Senin, 20 Juli 2020

Kitab Lubabul Hadits Bab 18.


Kitab Lubabul Hadits Bab 18.

في فضيلة السلام

Keutamaan Salam.

قال النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: السَّلامُ قَبْلَ الكَلاَمِ

Nabi Shollallohu alaihi wa sallam bersabda : Mengucapkan Salam itu sebelum berbicara.

وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ بَدَأ بالكلامِ قَبْلَ السَّلامِ فَلاَ تُجيبُوهُ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa memulai pembicaraan sebelum salam maka janganlah kamu semua menjawabnya.

وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ بَدَأَ بالسَّلامِ فَهُوَ أَوْلَى بالله وَرَسُولِهِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa memulai salam lebih dahulu maka dia lebih utama (kedudukannya) menurut Allah dan Rasul-NYA.

وقال صلى الله عليه وسلم: السَّلامُ مِنْ أسْمَاءِ الله تَعَالَى  وَضَعَهُ الله في الأَرْضِ فَأَفْشُوهُ، فإنَّ الرَّجُلَ المُسْلِمَ إذا  مَرَّ بِقَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ فَرَدّوا عَلَيْهِ كَانَ لَهُ  عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ بِتَذْكِيرهِ إيَّاهُم السَّلام، فإنْ لَمْ  يَرُدوا عَلَيْهِ رَدَّ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَأَطْيَبُ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : As Salam itu salah satu Nama Allah Ta’ala yang diletakkannya di bumi, maka sebarkanlah. Karena ketika seorang muslim melewati suatu kaum dan mengucapkan salam kepada mereka kemudian mereka menjawabnya maka dia mempunyai kelebihan (keutamaan) derajat atas kaum tersebut karena mengingatkan mereka akan salam, jika mereka tidak menjawabnya, maka ucapan salam dia dijawab oleh orang yang lebih baik dan lebih harum dari mereka (Malaikat).

وقال صلى الله عليه وسلم: إنَّ أَوْلَى النَّاسِ بالله مَنْ بَدَأَهُمْ بالسَّلامِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya manusia yang paling dekat kepada Allah adalah orang yang memulai salam.

وقال صلى الله عليه وسلمّ: رَأْسُ التَّواضعُ الابتداءُ بالسَّلامِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Pokok tawadhu’ (sopan santun) adalah memulai dengan ucapan salam.

وقال صلى الله عليه وسلم: إذا الْتَقَى المُسْلِمَانِ أَقْرَبُهُما إلى الله تَعَالى مَنْ بَدَأ بالسَّلامِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apabila kedua orang Muslim (Islam) bertemu maka yang paling dekat kepada Allah Ta’ala adalah yang memulai mengucapkan salam lebih dahulu.

وقال صلى الله عليه وسلم: إذَا دَخَلْتُم في مَجْلِسٍ فَسَلِّمُوا وإذا خَرَجْتُمْ فَسَلِّمُوا

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apabila kalian masuk suatu majlis (rumah, majlis ta’lim, dll) maka ucapkanlah salam dan ketika kalian meninggalkannya maka ucapkanlah salam.

وقال صلى الله عليه وسلم: أَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بالسَّلامِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Orang yang paling bakhil (kikir, pelit) adalah orang yang paling bakhil memberi salam.”

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: السَّلامُ تَحِيَّةٌ لِمِلَّتِنا  وَأَمَانٌ لِذِمَّتنَا، قال الله تعالى: “وإذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ  فَحَيّوا بأحْسَنَ منها أوْ رُدُّوهَا

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ucapan salam itu adalah penghormatan bagi agama kita dan keamanan (kesentausaan) bagi jaminan kita. Allah Ta’ala berfirman : “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa).

(Kitab Lubabul Hadits – Al Imam Al Hafizh Jalaluddin Abdrurrahman bin Abi Bakar As Suyuthiy, Bab Keutamaan Salam, Halaman 46, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Kitab Lubabul Hadits Bab 17.


Kitab Lubabul Hadits Bab 17.

في فضيلة الصدقة

Keutamaan Sedekah.

قال النبي صلى الله عليه وسلم : الصَّدَقَةُ تَمْنَعُ مِيتَةَ السُّوءِ
    
Nabi Muhammad SAW. bersabda : Sedekah itu bisa menolak mati buruk.

وقال صلى الله عليه وسلم : صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصَدَقَةُ العَلاَنِيَةِ جُنَّةٌ مِنَ النَّار
   
Nabi Muhammad SAW. bersabda : Sedekah sirri (secara rahasia) memadamkan murka Allah SWT. dan sedekah secara terang-terangan merupakan perisai dari neraka.

وقال صلى الله عليه وسلم : الصَّدَقَةُ تَسُدُّ سَبْعِيْنَ بَابًا مِنَ السُّوءِ
    
Nabi Muhammad SAW. bersabda : Sedekah itu bisa menutup 70 pintu keburukan.

وقال صلى الله عليه وسلم : اتّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فإنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
    
Nabi Muhammad SAW. bersabda : Takutlah kalian pada neraka walaupun dengan sesobek kurma, jika kalian tidak mendapatkannya maka dengan kalimat yang baik.

وقال صلى الله عليه وسلم : لاَ تَسْتَحيُوا مِنْ إعطَاءِ القَلِيلِ، فَإنَّ الحِرْمَانَ أَقَلُّ مِنْهُ
    
Nabi Muhammad SAW. bersabda : Janganlah kalian merasa malu untuk memberi sedikit, karena sesungguhnya tidak memberi lebih sedikit daripada memberi sedikit.

وَقال صلى الله عليه وسلم : مَنْ نَهَرَ سَائِلاً نَهَرَتْهُ الملائِكَةُ يَوْمَ القِيَامَةِ

Nabi Muhammad SAW. bersabda : Barangsiapa yang menghardik (membentak) peminta-minta (pengemis) maka kelak di hari kiamat dibentak oleh malaikat.

وقال صلى الله عليه وسلم : مَهْرُ الحُورِ العِينِ قَبْضَةُ التَّمْرِ وَفَلْقُ الخُبْزِ
   
Nabi Muhammad SAW. bersabda : Mas kawinnya bidadari itu segenggam kurma dan sepotong roti.

وقال صلى الله عليه وسلم : مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ

Nabi Muhammad SAW. bersabda: Tidaklah berkurang suatu harta karena sedekah.

وقال صلى الله عليه وسلم : الصَّدَقَةُ شَيُءٌ عَظِيمٌ قَالَها ثَلاَثا

Nabi Muhammad SAW. bersabda : Sedekah itu sesuatu yang besar. Beliau mengucapkannya sampai tiga kali.
    
وقال صلى الله عليه وسلم : الصَّدَقَةُ تَرُدُّ البَلاَء وَتُطَوِّلُ العُمْرَ

Nabi Muhammad SAW. bersabda : Sedekah itu menolak bala dan memanjangkan umur.

(Kitab Lubabul Hadits – Al Imam Al Hafizh Jalaluddin Abdrurrahman bin Abi Bakar As Suyuthiy, Bab Keutamaan Sedekah, Halaman 45, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Kitab Lubabul Hadits Bab 16.


Kitab Lubabul Hadits Bab 16.

في فضيلة الزكاة

Keutamaan Zakat.

قال النبي صلى الله عليه وسلم:  الزَّكَاةُ قَنْطَرَةُ الإسْلام

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Zakat itu jembatan Islam.

وقال صلى الله عليه وسلم:  الزَّكَاةُ طُهْرُ الإيمانِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Zakat itu menyucikan iman.

وقال صلى الله عليه وسلم:  لاَ يَقْبَلُ الله الإيمانَ إلاَّ بالزَّكاةِ ولا إيمانَ لِمَنْ لاَ زَكَاة لَهُ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah tidak menerima iman terkecuali bersama zakat dan tidak ada iman bagi orang yang tidak zakat.

وقال صلى الله عليه وسلم: حَصِّنُوا أموالَكم بالزَّكاةِ وَدَاووا مَرْضَاكُمْ بالصَّدَقَةِ وأَعِدُّوا لِلْبَلاءِ الدُّعَاءَ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : Jagalah/bentengilah harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang sakit dengan sedekah dan siapkanlah do’a untuk menolak bencana.

وقال صلى الله عليه وسلم:  ما هَلَكَ مَالٌ في بَرٍّ ولا بَحْر إلاَّ بِمَنْعِ الزَّكَاةِ

Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah binasa/mengalami kerusakan harta di daratan dan di lautan kecuali karena menahan zakat (tidak dizakati).

وقال صلى الله عليه وسلم:  لا إيمَانَ لِمَنْ لاَ صَلاَةَ لَهُ ولا صَلاَةَ لِمَنْ لا زَكَاةَ لَهُ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Tiada (sempurna) iman bagi orang yang tidak sholat dan tiada (sempurna) sholat bagi orang yang tidak zakat.

وقال النبي صلى الله عليه وسلم:  طَهِّروا أمْوَالَكُمْ بالزَّكاةِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sucikanlah harta benda kalian dengan mengeluarkan zakat.

وقال صلى الله عليه وسلم  مَنْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ فَلَم يَدْفَعْهَا فَهُوَ في النَّارِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa berkewajiban zakat namun tidak menunaikan kewajiban zakatnya maka dia (akan) di (masukkan) dalam neraka’

وقال صلى الله عليه وسلم:  لا خَيْرَ في مَالٍ لا يُزَكَّى

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tiada kebaikan pada harta yang tidak dizakati.

وقال صلى الله عليه وسلم:  مَنْ مَنَعَ الزَّكاةَ مَنَعَ الله تَعَالى عَنْهُ حِفْظَ المَالِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa menahan membayar zakat maka Allah menahan dari memelihara hartanya (hartanya tidak berkah).

(Kitab Lubabul Hadits – Al Imam Al Hafizh Jalaluddin Abdrurrahman bin Abi Bakar As Suyuthiy, Bab Keutamaan Zakat, Halaman 43, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Kitab Lubabul Hadits Bab 15.


Kitab Lubabul Hadits Bab 15.

في فضيلة السنن

Keutamaan Sunnah.

 قال النبي صلى الله عليه وسلم :  مَنْ صَلَّى في اليَوْمِ واللَّيلَةِ  اثْنَتيْ عَشرَةَ رَكْعَةً تَطَوّعا بنى الله لَهُ بيتا في الجَنَّةِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat sunnah dalam sehari semalam 12 raka’at maka Allah membuatkannya sebuah rumah di surga.

وقال صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى قَبْلَ الفَجْر رَكْعَتَيْنِ  وَقَبْلَ الظُّهْرِ أربعا وَبَعْدَها أرْبعا وَأَرْبعا قَبْلَ العَصْرِ  دَخَلَ الجَنَّةَ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat sebelum fajar (Qobliyyah Subuh) dua raka’at, sebelum Zhuhur empat raka’at dan sesudahnya empat raka’at, sebelum Ashar empat raka`at maka dia masuk surga.

وقال صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى قَبْلَ الظُّهْرِ أربعا كَانَ كَعَدْلِ رقَبَةٍ مِنْ بني إسْمَاعِيل

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat empat raka’at sebelum Zhuhur maka pahalanya sama dengan memerdekakan seorang sahaya (budak) dari bani (kaum) Ismail.

وقال النبي صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى رَكْعَتَينِ في خَلاَءٍ لا  يَرَاهُ إلا الله والمَلائِكَةُ كُتِبَ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّار

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat (Sunnah) dua raka’at di tempat yang sepi yang tiada melihatnya terkecuali Allah dan para Malaikat maka ditulis baginya kebebasan dari neraka.

وقال رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم:   مَا مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّي في بَيْتٍ مُظْلِمٍ بِرُكُوعٍ تَامٍّ وَسُجُودٍ  تَامٍّ إلا وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ بَلا حِسَابٍ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tiada seorang hambapun yang sholat (Sunnah) dua raka’at (sholat malam / Tahajud) di rumah yang gelap dengan menyempurnakan ruku’ dan sujudnya terkecuali pasti masuk surga tanpa hisab.

وقَالَ صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى أرْبَعَ  رَكَعَاتٍ بِحَيْثُ لا تَرَاهُ النَّاسُ فَقَدْ بَرِىءَ مِنَ النِّفَاقِ  والكُفرِ والبِدْعَةِ والضَّلالَةِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat (Sunnah) empat raka’at tanpa terlihat oleh manusia maka ia telah terbebas dari munafik, kufur, bid’ah dan kesesatan.

وقالَ صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى قَبْلَ العَصْرِ أَرْبَعا حَرَّمَهُ الله عَلَى النَّارِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat (Sunnah) empat raka’at sebelum Ashar (Qobliyyah Ashar) maka Allah mengharamkannya dari siksa neraka.

وقال صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى بَعْدَ المَغْرِبِ رَكْعَتَينِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّم كُتِبَتَا في عليين

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat (Sunnah) dua raka`at setelah Maghrib sebelum berbicara maka pahala keduanya ditulis di `illiyyin.

Penjelasan : ‘Iliyyin yaitu buku catatat besar khusus untuk mencatat amal kebaikan dari dua golongan yaitu Manusia dan Jin.

وقال صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى أَرْبع رَكَعَاتٍ بَعْدَ العِشَاءِ  قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ فَكَأَنَّما أَدْرَكَ لَيْلَةَ القَدْر في  المَسْجِدِ الحَرامِ

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat (Sunnah) empat raka’at setelah isya` sebelum berbicara maka seakan-akan dia menjumpai malam Lailatul Qadar di Masjidil Haram.

وقال صلى الله عليه وسلم:  مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنَتيْ  عَشرةَ رَكْعَةً إيمانا واحْتِسَابا كَتَبَ الله لَهُ أَلْفَ أَلْفِ  حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ورَفَعَ لَهُ أَلْفَ  أَلْفِ دَرَجَةٍ وَبَنى الله لَهُ بَيْتا في الجَنَّةِ وَغَفَرَ الله لَهُ  ذُنُوبَه كُلَّها

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa sholat (Sunnah) Dhuha dua belas raka’at dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala maka Allah menuliskan baginya sejuta kebaikan, menghapus sejuta kejelekan, mengangkatnya sejuta derajat, membangun rumah baginya di surga dan mengampuni semua dosa-dosanya.

(Kitab Lubabul Hadits – Al Imam Al Hafizh Jalaluddin Abdrurrahman bin Abi Bakar As Suyuthiy, Bab Keutamaan Sunnah, Halaman 41, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Janganlah mengambil ilmu agama dari ulama yang sanad ilmunya terputus.


Janganlah mengambil ilmu agama dari ulama yang sanad ilmunya terputus.

Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)

Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.

Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”

Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)

Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dari ulama yang disampaikan secara turun temurun yang bersumber dari lisannya Sayyidina Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi wasallam. Oleh karenanya ulama dikatakan sebagai pewaris Nabi.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi).

Ulama pewaris Nabi artinya menerima dari ulama-ulama sebelumnya yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Pewaris Nabi artinya menerima dan mengikuti risalah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan baik dan benar secara kaaffah meliputi aqidah (Iman) , ibadah (Islam/syariat) dan akhlaq (Ihsan/tasawuf)

Laki-laki itu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Islam adalah kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, dan berpuasa Ramadlan.’ Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah iman itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan serta beriman kepada takdir semuanya’. Dia berkata, ‘Kamu benar’. Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR Muslim 11)

Pada hakikatnya kita tidak diperkenankan menyampaikan apa yang kita pahami dengan akal pikiran sendiri dengan cara membaca dan memahami namun kita sampaikan apa yang kita dengar dan pahami dari lisan mereka yang sanad ilmunya tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena hanya perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang merupakan kebenaran atau ilmuNya.

Ulama keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Habib Munzir Al Musawa menyampaikan “Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya (dengan akal pikirannya sendiri), maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)

Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )

Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”

Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“

Jadi indikator sanad ilmu atau sanad guru tidak terputus adalah pemahaman ulama tersebut tidak menyelisihi pemahaman para ulama yang sholeh terdahulu jalur dia mengambil ilmu agama. Jika menyelisihi maka sanad guru atau sanad ilmu ulama tersebut terputus hanya sampai pada akal pikirannya sendiri.

Selain pemahaman yang tidak menyelisihi pemahaman para ulama yang sholeh terdahulu , indikator lainnya adalah ulama tersebut harus berakhlak baik karena indikator seorang ulama tetap berada di atas jalan yang lurus karena dikaruniakan ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla adalah berakhlak baik atau berakhlakul karimah, sholeh, sholihin atau ulama yang ihsan, ulama yang bermakrifat, ulama yang menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh). Sungguh, muslim yang telah meraih maqom disisiNya hanyalah para Nabi (Rasulullah yang utama), para Shiddiqin, para Syuhada dan muslim yang sholeh. Mereka yang telah dianugerahi ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla dan mereka berada di jalan yang lurus

Firman Allah ta’ala yang artinya,

“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:6-7 )

“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )

Muslim yang terbaik untuk bukan Nabi dan meraih maqom disisiNya sehingga menjadi kekasih Allah (wali Allah) dengan mencapai shiddiqin, muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat. Bermacam-macam tingkatan shiddiqin sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/maqom-wali-allah/

Ulama pada hakikatnya adalah muslim yang mengenal Allah (ma’rifatullah) atau muslim yang bermakrifat atau muslim yang ihsan (muhsin) Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.‘ (HR Muslim 11)

Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)

Oleh karenanya ulama-ulama seperti Ibnu Taimiyyah, Muhammad bin Abdul Wahhab atau Al Albani adalah termasuk ulama-ulama yang terputus sanad ilmunya

Ibnu Taimiyyah terputus sanad ilmunya karena beliau memahami agama lebih bersandar pada muthola'ah, menelaah kitab dengan akal pikirannya sendiri sehingga  pemahaman Ibnu Taimiyyah menyelisihi pemahaman Imam Mazhab yang empat sebagaimana dapat diketahui dari tulisan pada http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/02/ahlussunnahbantahtaimiyah.pdf atau pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/23/2011/07/28/semula-bermazhab-hambali/

Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjelaskan dalam kitab-kitab beliau seperti ‘al-Khiththah al-Mardhiyah fi Raddi fi Syubhati man qala Bid’ah at-Talaffuzh bian-Niyah’, ‘Nur al-Syam’at fi Ahkam al-Jum’ah’ bahwa pemahaman Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim Al Jauziah menyelisihi pemahaman Imam Mazhab yang empat yang telah diakui dan disepakati oleh jumhur ulama yang sholeh dari dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)

Muhammad bin Abdul Wahhab yang memahami agama berlandaskan muthola’ah, menelaah kitabnya Ibnu Taimiyyah juga dengan sendirinya terputus sanad ilmunya. Terbukti apa yang dipahami oleh Muhammad bin Abdul Wahhab telah keluar (kharaja) dari apa yang dipahami oleh kaum muslim pada umumnya sehingga dikatakan pemahamannya termasuk pemahaman kaum khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.

Ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut: “Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).

Ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut: “Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).

Ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut: “Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275).

Begitupula Al Albani terputus sanad ilmunya dikarenakan beliau mengikuti pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab, terbukti pemahaman Al Albani menyelisihi pemahaman Imam Mazhab yang empat contohnya cara sholat Al Albani, bersedekap di atas dada sedangkan Imam Mazhab yang empat, sebagaimana yang disampaikan dalam kitab mazhab 4, Al Juzairi menyampaikan,

Imam Malik ~rahimahullah, “Meletakkan tangan di atas pusar dan di bawah dada“

Imam Hanafi ~rahimahullah, “Meletakkan tangan di atas pusar dan di bawah dada“

Imam Hambali ~rahimahullah, “Meletakkan tangan di bawah pusar“

Imam Syafi’i ~rahimahullah, “Meletakkan tangan di atas pusar dan di bawah dada“

Imam Nawawi ~rahimahullah berkata : “Meletakkannya di bawah dadanya dan di atas pusarnya, inilah madzhab kita yang masyhur, dan demikianlah pendapat jumhur (terbanyak) ulama, dalam pendapat Hanafi dan beberapa imam lainnya adalah menaruh kedua tangan di bawah pusar, menurut Imam Malik boleh memilih antara menaruh kedua tangan di bawah dadanya atau melepaskannya kebawah dan ini pendapat Jumhur dalam mazhabnya dan yang masyhur pada mereka” (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 4 hal 114)

Hal yang harus kita ingat adalah Imam Mazhab yang empat melihat langsung cara sholat Salafush Sholeh yang mengikuti cara sholat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Bahkan salah satu ulama keturunan cucu Rasulullah mengatakan dalam tulisannya tentang Al Albani pada http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=22475&catid=9 bahwa beliau sebenarnya tak suka bicara mengenai ini (menyampaikannya), namun beliau memilih mengungkapnya ketimbang hancurnya ummat

Begitupula ulama-ulama kerajaan dinasti Saudi yang merupakan penggerak pemahaman Wahhabi yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal Ifta` (Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) terputus sanad ilmunya. Contohnya pendapat mereka tentang sifat Allah menyelisihi pendapat Imam Baihaqi, Imam Nawawi, Ibnu Hajar dan juga menyelisihi pendapat Imam Mazhab yang empat. Bahkan mereka sebaliknya berpendapat bahwa Imam Baihaqi, Imam Nawawi maupun Ibnu Hajar telah sesat dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah atau telah terjatuh/tergelincir pada penakwilan terhadap sifat-sifat Allah sebagaimana yang dapat diketahui dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/07/klaim-mereka/

Contoh ulama yang masih isitiqomah menjaga ketersambungan sanad ilmu dengan mempertahankan pendapat Imam Mazhab yang empat adalah mufti mesir Profesor Doktor Ali Jum`ah yang mempertahankan fatwa bahwa Niqab ( Cadar / Purdah) adalah suatu kebiasaan yang dibolehkan dan bukan merupakan satu kewajiban (ditinggalkan berdosa) sebagaimana kesepakatan jumhur ulama bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukan termasuk aurat bagi perempuan. Hal ini diuraikan  dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/30/hukum-penutup-muka/

Keadaan pada zaman sekarang ini bahwa para ulama berfatwa tidak lagi memperhatikan pendapat Imam Mazhab yang empat atau tidak memperhatikan para ulama yang sholeh terdahulu yang sanad ilmu atau sanad gurunya tersambung kepada Rasulullah, hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai salah satu tanda akhir zaman

Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dariHisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang awam, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan (HR Bukhari 98)

Keadaan orang banyak mengikuti mereka yang berfatwa tanpa ilmu. Berfatwa menggunakan akal pikiran sendiri.

Oleh karena kita, kaum muslim telah melihat perselisihan karena perbedaan pemahaman yang disebabkan oleh segelintir orang mengikuti pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab maupun pemahaman Ibnu Taimiyyah maka kita sebaiknya menelusuri kembali pemahaman para ulama-ulama yang sholeh sebelum mereka berdua sehingga tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Kita harus kembali kepada pemahaman dan pengamalan agama yang haq yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan menelusuri kembali melalui dua jalur utama yakni

1. Melalui sanad guru, melalui jalur ulama yang sholeh, bersanad ilmu atau bersanad guru tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti ulama yang bermazhab yang tersambung kepada Imam Mazhab yang empat. Contohnya tersambung kepada sanad gurunya Imam Syafi’i ra

Sanad guru Imam Syafi’i ra

a. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam

b. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra

c. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra

d. Al-Imam Malik bin Anas ra

e. Al-Imam Syafi’i Muhammad bin Idris ra

2. Melalui ahlul bait, melalui jalur ulama yang sholeh, bernasab atau bersilsilah keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang mendapatkan pengajaran agama dari orang tua-orang tua mereka terdahulu tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Ikuti apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almugoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthorigoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Al Muhajir Ilalloh Ahmad bin Isa dan orang orang yang setingkat dengannya.

Berhati-hatilah dengan mereka yang mengaku-aku mencintai dan mengikuti Imam Ahlul Bait namun kenyataannya mereka hanya mengikuti pemahaman imam-imam kaum mereka semata.

Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian Imam Mujtahid dari kalangan Ahlul Bait, Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang mutakbaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.

Tidak sedikit dari kaum Khawarij yang dulunya bersifat brutal, akhirnya menyatakan taubat di hadapan beliau. Dan sebelum abad 7 H berakhir, madzhab Khawarij telah terhapus secara menyeluruh dari Hadramaut, dan Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah diterima oleh seluruh penduduknya.

Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” terutama bagi kaum Alawiyin, karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.

Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas.

Berhati-hatilah dalam memilih dan mengikuti hasil pemahaman (ijtihad) seorang ulama. Apalagi jika hasil pemahaman (ijtihad) ulama tersebut sering dikritik atau dibantah oleh banyak ulama lainnya. Jangan menimbulkan penyesalan di akhirat kelak karena salah mengikuti ulama.

Firman Allah ta’ala yang artinya,

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (QS al Baqarah [2]: 166)

“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al Baqarah [2]: 167)

Wassalam.

Penulis : Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830.  FB : http://www.facebook.com/ZonJonggol

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis Ulang : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس