatu sangat mahal nilainya.

ورَبـى بـها عُبيدة بن محـمد
                       وابـدى عجيبة بميـزاب رحمة

Keutamaan Shalawat al-Fatih juga dijelaskan oleh syaikh Ubaidah Ibn Muhammad, beliau memunculkan hal-hal ajaib dalam kitabnya yang bernama Mizab al-Rahmah.

فيا رب جـازه وكل مؤلِــف
                        بخير واحســان عن الاحمدية

Ya Allah, balaslah beliau dengan kebaikan-kebaikan dan berikanlah balasan yang baik kepada setiap pengarang yang mengikuti ajaran Sayid Ahmad al-Tijaniy.

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Muhammad Fathan Bin Abdul Wahid An Nazhifiy radhiyallahu anhu (pengarang kitab Ad Durrah Al Kharidah Syarh Al Yaqut Al Faridah), alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) dapatkan ijazahnya dari KH. Rizqi Dzulqornain beliau dari Prof. Dr. Sayyid Muhammad Ar Radhiy Ghannun Al Idrisiy Al Hasaniy Al Maghribiy sebagai berikut:

الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحقق البحاثة فضيلة الاستاذ الدكتور السيد محمد الراضي كنون الادريسي الحسني عن العلامة الفاضل والمقدم الجليل سيدي لحسن الفطواكي عن الامام محمد فتحان بن عبد الواحد النظيفي رضي الله عنه 

Dikutip dari risalah:

فَوَاتِحُ الْمَفَاتِح
فِي اِبْرَازِ اْلأَسْرَارِ مِنْ كُنُوْزِ صَلاَةِ اْلفَاتِح

جمع وترتيب
الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي
 الراجي الى رحمة ربه العزيز القوي
غفر الله له ولوالديه عن المساوي
 آمين

Naskah Ijazah Shalawat Al Fatih

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين . والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين . سيدنا ومولانا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين . ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين . وبعد: فقد سألني أخي الفاضل:

(....................................................) رزقه الله الفتح والبركة في السكون والحركة

الإجازة بقراءة صلاة الفاتح :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ

فأقول أجزته، وأخبره أن أسانيدي متصلة الى صاحب الأسرار لصلاة الفاتح الإمام قطب الأقطاب وغوث الأغواث سيدي الشيخ مولاي أحمد بن محمد التجاني الحسني رضي الله عنه وعنا به . ولنا عدة أسانيد منها:

قد أجازني الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن سيدي العلامة الفقيه محمد العربي بن المهدي إكيدر الحاحي المقيم وقته بالمسجد الأعظم بمدينة الصخيرات ولاية الرباط المملكة المغربية عن القطب مولانا الحاج الأحسن بن محمد البعقيلي السوسي البيضاوي عن القطب مولانا الحسين الإفراني التزنيتي عن أبي المواهب والمرابح القطب مولانا العربي بن السائح العمري عن الخليفة القطب مولانا علي التماسيني عن مولانا الشيخ أحمد بن محمد التجاني الحسني رضي الله عنه عن قطب دائرة الوسائل سيد الوجود ومنبع الكرم والجود سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وأله وسلم

الثاني: أرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن الشريف البحاثة المحقق العلامة سيدي محمد الراضي كنون الادريسي الحسني عن حفيد الشيخ سيدي علي حيدرة عن والده الخليفة الشريف سيدي محمد الحبيب عن والده الخليفة سيدي محمود عن والده الخليفة سيدي محمد البشير عن العارف بالله سيدي الطاهر بوطيبة التلمساني عن القطب الشهير سيدي الحاج علي التماسيني عن مولانا الشيخ أبي العباس أحمد بن محمد التجاني رضي الله عنه وعنا به

الثالث: أرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن شيخنا العلامة سيدي محمد المستغفر عن العلامة الأجل سيدي الحاج عبد الرحمن المستغفر وهو عن شيخه العارف بالله سيدي أحمد بن مبارك أوتنهمو وهو أجازه الكبريت الأحمر والشذى الأذفر سيدي الحاج أحمد بن علي الإساكي عن الشريف الجليل والعلامة النبيل وشفاء كل عليل سيدي الحاج الحسين الإفراني التزنيتي عن ذي المعرفة والولاية المتواترة العلامة سيدي محمد الكنسوسي المراكشي وهو أجازه سيدي محمد الغالي الحسني بما أجازه الأولياء الكرام والأجلة الأعلام: سيدي الشريف عبد الوهاب بن الأحمر وسيدي الطيب السفياني وسيدي محمد بن أبي النصر فهؤلاء الأربعة أجازهم قطب الأقطاب مولانا سيدي الشيخ أحمد بن محمد التجاني رضي الله عنه وعنا به أمين

الرابع: أرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن سيدي الزبير بن سيدي بنسالم التجاني عن والده سيدي بنسالم التجاني عن العلامة محمد الحافظ المصري عن الشريف سيدي محمد الكبير التجاني عن المقدم البركة سيدي علي بن عبد الرحمن عن سيدي أحمد العبدلاوي عن الخليفة الأشهر سيدي الحاج علي التماسيني عن شيخنا وسندنا وأستاذنا أحمد بن محمد التجاني رضي الله عنه وعنا به

الخامس: أروي عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن سيدي العلامة محمد الحبيب الجكاني عن والده سيدي العلامة العارف بالله الحسن الجكاني عن القطب مولانا الحاج الأحسن بن محمد البعقيلي السوسي البيضاوي بسنده المتصل الى سيدي الشيخ أحمد التجاني

السادس: أروي سيدي عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن القاضي مصطفى بلقات رحمه الله عن والده العلامة سيدي عبد الحميد بن محمد الهاشمي البناني عن العلامة القاضي أحمد السكيرج بسنده المتصل الى سيدي الشيخ أحمد التجاني رضي الله عنه وعنا به

السند المتصل الى الامام القطب سيدي محمد البكري رضي الله عنه

وأما سندي المتصل الى صاحب صلاة الفاتح الامام الاستاذ الأعظم العارف الرباني والقطب الغوث الصمداني سيدي محمد البكري الصديقي الأشعري صاحب الأنفاس العلية، والكرامات السنية

فأرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن العلامة المعمر السيد احمد بن ابي بكر بن احمد بن حسين الحبشى عن العلامة الشيخ عمر حمدان المحرسى المكى عن الشيخ فالح بن محمد الظاهري عن الشيخ محمد بن على الخطابي السنسي عن الحافظ السيد مرتضى الزبيدى عن الشمس محمد سالم الحفنى عن عبد العزيز الزيادى عن الشمس محمد بن العلاء البابلي عن الشيخ نور الدين علي بن ابراهيم الحلبي الشافعي المصري عن الامام القطب سيدي محمد البكري الصديقي رضي الله عنه

فأرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن الحبيب العلامة سالم بن عبد الله بن عمر الشاطري التريمي عن الشيخ العلامة المحدث الأصولي القاضي حسن بن محمد المشاط المكي عن الشيخ العلامة الصالح الفقيه أحمد بن محمد بن موسى أيجل الزبيدي عن الشيخ الفقيه الأجل سيدي أحمد بن حبيب الواداني عن الشيخ العلامة أحمد بن محمد بن خالد الجرسيفي عن الشيخ العلامة المرابط الخير، والكوكب النير سيدي أحمد بن أبي القاسم بن سيدي سعيد بن عبد الله الجرسيفي عن الشيخ عبد الله التلي عن الشيخ الفقيه الإمام الخطيب سيدي عبد الرحمن التلمساني نزيل تارودانت قاعدة سوس الأقصى عن الشيخ الإمام القدوة أبي الفضل يحي بن عبد الله بن سعيد بن عبد المنعم الحاجي المناني عن الشيخ الولي الصالح المحدث الرحال أبي العباس أحمد بن محمد بن احمد أذفل السوساني ثم الدرعي عن الشيخ الإمام مولانا محمد بن مولانا محمد بن البكري الصديقي عن أبيه تاج العارفين وعمدة المحققين الشيخ الإمام سيدي محمد البكري الصديقي رضي الله تعالى عنه وأرضاه

Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan sholawat Fatih tersebut untuk bagi siapa saja yang mau mengamalkannya, katakana QOBILTU (saya terima) bila ingin mengamalkan dan ingin menyambungkan sanad shalawat Fatih tersebut.

Ini sholawat Fatih.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ . وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ .وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ

ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA SAYYIDINA MUHAMMADINIL FAATIHI, LIMAA UGhLIQO WAL KhOOTIMI LIMAA SABAQO, NAAShIRIL HAQQI BIL HAQQI, WAL HAADII ILAA ShIROOTIKAL MUSTAQIIMI WA ‘ALAA AALIHI HAQQO QODRIHI WA MIQDAARIHIL ‘AZhIIM(I).

Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang menjadi penutup apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis Ulang dan pemberi ijazah : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس