Kamis, 04 Februari 2016

Menjauhi Fitnah Dajjal.

Menjauhi Fitnah Dajjal. 

Wahai saudaraku, sungguh kita sekarang ini berada di penghujung masa berakhirnya dunia, tanda-tanda akhir jaman (kiamat) sudah bermunculan, seperti banyaknya fitnah, minum-minuman keras bertebaran, perjudian dimana-mana, pembunuhan merajalela, jumlah wanita lebih banyak dari pada lelaki, seorang anak melahirkan tuannya, berlomba-lomba dalam membangun gedung-gedung bertingkat, banyak laki-laki yang suka memakai sutera dan perabotan dari emas, munculnya para dai yang menyesatkan, para pemimpin yang menyimpang, amanat disia-siakan dengan diserahkan kepada orang yang bukan berpengalaman, sering terjadi bencana, gempa, banjir, gunung meletus. harga-harga barang naik tajam, kaum perempuan keluar dengan berpakaian tapi pada hakikatnya tidak menutupi tubuhnya, dll.

Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz pernah berkata, bahwanya 8 para wali di Hadromaud bermimpi bahwa ikatan Dajjal sudah terlepas. Jadi mungkin tidak lama lagi Dajjal akan keluar, oleh sebab itu hendaknya kita untuk meninggkat iman dan takwa kita agar bisa selamat dari fitnah Dajjal yang sangat dasyat, yang banyak dari mereka akan terperangkap ketika kemunculan Dajjal, hanya dengan pertolongan Allahlah orang-orang yang akan selamat dari fitnah tersebut, disini alfaqir akan memberikan beberapa pengetahuan agar kita bisa selamat dari fitnah Dajjal. Yaitu:

1. Pertama: Berpegang teguh dengan ajaran Islam.

Modal utama untuk menghadapi fitnah Dajjal adalah dengan mengenal ajaran Islam dengan benar, terutama lebih mendalami nama dan sifat Allah. Karena dengan mengetahui hal ini, seseorang pasti tidak akan tertipu dengan tipu muslihat Dajjal. Dajjal itu manusia biasa yang butuh makan dan minum, sedangkan Allah tidak demikian. Dajjal itu buta, sedangkan Allah tidak. Tidak ada seorang pun yang dapat melihat Allah di dunia sampai ia mati. Adapun Dajjal bisa dilihat oleh manusia baik yang mukmin maupun yang kafir. Oleh karena itu, ini merupakan isyarat akan pentingnya iman, apalagi dengan mengenal serta memahami nama dan sifat Allah. 

Mengenai hal ini, kita dapat melihat pada kisah yang disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri berikut ini:

Dajjal muncul lalu seseorang dari kalangan kaum mu`minin menuju ke arahnya lalu bala tentara Dajjal yang bersenjata menemuinya, mereka bertanya, ‘Kau mau kemana? ‘ Mu`min itu menjawab, ‘Hendak ke orang yang muncul itu.’ Mereka bertanya, ‘Apa kau tidak beriman ada tuhan kami? ‘ Mu`min itu menjawab: ‘Rabb kami tidaklah samar.’ Mereka berkata, ‘Bunuh dia.’ Lalu mereka saling berkata satu sama lain, ‘Bukankah tuhan kita melarang kalian membunuh seorang pun selain dia.’ Mereka membawanya menuju Dajjal. Saat orang mu`min melihatnya, ia berkata, ‘Wahai sekalian manusia, inilah Dajjal yang disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu Dajjal memerintahkan agar dibelah. Ia berkata, ‘Ambil dan belahlah dia.’ Punggung dan perutnya dipenuhi pukulan lalu Dajjal bertanya, ‘Apa kau tidak beriman padaku? ‘ Mu`min itu menjawab, ‘Kau adalah Al Masih pendusta? ‘ Lalu Dajjal memerintahkannya digergaji dari ujung kepala hingga pertengahan antara kedua kaki. Setelah itu Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu lalu berkata, ‘Berdirilah!’ Tubuh itu pun berdiri. Selanjutnya Dajjal bertanya padanya, ‘Apa kau beriman padaku?’ Ia menjawab, ‘Aku semakin mengetahuimu.’ Setelah itu Dajjal berkata, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dilakukan seperti ini setelahku.’ Lalu Dajjal mengambilnya untuk disembelih, kemudian antara leher dan tulang selangkanya diberi perak, tapi Dajjal tidak mampu membunuhnya. Kemudian kedua tangan dan kaki orang itu diambil lalu dilemparkan, orang-orang mengiranya dilempari ke neraka, tapi sesungguhnya ia dilemparkan ke surga.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia adalah manusia yang kesaksiannya paling agung di sisi Rabb seluruh alam” (HR. Muslim no. 2938).

Kedua: Berlindung pada Allah dari fitnah Dajjal, terkhusus dalam shalat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Jika salah seorang di antara kalian melakukan tasyahud, mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah Al Masih Ad Dajjal” (HR. Muslim no. 588).

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata,”Rasulullah saw. bersabda,”Apabila salah seorang dari kalian bertasyahud maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal.” Dia berkata :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

ALLAHUMMA INNII A’UUDzUBIKA MIN ‘ADzAABI JAHANNAMA WA MIN ‘ADzAABIL QOBRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI WA MIN SyARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAALI.

Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.

Bacalah do’a itu didalam sholat setelah membaca tasyahud akhir sebelum salam, dan bacalah pula do’a itu didalam do’a-do’a kalian agar kita mendapat perlindungan dari Allah dari fitnah Dajjal.

Ketiga: Menghafal surat Al Kahfi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk membaca awal-awal surat Al Kahfi agar terlindung dari fitnah Dajjal. Dalam riwayat lain disebutkan akhir-akhir surat Al Kahfi yang dibaca. Intinya, surat Al Kahfi yang dibaca bisa awal atau akhir surat. Dan yang lebih sempurna adalah menghafal seluruh ayat dari surat tersebut.

Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal” (HR. Muslim no. 809).

Dari An Nawas bin Sam’an, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ

Barangsiapa di antara kalian mendapati zamannya Dajjal, bacalah awal-awal surat Al Kahfi” (HR. Muslim no. 2937).

Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ ». قَالَ حَجَّاجٌ « مَنْ قَرَأَ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ سُورَةِ الكَهْفِ

Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal.” Hajjaj berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi” (HR. Ahmad 6: 446. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini shahih, perowinya tsiqoh termasuk dalam periwayat shahihain –Bukhari dan Muslim- selain Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mari yang termasuk perowi Muslim).

Keempat: Menjauh dari Dajjal.

Karena bisa jadi seseorang menyangka bahwa ia memiliki iman yang kokoh, namun ia terperangkap syubhat Dajjal. Akhirnya ia pun menjadi pengikut setianya. Maka apabila kemunculan Dajjal sudah kita dengar maka menjauhlah diri kita dari pusat keramaian, untuk menyepi kegunung-gunung, atau ke Mekkah dan Madinah, karena Dajjal akan mendatangi tempat-tempat yang ramai, dan tidak akan masuk ke Mekkah dan Madinah karena dua kota itu terlindungi dari Dajjal.

Dari ‘Imron bin Hushain, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهْوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ

Barangsiapa mendengar kemunculan Dajjal, maka menjauhlah darinya. Demi Allah, ada seseorang yang mendatangi Dajjal dan ia mengira bahwa ia punya iman (yang kokoh), malah ia yang menjadi pengikut Dajjal karena ia terkena syubhatnya ketika Dajjal itu muncul” (HR. Abu Daud no. 4319 dan Ahmad).

ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال إلا مكة والمدينة ليس له من نقابها نقب إلا عليه الملائكة صافين يحرسونها ثم ترجف المدينة بأهلها ثلاث رجفات فيخرج الله كل كافر ومنافق


“Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorong pun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir (di luar Madinah). Lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik (dari Makkah–Madinah).” (HR. Bukhari no. 1881 dan Muslim no. 2943).

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Pin BBM : 53C2A132
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Adab-adab membaca Al Qur’an.

Adab-adab membaca Al Qur’an.

1. Hendaklah yang membaca Al Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan berniat ingin cari dunia atau cari pujian.

2. Membaca dalam keadaan suci, dengan adanya wudhu, duduk yang sopan dan tenang.

Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.” (At-Tibyan, hal. 58-59)

3. Disunnahkan membaca Al Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan semisalnya.

4. Disunatkan membaca Al Quran menghadap ke Qiblat, membacanya dengan khusyu' dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang bersih dan memakai wangi-wangian.

5. Membaca dengan suara yang lembut, pelan (tartil), tidak terlalu cepat agar dapat memahami tiap ayat yang dibaca.

Rosululloh bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Qur’an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam kan Al-Qur’an setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu.

6. Membaca Al Qur’an dengan khusyu’, penuh penghayatan, dengan hati yang ikhlas, mampu menyentuh jiwa dan perasaan bila perlu dengan menangis.

Allah SWT menerangkan pada sebagian dari sifat-sifat hambaNya yang shalih adalah “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertamba khusyu”. (QS.Al Isra :109). 

7. Membaguskan suara ketika membaca Al-Quran.

Dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi “Hiasilah Al-Quran dengan suaramu.”(HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam pengertian dari hadits tersebut adalah membaca Al Qur’an dengan baik dan benar mengerti makhroj (tanda baca), harakat (panjang pendeknya bacaan), mengerti tajwid dsb. Sehingga tidak melewatkan hukum dan ketentuan dari membaca Al-Quran, bila sudah cukup mengerti lantunan dari tiap-tiap ayat yang dibacakan agar terdengar indah dan menyentuh Qolbu.

8. Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca ta’awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib.

Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

9. Membaca “Bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At-Taubah).

10. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Qur’an, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah yang dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yg dibacanya. Dengan demikian, ia akan sampai kepada hakikat yang sebenarnya, yaitu membaca Al Quran serta mendalami isi yang terkandung di dalamnya.Hal itu akan mendorongnya untuk mengamalkan isi Al Qur’an itu. Firman Allah dalam surat (4) An Nisaa ayat 82 berbunyi sebagai berikut: "Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al Quran?

11. Disunatkan sujud bila membaca ayat-ayat sajadah, dan sujud itu dinamakan sujud tilawah.

Ayat-ayat sajadah itu terdapat pada 15 tempat yaitu:
dalam surat Al-A'raaf ayat 206
dalam surat Ar-ra'd ayat 15
dalam surat An-Nahl ayat 50
dalam surat Bani Israil ayat 109
dalam surat Maryam ayat 58
dalam surat Al-Haji ayat 18 dan ayat 77
dalam surat Al Furqaan ayat 60
dalam surat Annaml ayat 26
dalam surat As-Sajdah ayat 15
dalam surat As-Shad ayat 24
dalam surat Haamim ayat 38
dalam surat An-Najm ayat 62
dalam surat Al-Insyiqaq ayat 21, dan
dalam surat Al-'Alaq ayat 19.

12. Sedapat-dapatnya membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Qur’an. Sebab pekerjaan yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Pin BBM : 53C2A132
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.


Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Adab Berteman.

Adab Berteman.

Al-Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah mengatakan ada dua puluh tiga perkara adab seorang yang bersahabat dengan temannya, yaitu :

1. Mendahulukan teman dengan memberi harta (membantu uang), sekalipun kita sangat membutuhkannya.

2. Bila tidak mampu berbuat demikian, berikan sesuatu yang lebih dari kebutuhan diri bila temannya berkehendak.

3. Memberikan pertolongan secepat mungkin kepada teman untuk mencapai tujuannya, walaupun teman tidak minta tolong.

4. Menutup rahasianya.

5. Menutup aib temannya.

6. Bila ada orang yang mengatakan aib temannya, jangan di dengar.

7. Apabila mendengar orang memuji teman atau mendengar sesuatu yang menyenangkannya, sampaikanlah hal itu padanya.

8. Apabila si teman memberi kabar, dengarkanlah dengan sungguh-sungguh.

9. Jangan suka berdebat.

10. Panggilah nama temanmu dengan nama kesenangannya.

11. Apabila teman berbuat baik, bersyukurlah dan berterima kasih.

12. Melarang orang yang mencela teman yang tidak ada (ghibah).

13. Memberi nasehat kepada teman dengan lemah lembut.

14. Memaafkan kesalahan teman.

15. Mendo'akan kepada teman waktu shalat baik masih hidup atau sudah meninggal.

16. Hendaklah berbuat baik kepada keluarga teman.

17. Jangan membebani teman untuk melaksanakan suatu hajat agar senang hatinya.

18. Menyatakan gembira atas keberhasilan teman dan sedih atas musibahnya.

19. Memberi salam ketika bertemu dengan teman.

20. Bila teman datang di suatu majelis, berilah tempat yang luas untuknya.

21. Antarkan bila teman bangkit.

22. Diamlah bila teman berkata.

23. Tidak mencampuri perkataanya.

Dari segala adab ini bahwa hendaklah seseorang melakukan untuk temannya dengan perbuatan yang menggembirakan, jangan sampai berbuat sesuatu yang mereka benci.

Apabila engkau menginginkan agar temanmu akrab dalam menuntut ilmu, pekerjaan, agama dan duniamu dan waktu musafirmu, peliharalah lima perkara sebagai berikut :

Pertama, orang yang berakal tidak dapat berteman dengan orang yang kurang akalnya, karena akan terjadi pertengkaran dan sakit hati, musuh yang berakal lebih baik daripada teman yang tidak punya akal.

Kedua, orang yang baik kelakuan dan perangainya, jangan berteman dengan orang yang jahat, yaitu orang yang tidak dapat mengendalikan marah dan hawa nafsu. Al-Qomah Al-Atharidi berwasiat kepada kepada anaknya : Wahai anakku, bila engkau berteman pilihlah teman yang bila engkau berkhidmat kepadanya akan menghargaimu, jika engkau berteman kepadanya akan memperbaikimu, jika engkau membutuhkan biaya dia akan mau membiayaimu, temanilah orang yang bila engkau mengulurkan tangan untuk kebaikan, dia akan memberikan bantuan, apabila engkau memberi kebajikan kepadanya dia akan membalas, jila dia melihat kebaikanmu, akan mengenang, jika melihat kejelekanmu, ia akan menutupi, bila engkau berkata (benar) dia membenarkan, jika engkau memerintah (kebaikan), dia akan taat, bila engkau berselisih tentang sesuatu, dia mendahulukannu. Jadi prinsip persahabatan kita mesti memberi kepada teman tanpa mengharap balasan, tapi ikhlas karena Allah.

Ketiga, bertemanlah dengan orang shaleh, jangan berteman dengan orang yang fasiq yang selalu mengerjakan dosa besar atau kecil, orang yang takut kepada Allah tidak akan berbuat dosa terus menerus, barangsiapa tidak takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya.

Keempat, jangan berteman dengan orang yang sangat cinta kepada dunia, berteman dengan orang seperti ini akan merusak diri, karena watak itu akan mengikuti watak teman, berteman dengan orang yang gemar dunia akan gemar juga, sangat gemar dunia itu pangkal segala kejahatan. Nabi Muhammad saww. bersabda :

حب الدنيا رأس كل خطيئة

Hubbud-dunyaa ro-su kulli khothii-atin.

Artinya : Cinta kepada dunia pangkal segala kesalahan.

Kelima, hendaklah berteman dengan orang yang jujur dan jangan berteman dengan pendusta, karena dia tidak dapat dipercaya baik dalam agama maupun dunianya, kelak agamamu akan binasa.

Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Pin BBM : 53C2A132
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/
                                        
Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.


Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Adab Murid Terhadap Guru.

Adab Murid Terhadap Guru.

Al Imam Muhammad bin Muhammad Al Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah mengatakan : Jika engkau seorang murid, maka beradablah kepada gurumu dengan adab yang mulia, adab-adab mulia tersebut adalah :

1. Mendahului salam dan penghormatan kepadanya.

2. Tidak banyak berbicara di hadapannya.

3. Tidak berbicara sebelum guru bertanya dan tidak bertanya sebelum mohon izin darinya.

4. Tidak menyampaikan sesuatu yang menentang pendapatnya atau menukil pendapat ulama lain yang berbeda dengannya.

5. Tidak mengisyaratkan sesuatu yang berbeda dengan pendapatnya sehingga engkau merasa lebih benar darinya.

6. Tidak bermusyawarah dengan seseorang di hadapannya dan tidak banyak menoleh ke berbagai arah, tetapi sebaiknya engkau duduk di hadapannya dengan menundukkan kepala, tenang, penuh adab seperti saat engkau melakukan shalat.

7. Tidak banyak bertanya kepadanya saat dia lelah atau sedang susah.

8. Ikut berdiri ketika dia bangun dari duduk.

9. Tidak bertanya ketika ia di jalan sebelum sampai di rumah.

10. Tidak berburuk sangka kepada guru dalam tindakannya yang engkau anggap mungkar secara lahir, karena pasti dia lebih memahami rahasia-rahasia dirinya sendiri.

Hendaknya engkau mengingat kisah Nabi Musa as. saat berguru kepada Nabi Khidir as. dan saat Nabi Musa as. melakukan kesalahan dengan ingkar kepadanya hanya karena berdasar kepada hukum zhahir (terlihat mata).

Allah menukil ucapan Nabi Musa kepada Nabi Khidir tersebut dalam firman-Nya Q.S Al-Kahfi ayat 17 :

أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا

”Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan”.

(Nabi Musa AS telah dianggap salah dalam ingkarnya karena berpegang pada hukum yang lahir).
.
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Pin BBM : 53C2A132
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/gsayyiroups/160814570679672/
                                        
Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Kamis, 10 Desember 2015

Manfaat Dan Pentingnya Shalat Dhuha.

Manfaat Dan Pentingnya Shalat Dhuha.

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الْجُرَيْرِيُّ هُوَ ابْنُ فَرُّوخَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami 'Abbas Al Jurairiy dia adalah anak dari Farrukh dari Abu 'Utsman An-Nahdiy dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Kekasihku (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) telah berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal dunia, yaitu shaum tiga hari pada setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur dengan shalat witir terlebih dahulu". (HR. Bukhori No.1107, Muslim No.1182, At Tirmidzi No.691, An Nasa’I No.2392, Ahmad No.10078, dan Abudaud No.1220)

و حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ عَنْ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ أَنَّ مُعَاذَةَ الْعَدَوِيَّةَ حَدَّثَتْهُمْ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ مُعَاذِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ

Dan telah menceritakan kepadaku Yahya bin Habib Al Haritsi telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits dari Said, telah menceritakan kepada kami Qatadah, bahwa Ma'adzah Al 'Adawiyah menceritakan kepada mereka dari 'Aisyah katanya; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melakukan shalat dhuha sebanyak empat rakaat, dan terkadang beliau menambah sekehendak Allah." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ibnu Basyar, semuanya dari Mu'adz bin Hisyam katanya; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Qatadah dengan sanad seperti ini. (HR. Muslim No.1176, Ibnumajah No.1371, dan Ahmad No.23497)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ وَهُوَ ابْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ مَوْلَى أَبِي عُيَيْنَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُقَيْلٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ الدُّؤَلِيِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Asma` Adl Dluba`i telah menceritakan kepada kami Mahdi yaitu Ibnu Maimun telah menceritakan kepada kami Washil mantan budak Abu 'Uyainah dari Yahya bin 'Uqail dari Yahya bin Ya'mar dari Abul Aswad Ad Du`ali dari Abu Dzarr dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma'ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha." (HR. Muslim No.1181, Abudaud No.1093, dan Ahmad No.20501)

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى يَقُولُ مَا حَدَّثَنَا أَحَدٌ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى غَيْرُ أُمِّ هَانِئٍ فَإِنَّهَا قَالَتْ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَاغْتَسَلَ وَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ فَلَمْ أَرَ صَلَاةً قَطُّ أَخَفَّ مِنْهَا غَيْرَ أَنَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Amru bin Murrah Aku mendengar 'Abdurrahman bin Abu Laila berkata: Tidak ada dari orang yang pernah menceritakan kepada kita bahwa dia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat Dhuha kecuali Ummu Hani' yang dia menceritakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah memasuki rumahnya pada saat penaklukan Makkah, kemudian Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mandi lalu shalat delapan raka'at" seraya menjelaskan: "Aku belum pernah sekalipun melihat Beliau melaksanakan shalat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun Beliau tetap menyempurnakan ruku' dan sujudnya". (HR. Bukhori N0.1105, At Tirmidzi No.436, Ahmad No.25666)

و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ الْقَاسِمِ الشَّيْبَانِيِّ أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنْ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلَاةَ فِي غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ibnu Numair keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu 'Ulayyah dari Ayyub dari Al Qasim Asy Syaibani bahwa Zaid bin Arqam pernah melihat suatu kaum yang tengah mengerjakan shalat dluha, lalu dia berkata; "Tidakkah mereka tahu bahwa shalat diluar waktu ini lebih utama? sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat awwabin (orang yang bertaubat) dikerjakan ketika anak unta mulai beranjak karena kepanasan." (HR. Muslim No.1237, Ahmad No.18470, 18514, 18540, dan Ad Darimi No.1421)

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا النَّهَّاسُ بْنُ قَهْمٍ الصُّبَحِيُّ عَنْ شَدَّادٍ أَبِي عَمَّارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةِ الضُّحَى غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Telah menceritakan kepada kami Waki' berkata; telah menceritakan kepada kami An Nahas bin Qahm Ash Shubahi dari Syaddad Abu 'Ammar dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menjaga shalat dhuha maka dosa-dosanya akan diampuni walaupun seperti buih dilautan." (HR. Ahmad No.9339 dan At Tirmidzi No.438)

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ السِّمْنَانِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَوْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ آخِرَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

Telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far As Samnani telah menceritakan kepada kami Abu Mushir telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Ayyasy dari Bahir bin Sa'd dari Khalid bin Ma'dan dari Jubair bin Nufair dari Abu Darda' atau Abu Dzar dari Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam dari Allah Azza Wa Jalla, Dia berfirman: "Wahai anak Adam, ruku'lah kamu kepadaku dipermulaan siang (shalat dhuha) sebanyak empat raka'at , niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu di akhir siang." Abu Isa berkata, ini adalah hadits hasan gharib. (HR. At Tirmidzi No.437, Ad Darimi No.1415)

حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ أَبِي شَجَرَةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Telah menceritakan kepada kami Daud bin Rusyaid telah menceritakan kepada kami Al Walid dari Sa'id bin Abdul Aziz dari Makhul dari Katsir bin Murrah Abu Syajarah dari Nu'aim bin Hammar dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah 'azza wajalla berfirman; Wahai anak Adam, janganlah kamu meninggalkan-Ku (karena tidak mengerjakan) empat raka'at pada permulaan siang (dhuha), niscaya aku akan mencukupi kebutuhanmu di sore hari." (HR. Ahmad No.1097, 16749, 17126, 21431, 21433)

وقال صلى الله عليه وسلم: {مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنَتيْ عَشرةَ رَكْعَةً إيمانا واحْتِسَابا كَتَبَ الله لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ورَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ وَبَنى الله لَهُ بَيْتا في الجَنَّةِ وَغَفَرَ الله لَهُ ذُنُوبَه كُلَّها

Nabi Muhammad saww. bersabda : “Barangsiapa mengerjakan shalat dhuha sebanyak duabelas roka’at dengan iman dan mengharapkan pahala, maka Allah Ta’ala menetapkan baginya sejuta kebaikan, menghapus daripadanya sejuta kejelekan, mengangkat baginay sejuta derajat, dan Allah membangunkan baginya sebuah rumah disurga dan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu seluruhnya.”. (Kitab Lubabul Hadits)

وروى زيد بن أسلم عن ابن عمر رضي اللَّه تعالى عنهما قال: قلت لأبي ذر الغفاري رضي اللَّه تعالى عنه أوصني يا عم؟ قال: سألت رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم كما سألتني فقال: من صلى الضحى ركعتين لم يكتب من الغافلين، ومن صلاها أربعاً كتب من العابدين، ومن صلاها ستاً لم يتبعه يومئذ ذنب، ومن صلاها ثمانياً كتب من القانتين، ومن صلاها اثنتي عشرة ركعة بنى له بيت في الجنة

Zaid bin Aslam dari Umar ra. Berkata kepada Abu Dzar: Nasehatilah aku hai ammi. Abu Dzar ra. Berkata : Saya telah meminta kepada Nabi saww. apa yang anda minta ini, maka Nabi saww. bersabda : “Barangsiapa yang shalat dhuha dua roka’at tidak tercatat pada golongan orang-orang yang lupa/lalai, dan barangsiapa yang shalat dhuha empat roka’at termasuk orang abid (ahli ibadah), dan barangsiapa shalat dhuha enam roka’at tidak terkena dosa pada hari itu, dan barangsiapa yang sembahyang dhuha delapan roka’at dibangunkan untuknya rumah didalam surga.”. (Kitab Tanbihul Ghafilin dan Kitab Tanqihul Qaul)

وأبو الشيخ عن أنس: رَكْعَتَانِ مِنَ الضُّحَى تَعْدِلانِ عِنْدَ الله بِحُجَّةٍ وَعُمْرَةٍ مُتَقَبَّلَتَيْنِ

Dalam riwayat Abusy-Syaikh dari Anas ra. berkata : "Rok'atani minadh-dhuha ta'dilani indallahi bihajjatin wa umrotin mutqobbilataini. Artinya : Dua roka'at sunnat dhuha menyamai disisi Allah dengan haji dan umroh yang diterima keduanya.". (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad) 

والطبراني عن أبي هريرة: إنَّ في الجَنَّةِ باباً يقال له الضُّحى، فإذا كانَ يَوْمَ القِيَامَةِ نَادَى منادٍ: أيْنَ الَّذِينَ كانوا يُدِيمُونَ عَلَى صَلاةِ الضُّحَى هذا بَابُكُمْ فَادْخُلُوهُ بِرَحْمَةِ الله

Abuhurairah ra. berkata Nabi Muhammad saww. bersabda : "Inna fil-jannati baaban yuqoolu lahu adh-adhuhaa faidzaa kaana yaumul-qiyaamati naadaa munaadin ainal-ladziina kaanuu yudiimuuna 'alaa sholaatidh-dhuhaa hadzaa baabukum faad khuluuhu birohmatillaahi. Artinya : Sesungguhnya di sorga ada pintu yang bernama Adh-dhuha, maka bila hari qiamat ada seruan : Manakah orang-orang yang selalu mengerjakan sholat dhuha inilah pintumu maka masuklah dari padanya dengan rahmat Allah.". (HR. Ath-Thabarani, di Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad dan Tanbihul Ghafilin) 

وسمويه عن سعد: مَنْ سَبَّحَ سَبْحَةَ الضُّحَى حَوْلاً محولاً كُتِبَ لَهُ بَراءةٌ مِنَ النَّارِ

Samwaih meriwayatkan dari Sa'ad ra. berkata : "Man sabbaha subhatadh-dhuha haulan muhawwalan kutiba lahu baro'atun minannaar. Artinya : Siapa yang tetap menjalankan sholat dhuha hingga setahun penuh, maka dicatat baginya bebas dari api neraka.". (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad) 

والديلمي عن عبد الله بن جراد: المُنَافِقُ لا يُصَلّي صَلاةَ الضُّحَى وَلا يَقْرَأُ قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ

Abdullah bin Jarod berkata : "Al-Munafiqu laa yusholli sholatadh-dhuhawa laa yaqro' qul ya ayyuhal kafirun. Artinya : Orang munafiq tidak sembahyang dhuha dan tidak membaca qul ya ayyuhal kafirun.". (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad) 

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ فُلَانِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عَمِّهِ ثُمَامَةَ بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِي الْجَنَّةِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أُمِّ هَانِئٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَنُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ وَأَبِي ذَرٍّ وَعَائِشَةَ وَأَبِي أُمَامَةَ وَعُتْبَةَ بْنِ عَبْدٍ السُّلَمِيِّ وَابْنِ أَبِي أَوْفَى وَأَبِي سَعِيدٍ وَزَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al Ala' telah menceritakan kepada kami Yunus bin Bukair dari Muhammad bin Ishaq dia berkata, telah menceritakan kepadaku Musa bin Fulan bin Anas dari pamannya yaitu Tsumamah bin Anas bin Malik dari Anas bin Malik dia berkata, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha dua belas raka'at, niscaya Allah akan membuatkan baginya sebuah istana dari emas di syurga." (perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ummu Hani', Abu Hurairah, Nu'aim bin Hammar, Abu Dzar, 'Aisyah, Abu Umamah, Utbah bin 'Abd As Sulami, Ibnu Abu Aufa, Abu Sa'id, Zaid bin Arqam dan Ibnu Abbas. Abu Isa berkata, hadits Anas adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini. (HR. At Tirmidzi No.435, dan Ibnumajah No.1370)

وابن حبان عن عقبة بن عامر: صَلُّوا رَكْعَتَيْ الضُّحَى بِسُورَتَيْهِمَا وَالشَّمْسُ وضُحَاهَا والضُّحَى

Uqbah bin Aamir ra. berkata, Nabi Muhammad saww. bersabda : "Shollu rok'atain adh-dhuha bisurotaihima, wasy-syamsi wadhuhaha wadh-dhuha. Artinya : Sembahyang dua roka'at dhuha itu dengan membaca surat Wasy-syamsi wadhuhaha dan surat Wadhuha.". (HR. Ibnu Hibban)

وورد في حديث رواه العقيلي: كان رسول الله يقرأ فيهما: قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ الله أَحَدٌ

Dan dalam riwayat Al-Uqoili : "Kaana Saww. yaqro'u fihima qul ya ayyuhal Kafirun, wa qul huwallahu ahad. Artinya : Adanya Nabi Saww. membaca dalam sembahyang dhuha Qul ya ayyuhal kafirun dan Qul huwallahu ahad.". (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad) 

وورد بعد الضحى: رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الغَفُورُ مائة مرة

Dan ada hadits yang menerangkan sesudah shalat dhuha membaca Robbighfirlii watub ‘alayya innaka antat tawaabul ghofuuru (Ya Tuhan ampunilah dosaku dan terimalah tobatku sesungguhnya Engkau yang menerima taubat dan Maha Pengampun) seratus (100) kali. (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad) 

اللهم إن الضحى ضحاؤك ، والبها بهاؤك ، والجمال جمالك ، والقوة قوتك ، والقدرة قدرتك ، والعصمة عصمتك ، اللهم إن كان رزقي في السماء فأنزله ، وإن كان في الأرض فأخرجه ، وإن كان معسرا فيسره ، وإن كان حراما فطهره ، وإن كان بعيدا فقربه ، بحق ضحائك وبهائك وجمالك وقوتك وقدرتك ، آتني ما آتيت عبادك الصالحين

ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘A DHUHAA ‘UKA  WAL BAHAA ‘A BAHAA ‘UKA WAL JAMAALA JAMAALUKA WAL QUWWATA QUWWATUKA WALQUDRATA QUDRATUKA WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA. ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU  WA IN KAANA MU’ASSARAN FAYASSIRHU  WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WAJAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA. AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.

Artinya : Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktuMU, dan keagungan itu adalah keagunganMU, dan keindahan itu adalah keindahanMU, dan kekuatan itu adalah kekuatanMU, dan perlindungan itu adalah perlindunganMU, Ya Allah, jika rizkiku masih ! di atas langit, maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar, maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMU, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang sholeh.

Wahai orang-orang yang mencintai Allah dan RasulNya kerjakanlah sholat dhuha setiap hari walaupun hanya dua roka'at karena ditubuh kita tiap harinya ada ruas-ruas yang harus dikeluarkan sedekahnya (lihat hadist diatas) dengan mengerjakan dua roka'at dhuha itulah yang menjadi penebus sedekah tiap-tiap ruas tubuh kita, dan sedapat mungkin kita mengqodho sholat dhuha kita yang lalu-lalu dengan mengerjakan sholat dhuha lebih dari dua roka'at dalam tiap harinya, agar kita dapat memenuhi sodaqoh ruas-ruas pada tubuh kita dari aqil baliq hingga sampai saat ini. 

Wallahu a'lam bishawab..

Dikutip dari :

* Kitab Hadits Kutubu Tis’ah.
* Riyadhus Shalihin => Al Imam An Nawawi.
* Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad => Asy Syaikh Zinuddin Al Maribariy.
* An Nashaaih Ad Diniyah wal washaaya Al Imaaniyah => Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Risalatul Mu’awanah => Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Tanbihul Ghafilin => Al Imam Abul Laits As Samarqandi.
* Lubabul Hadits => Al Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abii Bakar As Suyuthi.
* Tanqihul Qaul => Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani.


Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Group Majelis Nuurus-Sa'aadah : http://www.facebook.com/groups/160814570679672/