Senin, 30 November 2015

AMALAN-AMALAN ISTIMEWA MALAM JUM’AT DAN HARI JUM’AT.

AMALAN-AMALAN ISTIMEWA MALAM JUM’AT DAN HARI JUM’AT.

1. Disunnahkan pada shalat Shubuh di hari Jum'at, imam membaca surat al-Sajdah al-Insan secara sempurna.

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ، يَوْمَ الْجُمُعَةِ: الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةِ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ

Bahwanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mengerjakan shalat Shubuh pada hari Jum’at, beliau membaca: “ALIF LAAM MIIM TANZIIL” (surat As Sajadah) dan, “HAL ATAA ‘ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI” (surat Al Insan). (HR. Bukhari No.891, dan Muslim No.879).

2. Disunnahkan memperbanyak membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Hal ini berdasarkan hadits Aus bin Aus Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ

"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat di hari Jum'at, karena shalawat akan disampaikan kepadaku."

Para shahabat berkata: "Ya Rasulallah, bagaimana shalawat kami atasmu akan disampaikan padamu sedangkan kelak engkau telah lebur dengan tanah?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi." (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim)

3. Disunnahkan membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at berdasarkan hadits Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan untuknya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyinarinya dengan cahaya antara dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim)

4. Melaksanakan shalat Jum'at bagi laki-laki muslim, merdeka, mukallaf, dan tinggal di negerinya. Atas mereka shalat Jum'at hukumnya wajib. Sementara bagi budak, wanita, anak kecil dan musafir, maka shalat Jum'at tidak wajib atas mereka. Namun, jika mereka menghadirinya, maka tidak apa-apa dan sudah gugur kewajiban Dzuhurnya. Dan kewajiban menghadiri shalat Jum'at menjadi gugur disebabkan beberapa sebab, di antaranya sakit dan rasa takut. (Lihat: Syarh al-Mumti': 5/7-24)

5. Mandi besar pada hari Jum'at juga termasuk tuntunan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Beliau bersabda,

إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ

"Apabila salah seorang kalian berangkat shalat Jum'at hendaklah dia mandi." (HR. Muslim)

6. Memakai minyak wangi, bersiwak, dan mengenakan pakaian terbagusnya merupakan adab menghadiri shalat Jum'at yang kudu diperhatikan oleh seorang muslim. Dari Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَبِسَ ثِيَابَهُ وَمَسَّ طِيبًا إِنْ كَانَ عِنْدَهُ ثُمَّ مَشَى إِلَى الْجُمُعَةِ وَعَلَيْهِ السَّكِينَةُ وَلَمْ يَتَخَطَّ أَحَدًا وَلَمْ يُؤْذِهِ وَرَكَعَ مَا قُضِيَ لَهُ ثُمَّ انْتَظَرَ حَتَّى يَنْصَرِفَ الْإِمَامُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

"Siapa mandi pada hari Jum'at, lalu memakai pakaiannya (yang bagus) dan memakai wewangian, jika punya. Kemudian berjalan menuju shalat Jum'at dengan tenang, tidak menggeser seseorang dan tidak menyakitinya, lalu melaksanakan shalat semampunya, kemudian menunggu hingga imam beranjak keluar, maka akan diampuni dosanya di antara dua Jum'at." (HR. Ahmad)

Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ وَسِوَاكٌ وَيَمَسُّ مِنْ الطِّيبِ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ

"Mandi hari Jum'at itu wajib bagi setiap orang yang bermimpi. Begitu pula dengan bersiwak dan memakai wewangian jika mampu melaksanaknnya (jika ada)." (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Disunnahkan berangkat lebih pagi (lebih awal) saat menghadiri shalat Jum'at. Sunnah ini hamper-hampir saja mati dan tidak pernah terlihat lagi.

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ

"Barangsiapa mandi di hari Jum’at seperti mandi janabah, kemudian datang di waktu yang pertama, ia seperti berkurban seekor unta. Barangsiapa yang datang di waktu yang kedua, maka ia seperti berkurban seekor sapi. Barangsiapa yang datang di waktu yang ketiga, ia seperti berkurban seekor kambing gibas. Barangsiapa yang datang di waktu yang keempat, ia seperti berkurban seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang di waktu yang kelima, maka ia seperti berkurban sebutir telur. Apabila imam telah keluar (dan memulai khutbah), malaikat hadir dan ikut mendengarkan dzikir (khutbah).” (HR. Bukhori dan Muslim)

dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ الْمَلَائِكَةُ يَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوْا الصُّحُفَ وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ

"Apabila hari Jum'at tiba, pada pintu-pintu masjid terdapat para Malaikat yang mencatat urutan orang datang, yang pertama dicatat pertama. Jika imam duduk, merekapun menutup buku catatan, dan ikut mendengarkan khutbah." (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Saat menunggu imam datang, seorang muslim yang menghadiri shalat jum'at dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan shalat, dzikir ataupun membaca Al-Qur'an.

9. Wajib mendengarkan khutbah yang disampaikan imam dengan seksama, tidak boleh sibuk sendiri sehingga tidak memperhatikannya. Akibatnya, Jum'atannya akan sia-sia.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

"Jika engkau berkata pada temanmu pada hari Jum'at, "Diamlah!", sewaktu imam berkhutbah, berarti kemu telah berbuat sia-sia." (Muttafaqun 'Alaih, lafadz milik al Bukhari)

Makna laghauta, menurut Imam al Shan'ani dalam Subulus Salam", makna yang paling mendekati kebenaran adalah pendapat Ibnul Muniir, yaitu yang tidak memiliki nilai baik. Adapula yang mengatakan, (maknanya) batal keutamaan (pahala-pahala) Jum’atmu dan nilainya seperti shalat Dhuhur.”

Dalam hadits lain, beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا

"Barangsiapa bermain-main krikil, maka sia-sialah Jum'atnya." (HR. Muslim)

Imam an Nawawi rahimahullah menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, "dalam hadits tersebut terdapat larangan memegang-megang krikil dan lainnya dari hal yang tak berguna pada waktu khutbah. Di dalamnya terdapat isyarat agar menghadapkan hati dan anggota badan untuk mendengarkan khutbah. Sedangkan makna lagha (perbuatan sia-sia) adalah perbuatan batil yang tercela dan hilang pahalanya."

laghauta : yaitu yang tidak memiliki nilai baik. Adapula yang mengatakan, (maknanya) batal keutamaan (pahala-pahala) Jum’atmu dan nilainya seperti shalat Dhuhur.

10. Pada saat masuk masjid, didapati imam sudah naik mimbar menyampaikan khutbah, maka tetap disunnahkan untuk shalat dua rakaat yang ringan sebelum ia duduk. Hal ini didasarkan kepada hadits Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, yang menceritakan: Bahwa Sulaik al-Ghathafani datang ke masjid pada hari Jum'at saat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah. Sulaik langsung duduk, maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Jika salah seorang kalian mendatangi shalat Jum'at, dan (mendapati) imam sedang khutbah, maka hendaknya ia shalat dua rakaat lalu baru duduk." (HR. Muslim)

11. Jika sudah selesai melaksanakan shalat Jum'at, disunnahkan mengerjakan shalat sunnah sesudahnya. Di sebagian riwayat disebutkan, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam shalat sesudah Jum'at sebanyak dua rakaat, (Muttafaq' alaih). Dan terdapat dalam riwayat lain, beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kepada orang yang melaksanakan shalat sesudah Jum'at sebanyak empat rakaat, (HR. Muslim)

Ishaq rahimahullah berkata, "Jika ia shalat (sunnah ba'da Jum'at) di masjid maka ia shalat empat rakaat. Dan jika melaksanakannya di rumahnya, maka ia shalat dua rakaat."

Abu Bakar al-Atsram berkata, "Kedua-duanya boleh." (al-Hadaiq, Ibnul Jauzsi: 2/183)

"Jika ia shalat (sunnah ba'da Jum'at) di masjid maka ia shalat empat rakaat. Dan jika melaksanakannya di rumahnya, maka ia shalat dua rakaat."

12. Memperbanyak doa di penghujung hari Jum'at, karena termasuk waktu mustajab untuk dikabulkannya doa. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radliyallah 'Anhu, dia bercerita: "Abu Qasim (Rasululah) Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

"Sesungguhnya pada hari Jum'at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya." Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, yang kami pahami, untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat). (HR. Bukhori dan Muslim)

13. Dimakruhkannya puasa pada hari jum’at jika sebelum dan atau sesudahnya tidak melakukan puasa. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الجُمُعَةِ، إِلَّا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ

“Janganlah seorang dari kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali dibarengi dengan satu hari sebelum atau sesudahnya”. (Shahih Bukhari, no. 1985, Shahih Muslim, no.1144. Adapun yang tertera disini adalah redaksi Imam Bukhari)

Imam Bukhari meriwayatkan dari Juwairiyah “ummul mu’minin” (ibunda kaum mukmin, istri Rasulullah) radhiyallahu ‘anha,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الجُمُعَةِ وَهِيَ صَائِمَةٌ، فَقَالَ: «أَصُمْتِ أَمْسِ؟»، قَالَتْ: لاَ، قَالَ: «تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا؟» قَالَتْ: لاَ، قَالَ: فَأَفْطِرِي

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemuinya pada hari Jum’at ketika dia sedang berpuasa. Beliau bertanya: “Apakah kemarin kamu juga berpuasa?” Dia menjawab: “Tidak”. Beliau bertanya lagi: “Apakah besok kamu berniat berpuasa?” Dia menjawab: “Tidak”. Maka Beliau berkata: “Berbukalah (batalkan puasamu)” (Shahih Bukhari, no.1986)

Menurut pendapat yang shohih dalam madzhab syafi’i dan juga pendapat mayoritas ulama’ puasa pada hari jum’at secara tersendiri hukumnya makruh, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi.

Imam Nawawi juga menjelaskan bahwa hikmah dari dimakruhkannya puasa pada hari jum’at secara tersendiri adalah dikarenakan hari jum’at merupakan hari yang dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah berupa dzikir, do’a, membaca qur’an dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu disunahkan untuk tidak berpuasa pada hari ini agar dapat membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dengan giat tanpa kebosanan. Hal ini seperti halnya anjuran yang diperuntukkan bagi orang haji yang sedang berada di padang arafah, yang lebih utama baginya adalah tidak melakukan puasa karena hikmah yang sama seperti dalam hal kemakruhan puasa jum’at.

Imam Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari sayyidina Ali karramallahu wajhah;

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَطَوِّعًا مِنَ الشَّهْرِ أَيَّامًا، فَلْيَكُنْ صَوْمُهُ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَلَا يَصُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَإِنَّهُ يَوْمُ طَعَامٍ وَشَرَابٍ، وَذِكْرٍ

“Barangsiapa diantara kalian yang mengerjakan amalan sunah beberapa dari satu bulan, maka hendaklah puasanya dikerjakan pada hari kamis, dan tidak berpuasa pada hari jum’at, karena sesungguhnya hari jum’at adalah hari makan , minum (tidak berpuasa), dan berdzikir”. (Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah No.9243)

Sedangkan menurut pendapat yang dipilih oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar, hikmah dari kemakruhan puasa pada hari jum’at adalah bahwa hari jum’at adalah hari raya kaum muslimin, dan sebagaimana yang dudah diketahui pada hari raya kita dilarang untuk berpuasa. Hal ini dikuatkan dengan hadits marfu’ dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Hakim;

يَوْمُ الْجُمُعَةِ عِيدٌ فَلَا تَجْعَلُوا يَوْمَ عِيدِكُمْ يَوْمَ صِيَامِكُمْ إِلَّا أَنْ تَصُومُوا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ

“Hari jum’at adalah hari raya, maka jangan kalian jadikan hari raya kalian sebagai hari puasa kalian kecuali jika sebelum atau sesudahnya kalian berpuas.” (Al-Mustadrak, No.1595)

Sedangkan menurut pendapat lain yang dipilih oleh Imam Suyuthi, hikmah dari kemakruhan puasa pada hari jum’at adalah untuk menyelisihi orang-orang yahudi dimana mereka berpuasa pada hari raya mereka.

14. Dimakruhkannya melakukan ibadah yang khusus pada malam harinya.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

“Janganlah kalian mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat malam di antara malam-malam yang lain, dan jangan pula dengan puasa, kecuali memang bertepatan dengan hari puasanya.” (Shahih Muslim, no.1144)

Dalam kitab Syarah Shohih Muslim imam Nawawi menjelaskan bahwa didalam hadits ini terdapat larangan yang jelas mengenai pelaksanaan sholat yang khusus dilakukan pada malam jum’at, dan kemakruhan ini telah disepakati oleh semua ulama’.

15. Memperbanyak do’a di hari Jum’at.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membicarakan mengenai hari Jum’at lalu ia bersabda,

فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut. (HR. Al Hakim)

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

Kapan waktu mustajab di hari Jum’at?

Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة

“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Al Hakim).

Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر

“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Dawud).

Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.

Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Minggu, 22 November 2015

Mengucap Kata Sayyidina.

Mengucap Kata Sayyidina.

Kata-kata “sayyidina” atau ”tuan” atau “yang mulia” seringkali digunakan oleh kaum muslimin, baik ketika shalat maupun di luar shalat. Hal itu termasuk amalan yang sangat utama, karena merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Syeikh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri menyatakan:

الأوْلَى ذِكْرُالسَّيِّادَةِ لِأنَّ اْلأَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ 

“Yang lebih utama adalah mengucapkan sayyidina (sebelum nama Nabi SAW), karena hal yang lebih utama bersopan santun (kepada Beliau).” (Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156).

Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi SAW:

عن أبي هريرةقا ل , قا ل ر سو ل الله صلي الله عليه وسلم أنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَأوَّلُ مَنْ يُنْسَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأوَّلُ شَافعٍ وأول مُشَافِعٍ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa’at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk membrikan syafa’at.” (Shahih Muslim, 4223).

Hadits ini menyatakan bahwa nabi SAW menjadi sayyid di akhirat. Namun bukan berarti Nabi Muhammad SAW menjadi sayyid hanya pada hari kiamat saja. Bahkan beliau SAW menjadi sayyid manusia didunia dan akhirat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani:

“Kata sayyidina ini tidak hanya tertentu untuk Nabi Muhammad SAW di hari kiamat saja, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang dari beberapa riwayat hadits 'saya adalah sayyidnya anak cucu adam di hari kiamat.' Tapi Nabi SAW menjadi sayyid keturunan ‘Adam di dunia dan akhirat”. (dalam kitabnya Manhaj as-Salafi fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 169)

Ini sebagai indikasi bahwa Nabi SAW membolehkan memanggil beliau dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu. Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang masa.

Lalu bagaimana dengan “hadits” yang menjelaskan larangan mengucapkan sayyidina di dalam shalat?

لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ

“Janganlah kalian mengucapakan sayyidina kepadaku di dalam shalat”

Ungkapan ini memang diklaim oleh sebagian golongan sebagai hadits Nabi SAW. Sehingga mereka mengatakan bahwa menambah kata sayyidina di depan nama Nabi Muhammad SAW adalah bid’ah dhalalah, bid’ah yang tidak baik.

Akan tetapi ungkapan ini masih diragukan kebenarannya. Sebab secara gramatika bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang tidak singkron. Dalam bahasa Arab tidak dikatakan   سَادَ- يَسِيْدُ , akan tetapi سَادَ -يَسُوْدُ  , Sehingga tidak bisa dikatakan  لَاتُسَيِّدُوْنِي

Oleh karena itu, jika ungkapan itu disebut hadits, maka tergolong hadits maudhu’. Yakni hadits palsu, bukan sabda Nabi, karena tidak mungkin Nabi SAW keliru dalam menyusun kata-kata Arab. Konsekuensinya, hadits itu tidak bisa dijadikan dalil untuk melarang mengucapkan sayyidina dalam shalat?

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca sayyidina ketika membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW boleh-boleh saja, bahkan dianjurkan. Demikian pula ketika membaca tasyahud di dalam shalat.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Dalil Mengangkat Tangan Dan Mengusapkannya Ke Wajah Ketika Berdoa.

Dalil Mengangkat Tangan Dan Mengusapkannya Ke Wajah Ketika Berdoa.

Menengadahkan atau mengangkat tangan ketika berdoa merupakan Sunnah Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam dan juga dilakukan oleh Nabi-Nabi terdahulu. Dalam Sahih Bukhârî maupun Muslim memang benar dijelaskan bahwa Sayyidinâ Anas bin Mâlik radhiyallâhu 'anhu menyatakan bahwa:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي اْلاسْتِسْقَاءِ وَإِنَّهُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ

“Dahulu Nabi Muhammad tidak mengangkat tangannya dalam satupun doanya, kecuali ketika berdoa memohon hujan. Sesungguhnya beliau saat itu mengangkat kedua tangannya hingga putih kulit ketiak beliau terlihat.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagian besar ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud oleh Sayyidinâ Anas adalah bahwa ketika Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam berdoa, ia tidak pernah melihat beliau mengangkat kedua tangannya setinggi ketika berdoa memohon hujan. Bukan berarti sahabat yang lain tidak pernah melihat Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika berdoa. Buktinya, banyak riwayat Sahih yang menjelaskan bahwa sejumlah sahabat melihat Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam mengangkat kedua tangan beliau ketika berdoa. Beberapa hadîts di bawah ini cukup sebagai dalil yang kuat tentang Sunnahnya mengangkat tangan ketika berdoa. Imam Suyûthî di dalam Risâlah-nya telah menyebutkan lebih dari 20 sahabat dan sekitar 40 hadîts yang menjelaskan hal ini (Sayid ‘Abdurrahmân bin Muhammad Al-Masyhûr, Bughyatul Mustarsyidîn, Dârul Fikr, Beirut, Libanon, 1994/1).

Dalam Sahih Bukhârî disebutkan, bahwa ketika hendak membaca ayat di bawah ini, Nabi Ibrâhîm terlebih dahulu menghadap ke arah kiblat dan mengangkat (menengadahkan) kedua tangannya. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur. (QS Ibrâhîm, 14:37)

Dalam Sahih Bukhârî juga diceritakan bahwa ketika mendengar wafatnya Abû ‘Amir radhiyallâhu 'anhu, Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam segera berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan doa berikut:

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِعُبَيْدٍ أَبِي عَامِرٍ

Ya Allâh, ampunilah ‘Ubaid, Abû ‘Amir.” Sahabat yang meriwayatkan hadits ini menyatakan bahwa Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam mengangkat kedua tangannya hingga putih kulit ketiak beliau terlihat.

Dalam Sahih Muslim disebutkan bahwa ketika Fathul Makkah, selesai thawaf, Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam naik ke bukit Shafâ, menghadap ke arah kiblat, mengangkat kedua tangannya dan berdoa di sana.

Abû Dâwûd, Tirmidzî, Ibnu Mâjah, Ibnu Hibbân dan Hâkim meriwayatkan bahwa dalam sebuah hadîts sahih menurut Syarah Bukhârî dan Muslim, Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam bersabda:

إنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْراً خَائِبَتَيْنِ

Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya (memohon) kepadaNya kemudian Ia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan tidak mendapatkan apa-apa. (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Mâjah, Ibnu Hibbân dan Al Hakim)

Dalam hadîts yang sahih sanadnya, Imam Hakim meriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ رَحِيْمٌ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِيْ مِنْ عَبْدِهِ أَنْ يَرْفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ ثُمَّ لاَ يَضَعُ فِيْهِمَا خَيْراً

Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah malu kepada hambaNya jika ia mengangkat kedua tangannya (memohon) kepadaNya, kemudian Ia tidak meletakkan kebaikan di kedua tangan tersebut. (HR. Al Hakim)

Imam Hâkim dalam Al-Mustadraknya meriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam bersabda:

إِذَا سَأَلْتُمْ اللهَ فَاسْأَلُوْهُ بِبُطُوْنِ أَكُفِّكُمْ وَلاَ تَسْأَلوْهُ بِظُهُوْرِهَا وَامْسَحُوْا بِهَا وُجُوْهَكُمْ

Jika kalian memohon kepada Allah, maka memohonlah dengan telapak tangan kalian, jangan memohon kepadaNya dengan punggung telapak tangan kalian, setelah itu usapkanlah kedua telapak tangan kalian ke wajah kalian. (HR. Al Hakim)

Imam Tirmidzî meriwayatkan sebuah hadits Sahih Gharîb bahwa Sayyidina 'Umar radhiyallâhu ‘anhu berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِيْ الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ

Dahulu ketika Rasûlullâh shallallâhu ‘alahi wa sallam mengangkat tangannya dalam berdoa, beliau tidak menariknya kembali sebelum mengusapkan kedua telapak tangannya tersebut ke wajah beliau. (HR. At Tirmidzî)

Dan masih banyak lagi dalil-dali yang lainnya yang berhubungan dengan sunnah mengangkat tangan ketika berdo’a dan mengusapkannya ke wajah ketika selesai berdo’a.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Rabu, 11 November 2015

Dalil yang mengharamkan umat Islam memilih pemimpin yang kafir.

Dalil yang mengharamkan umat Islam memilih pemimpin yang kafir.

Menjadikan orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam berarti menentang Allah SWT dan Rasulullah saww.

Berikut ini adalah sejumlah dalil-dalil larangan memilih pemimpin orang kafir.

1. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin.

لا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu). (QS. Ali ‘Imron (3) : 28)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? (QS. An Nisaa’ (4) : 144)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (QS. Al Maa-idah (5) : 57)

2.  Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin walau Kerabat sendiri.  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS. At Taubah (9) : 23)

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. Al Mujaadilah (58) : 22)

3. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Ali 'Imron (3) : 118)

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلا رَسُولِهِ وَلا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. At Taubah (9) : 16)

4. Al-Qur'an melarang saling tolong dengan kafir yang akan merugikan umat Islam.

وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ

Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Qur'an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (QS. Al Qoshosh (28) : 86)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah, sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa. (QS. Al Mumtahanah (60) : 13)

5. Al-Qur'an melarang mentaati orang kafir untuk menguasai muslim.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. (QS. Ali ‘Imron (3) : 149-150)

6. Al-Qur'an melarang beri peluang kepada orang kafir sehingga menguasai muslim.

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا

…. dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS. An Nisaa’ (4) : 141)

7. Al-Qur'an memvonis munafiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin.

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (QS. An Nisaa’ (4) : 138-139)

8. Al-Qur'an memvonis ZALIM kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. (QS Al Maa-idah (5) : 51)

9. Al-Qur'an memvonis fasiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin.

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا

Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung. (QS. Al Maa-idah (5) : 80-81)

10. Al-Qur'an memvonis sesat kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al Mumtahanah (60) : 1)

11. Al-Qur'an mengancam azab bagi yang jadikan kafir sebagai pemimpin atau teman Setia.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Mujaadilah (58) : 14-15)

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Senin, 09 November 2015

Ziarah Kubur.

Ziarah Kubur.

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah, bahwa tidak lama lagi kita juga akan menyusul menghuni kubur sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di pekuburan Baqi , dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam hadits berikut:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو عَنْ زُهَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْرُجُ إِلَى الْبَقِيعِ فَيَدْعُو لَهُمْ فَسَأَلَتْهُ عَائِشَةُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَدْعُوَ لَهُمْ

Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Amru dari Zuhair dari Abdullah bin Abu Bakr dari Ayahnya dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju Baqi', lalu beliau mendo'akan mereka (para ahli qubur). Aisyah bertanya kepada beliau akan hal itu, beliau bersabda: "Aku diperintahkan untuk mendo'akan mereka." (HR. Ahmad No.24952)

Juga di dalam hadits yang lain Rasulullah saw. menyuruh kita untuk melakukan ziarah kubur, seperti yang diriwayatkan pada hadits berikut:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا مُعَرِّفُ بْنُ وَاصِلٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّ فِي زِيَارَتِهَا تَذْكِرَةً

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Mu'arrif bin Washil dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Buraidah dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah melarang kalian menziarahi kuburan, sekarang berziarahlah ke kuburan, karena dalam berziarah itu terdapat peringatan (mengingatkan kematian)." (HR. Abu Daud No.2816, At Tirmidzi No.974)

Di penulisan kali ini alfaqir akan memberikan hadits-hadits atau dalil yang berkenaan dengan Ziarah kubur.

أخرج العقيلي عن أبي هريرة قال أبو رزين: يا رسول الله إن طريقي على الموتى فهل لي كلام أتكلم به إذا مررت عليهم؟ قال: قُل السَّلامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ القُبُورِ مِنَ المُسْلِمِينَ وَالمُؤمِنينَ أَنْتُمْ لَنَا سَلَفٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تُبَعٌ وَإِنَّا إنْ شَاءَ الله بِكُمْ لاحِقُونَ . قال أبو رزين: هل يسمعون؟ قال: يَسْمَعُونَ وَلا يَسْتَطِيعُونَ أنْ يُجيبوا: أي جواباً يسمعه الحي، قال: يا أبَا رزين، ألا تَرْضَى أنْ يَرُدَّ عَلَيْكَ بِعَدَدِهِمُ المَلائِكَةُ

Abu Hurairah ra. berkata: Abu Razin berkata: Ya Rasullullah diperjalananku ini melalui kubur orang mati, maka apakah ada kata-kata yang harus saya katakan jika melalui mereka? Jawaban Nabi saww.: Katakan:

السَّلامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ القُبُورِ مِنَ المُسْلِمِينَ وَالمُؤمِنينَ أَنْتُمْ لَنَا سَلَفٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تُبَعٌ وَإِنَّا إنْ شَاءَ الله بِكُمْ لاحِقُونَ

As Salaamu ‘alaikum yaa ahlal qubuuri minal muslimiina wal mu’miniina antum lanaa salafun wanahnu lakum taba’un wa innaa insyaa’allaahu bikum laa hiquuna (Selamat sejahtera kamu hai ahli kubur dari kaum muslimin dan mu’minin, kamu mendahului kami dan kami berikutmu, dan kami insya Allah akan mengikuti kamu).

Abu Razin bertanya: Apakah mereka mendengar? Jawab Nabi saww.: Mereka mendengar tetapi tidak dapat menjawab jawaban yang dapat didengar oleh orang yang hidup, ya’ni suara orang mati itu karena tidak memakai alat jasmani, maka tidak dapat didengar oleh telinga, karena itu seorang yang mimpi bertemu dengan orang yang telah mati dapat berkata-kata dan didengar kata-katanya bukan oleh telinga biasa ini. Kemudian Nabi saww. bersabda: Hai Abu Razin apakah kamu tidak rela bila salammu itu dijawab oleh Malaikat sebanyak orang mati dikubur itu.

وابن أبي الدنيا والبيهقي عن محمد بن واسع قال: بَلَغَنِي أنَّ المَوْتَى يَعْلَمُونَ بِزُوّارِهِمْ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَيَوْماً قَبْلَهُ وَيَوْماً بَعْدهُ

Muhammad bin Wasi’ berkata: Saya mendapat keterangan bahwa orang-orang mati itu mengenal orang ziarah padanya pada hari Jum’at dan sore hari Kamis dan pagi hari Sabtu. (R. Ibn Abiduniya dan Al Baihaqi)

والبيهقي عن محمد بن النعمان مرسلاً: مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ بَارّاً.

Muhammad bin Annu’man berkata: Nabi saww. bersabda: Barangsiapa yang berziyarah kekubur ayah bundanya tiap-tiap hari Jum’at, maka akan diampunkan baginya dan ditulis sebagai anak yang bakti. (R. Al Baihaqi, Hadits Mursal)

وروي عن النبي أنه قال: آنَسُ مَا يَكُونَ المَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إذا زَارَهُ مَنْ كَانَ يُحِبَّهُ في الدُّنْيا

Nabi saww. bersabda: Yang sangat menyenangkan orang mati didalam kubur, bila ia diziyarahi oleh kekasihnya di dunia. (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad)

وعن علي بن أبي طالب أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِما أيْ فِي قَبْرِهِ ثُمَّ قَرَأَ عِنْدَهُ آيةً مِنْ كِتَابِ الله أعْطَاهُ الله تَعَالَى بِعَدَدِ خطَوَاتِهِ قُصُورا فِي الجَنَّةِ وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ حَرْفٍ قَرَأَهُ عَلَى قَبْرِهِ قَصْرٌ في الجَنَّةِ مِنْ ذَهَبٍ»، كذا في رياض الصالحين

Dari Ali bin Abu Thalib ra. bahwasanya ia berkata : Rasulullah saww. bersabda : “Orang yang mengunjungi kubur orang alim, lalu ia membacakan ayat-ayat dari kitab Allah, maka Allah Ta’ala menjadikan padanya setiap langkahnya satu gedung disurga, ia juga memperoleh pahala setiap huruf yang dibacanya atas kuburnya itu satu gedung di surga dari emas.” Demikian disebutkan dalam Riyadhus Sholihin. (Kitab Tanqihul Qaul => Asy Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Banteniy)

Maksudnya kita menziarahi orang alim (berilmu agama khususnya) yang telah meninggal dunia lalu kita membacakan ayat-ayat suci Al ‘Qur’an, Tahlil dan dzikir, dll yang pahalanya dihadiahkan kepada orang alim tersebut maka mendapatkan manfaat seperti hadits tersebut diatas.

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ عَنْ أَبِي كُدَيْنَةَ عَنْ قَابُوسَ بْنِ أَبِي ظَبْيَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقُبُورِ الْمَدِينَةِ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْقُبُورِ يَغْفِرُ اللَّهُ لَنَا وَلَكُمْ أَنْتُمْ سَلَفُنَا وَنَحْنُ بِالْأَثَرِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ بُرَيْدَةَ وَعَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَأَبُو كُدَيْنَةَ اسْمُهُ يَحْيَى بْنُ الْمُهَلَّبِ وَأَبُو ظَبْيَانَ اسْمُهُ حُصَيْنُ بْنُ جُنْدُبٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin As Shlat dari Abu Kudainah dari Qabus bin Abu Zhaiban dari Bapaknya dari Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat di depan kuburan Madinah, lalu beliau menghadapkan mukanya dan mengucapkan: ASSALAAMU'ALAIKUM YA AHLAL QUBUR, YAGHFIRULLAHU LANAA WA WALAKUM ANTUM SALAFUNA WA NAHNU BIL ATSARI (Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan kalian. Kalian telah mendahului kami dan kami akan menyusul kalian). (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari Buraidah dan 'Aisyah. Abu Isa berkata; "Hadits Ibnu Abbas merupakan hadits hasan gharib dan Abu Kudainah bernama Yahya bin Al Muhallib. Adapun Abu Zhaiban bernama Hushain bin Jundab." (HR. At Tirmidzi No.973)

وأخرج مسلم عن أبي هريرة أنّ رسول الله خرج إلى المقبرة. فقال: السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَار قَوْمٍ مُؤْمِنينَ، وإنَّا إنْ شاءَ الله بِكُمْ لاحِقُونَ.

Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saww. keluar kekuburan dan membaca:

السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَار قَوْمٍ مُؤْمِنينَ، وإنَّا إنْ شاءَ الله بِكُمْ لاحِقُونَ

As Salaamu ‘alaikum daaro qaumin mu’miniina wa innaa insyaa’allahu bikum laa hiquuna (Selamat sejahteralah kamu penduduk daerah kaum mu’minin dan kami insya Allah akan mengikuti kamu).

وزاد ابن السني عن عائشة رضي الله عنها: اللَّهُمَّ لا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ وَلا تَفُتْنَا بَعْدَهُمْ

A’isyah ra. berkata: Nabi saww. berdoa:

اللَّهُمَّ لا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ وَلا تَفُتْنَا بَعْدَهُمْ

Allaahumma laa tahrimnaa ajrohum wa laa taftinnaa ba’dahum (Ya Allah jangan mengharamkan kami dari pahala mereka dan jangan menguji kami sepeninggal mereka).

وابن أبي شيبة عن الحسن قال: من دخل المقابر، فقال: اللهم ربّ الأجساد البالية والعظام النخرة التي خرجت من الدنيا، وهي بك مؤمنة أدخل عليها روحاً من عندك وسلاماً متى استغفر له كل مؤمن مات مذ خلق الله آدم. وأخرجه ابن أبي الدنيا بلفظ: كتب الله له بعدد من مات من لدن آدم إلى أن تقوم الساعة حسنات

Al Hasan ra. berkata: Barangsiapa yang masuk kekubur lalu membaca:

اللهم ربّ الأجساد البالية والعظام النخرة التي خرجت من الدنيا، وهي بك مؤمنة أدخل عليها روحاً من عندك وسلاماً متى

Allaahumma robbal ajsaadil baaliyati wal ‘izhoomin nakhirotil latii khorojat minad dunyaa wahiya bika mu’minatun, adkhil ‘alaihim rauhan minka wa salaaman minnii (Ya Allah Tuhan dari semua jasad yang telah rusak, dan tulang-tulang yang menjadi rapuh, yang telah keluar dari dunia dengan iman pada-Mu, masukkan pada mereka ruh daripada-Mu dan salam dari padaku).

Maka akan dibacakan istighfar oleh tiap orang yang mati sejak terjadinya Nabi Adam as. (R. Ibn Abi Syaibah)

Dan diriwayat lain Ibn Abi Dunya dengan lafazh: Allah akan mencatat untuknya hasanat sebanyak orang yang mati sejak nabi Adam as. Hingga hari qiyamat sebagai hasanat.

وقال صلى الله عليه وسلم: إذا مَرَّ المُؤْمِنُ عَلَى المَقَابِرِ فَقَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ. بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ نَوَّر الله تِلْكَ القُبُورَ كُلِّهَا وَغَفَرَ لِقَائِلهَا وَكَتَبَ لَهُ ألْفَ ألْفِ حَسَنَةٍ وَرَفَع لَهُ ألْفَ ألْفِ دَرَجَةٍ وَحَطَّ عَنْهُ ألْفَ ألْفِ سَيِّئَةٍ

Nabi saw. Bersabda: “Apabila seorang mukmin melewati makam/kubur lalu membaca: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA HAYYUN LAA YAMUUTU BIYADIHIL KHAIRU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAIIN QADIIR (Tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah semata, tidak ada serikat bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian, yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha hidup dan tidak akan mati. Di tangan-Nya segala kebaikan, Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu), maka Allah menerangi seluruh kubur itu dan mengampuni pembacanya, menulis baginya sejuta kebaikan, mengangkat baginya sejuta derajat, dan menghapus baginya sejuta kejelekan (dari dosa-dosa kecil)”. (Kitab Lubabul Hadits)

والبيهقي عن بشر بن منصور قال: كان رجل يختلف إلى الجبانة فيشهد الصلاة على الجنائز، فإذا أمسى وقف على باب المقابر فقال: آنس الله وحشتكم ورحم الله غربتكم وتجاوز الله عن سيئاتكم، وقبل الله حسناتكم لا يزيد على هؤلاء الكلمات. قال ذلك الرجل: فأمسيت ذات ليلة، فانصرفت إلى أهلي، ولم آت المقابر، فبينما أنا نائم إذا أنا بخلق كثير جاؤوني، قلت: من أنتم وما حاجتكم؟ قالوا: نحن أهل المقابر وقد عوّدتنا منك هدية عند انصرافك إلى أهلك. قلت: وما هي؟ قالوا: الدعوات التي كنت تدعو بها، قلت: فأنا أعود لذلك؟ قال: فما تركتها بعد

Bisyir bin Manshur berkata: Ada seorang biasa berada di tanah kuburan untuk menyembahyangkan jenazah siapa saja yang mati, dan bila hari telah petang ia berdiri dipintu kuburan dan membaca do’a:

آنس الله وحشتكم ورحم الله غربتكم وتجاوز الله عن سيئاتكم، وقبل الله حسناتكم

Ansaallaahu wahsyatakum warohimallaahu ghurbatakum watajaawazallaahu ‘an sayyi’aatikum wa qobilallaahu hasanaatikum (Semoga Allah menyenangkan kesepianmu, mengasihani pengasinganmu, mema’afkan dosa-dosamu dan menerima amal-amal kebaikanmu).

Tiba-tiba pada suatu malam ketika ia pulang kerumah lupa tidak berdo’a untuk ahlil kubur, maka ketika ia telah tidur mimpi didatangi oleh rombongan orang-orang yang sangat banyak, lalu ia tanya: Siapakah kamu? Dan apakah hajatmu? Jawab mereka: Kami ahlil kubur, biasa mendapat hadiah dari kamu tiap akan kembali kerumahmu. Ia bertanya: Hadiyah apakah itu? Jawab mereka: Yaitu do’a yang biasa anda baca. Jawabnya: Jika demikian maka tidak akan aku tinggalkan selamanya sejak itu maka tidak pernah saya tinggalkan. (R. Al Baihaqi)

وقال محمد بن أحمد المروزي: سمعت أحمد بن حنبل يقول: إذا دخلتم المقابر فاقرؤوا بفاتحة الكتاب والإخلاص والمعوّذتين، واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل إليهم. فالاختيار أن يقول القارىء بعد فراغه: اللهم أوصل ثواب ما قرأته إلى فلان

Muhammad bin Ahmad Al Mirwazi berkata: Saya telah mendengar Al Imam Ahmad bin Hanbal ra. berkata: jika kamu masuk ketanah pekuburan maka bacalah Fatihah dan Qul Huwallah dan Mu’awwidzatain (Al Falaq dan An Nas), lalu kamu hadiahkan pahalanya pada orang yang didalam kubur itu, MAKA IA PASTI SAMPAI PADA MEREKA, dan sebaiknya berdo’a:

اللهم أوصل ثواب ما قرأته إلى فلان

Allaahumma aushil tsawaaba maa qoro’tuhu ilaa fulaanin (Ya Allah sampaikan ganjaran/pahala apa yang saya baca untuk fulan bin/binti fulan). (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad)

وحكى بعض أهل العلم أنّ رجلاً رأى في النوم أهل القبور في بعض المقابر قد خرجوا من قبورهم إلى ظاهر المقبرة، وإذا بهم يلتقطون شيئاً ما يدري ما هو، قال: فتعجب من ذلك، ورأيت رجلاً منهم جالساً لا يلتقط معهم شيئاً فدنوت وسألت: ما الذي يلتقط هؤلاء؟ فقال يلتقطون ما يهدي إليهم المسلمون من قراءة القرآن والصدقة والدعاء، فقال: فقلت له: فلم لا تلتقط أنت معهم؟ أنا غنيّ عن ذلك، فقلت: بأي شيء أنت غنيّ؟ قال: بختمة يقرؤها ويهديها إليّ كل يوم ولدي يبيع الزلابية في السوق الفلاني، فلما استيقظت ذهبت إلى السوق حيث ذكر، فإذا شاب يبيع الزلابية ويحرّك شفتيه، فقلت: بأي شيء تحرّك شفتيك؟ قال: أقرأ القرآن وأهديه إلى والدي في قبره، قال: فلبثت مدّة من الزمان ثم رأيت الموتى قد خرجوا من القبور كما تقدّم، وإذا بالرجل الذي كان لا يلتقط صار يلتقط فاستيقظت وتعجبت من ذلك، ثم ذهبت إلى السوق لأتعرّف خبر ولده، فوجدته قد مات

Hikayat: Seorang ahli ilmu mimpi melihat ahli kubur itu keluar dari kubur, dan mengambil apa-apa yang ia tidak mengetahui, lalu melihat seorang diantara mereka duduk tidak ikut mengambil, maka saya dekati, dan saya tanya padanya: Apakah yang diambil oleh orang-orang itu? Jawabnya: Itu kiriman hadiyah dari kaum muslimin yang berupa bacaan Qur’an atau sedekah atau do’a. Lalu saya tanya: Mengapakah anda tidak ikut mengambil bersama mereka? Jawabnya: Saya sudah kaya. Ditanya: Dengan apakah? Jawabnya: Tiap hari anakku mengirim hadiyah untukku satu khotaman dari Al Qur’an, ia baca dan ia hadiahkan untukku, dan anakku itu penjual zulabiyah (serabi) dipasar. Maka setelah bangun segera saya pergi kepasar yang disebut itu, mendadak saya bertemu dengan penjual zulabi itu pemuda yang selalu menggerakkan bibirnya, maka saya tanya: Mengapakah anda selalu menggerakkan bibir? Jawabnya: Saya membaca Al Qur’an, dan saya hadiyahkan untuk ayahku. Demikianlah keadaannya, kemudian setelah lama saya mimpi lagi kelihatan orang-orang mati dalam kubur pada keluar dan orang yang dahulu duduk itu, turut-turut mengambil seperti kawan-kawannya, dan ketika terbangun dari tidur segera saya pergi kepasar untuk mencari pemuda penjual zulabi, tiba-tiba diberitahu bahwa pemuda itu telah mati. (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad)

وحكي أن بعض النساء توفيت فرأتها في المنام امرأة تعرفها، فإذا عندها تحت السرير آنية من نور مغطاة فسألتها: ما هذه الأوعية؟ فقالت: فيها هدية أهداها إليّ أبو أولادي البارحة، فلما استيقظت المرأة ذكرت ذلك لزوج الميتة فقال: قرأت البارحة شيئاً من القرآن وأهديته إليها

Hikayat: Seorang wanita meninggal, tiba-tiba diimpikan oleh seorang yang kenal padanya, bahwa ia duduk diranjang dan dibawahnya banyak bejana dari nur (cahaya) yang tertutup, maka ditanya: Apakah bejana-bejana itu? Jawabnya: Hadiyah dari abanya anak-anak semalam. Kemudian sesudah bangun segera ia pergi kerumah bekas suaminya dan menyeritakan mimpinya, maka dijawab: Semalam saya membaca beberapa surat dari Al Qur’an dan aku hadiyahkan padanya. (Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad)

Datang seorang perempuan kepada Hasan Al-Bashri ra, berkatalah dia: "Sesungguhnnya anak perempuanku yang masih sangat muda telah mati dan aku ingin untuk melihatnya di dalam tidur. Maka aku datang kepadamu agar kau ajarkan kepadaku apa yang dapat aku buat perantara untuk melihatnya". Diajarkannya oleh Hasan Al-Bashri perempuan itu, dan ia dapat bermimpi melihat anaknya yang pada anaknya itu ada pakaian dari aspal, pada lehernya terdapat rantai dan kakinya terikat. Diceritakanlah hal itu pada Hasan dan bersedihlah hatinya Hasan Al-Bashri. Berselang beberapa waktu Hasan bermimpi melihatnya didalam surga dan pada kepalanya terdapat mahkota, lalu ia berkata : "Hai Hasan, tidakkah engkau mengenalku? Aku adalah anak puteri dari perempuan yang datang padamu dahulu dan mengatakan begini kepadamu". Berkatalah Hasan kepadanya: "Apa yang menjadikanmu dalam keadaan yang aku lihat ini?" Dia menjawab: "Ada seorang laki-laki lewat pada kami, dia membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saww. sekali (dan dihadiyahkan kepada penghuni kubur) sedang dalam kuburan itu ada lima ratus lima puluh orang dalam siksa. Lalu dipanggillah: "Hilangkanlah siksa dari mereka berkat bacaan shalawat laki-laki ini". (Kitab Mukasyafatul Qulub)

Dikutip dari :

* Kitab Hadits Kutubu Tis’ah.
* Riyadhus Shalihin - Al Imam An Nawawi.
* Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad - Asy Syaikh Zinuddin Al Maribariy.
* An Nashaaih Ad Diniyah wal washaaya Al Imaaniyah - Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Risalatul Mu’awanah - Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Mukasyafatul Qulub - Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali.
* Tanbihul Ghafilin - Al Imam Abul Laits As Samarqandi.
* Lubabul Hadits - Al Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abii Bakar As Suyuthi.
* Tanqihul Qaul - Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Group Majelis Nuurus-Sa'aadah : http://www.facebook.com/groups/160814570679672/

http://shulfialaydrus.wordpress.com/

http://shulfialaydrus.blogspot.com/

Minggu, 01 November 2015

Beberapa amalan-amalan untuk di mudahkan sama Allah dalam menghafal, mendapatkan kecerdasan, diberikan kefahaman, ilham dan ilmu laduni.

Beberapa amalan-amalan untuk di mudahkan sama Allah dalam menghafal, mendapatkan kecerdasan, diberikan kefahaman, ilham dan ilmu laduni.

* Doa ini dibaca sebelum belajar :

رب زدنى علما وارزقنى فهما

Robbi zidnii 'ilman warzuqnii fahman.

Artinya : Ya Allah, tambahkanlah kepada saya ilmu dan berilah saya pengertian yang baik.

* Barangsiapa yang membaca do’a dibawah ini sebelum mempelajari suatu Ilmu maka insya Allah Allah akan membukakan baginya rahasia Ilmu tersebut.

اللهم أخرجنا من ظلمات الوهم، وأكرمنا بنور الفهم، وافتح علينا بمعرفة العلم، وحسن أخلاقنا بالحلم، وسهل لنا أبواب فضلك، وانشرعلينا من خزائن رحمتك، برحمتك يا أرحم الراحمين

Allaahumma akhrijnaa min zhulumaatil wahmi, wa akrimnaa bi nuuril fahmi, waftah ‘alainaa bi ma’rifatil ‘ilmi, wa hassin akhlaaqonaa bil hilmi, wa sahhil lanaa abwaaba fadhlika, wan syur ‘alainaa min khozaaini rohmatika, ya arhamar rohimiina.

Artinya : Ya Allah, keluarkanlah kami dari kegelapan keraguan/prasangka, mulyakanlah kami dengan cahaya kefahaman, bukakanlah kepada kami dengan ilmu pengetahuan, hiasilah/baguskanlah diri kami dengan akhlak yang baik, mudahkanlah untuk kami pintu-pintu anugrah-Mu, bentangkanlah kepada kami dari perbendaharaan rahmat-Mu, ya Tuhan Maha Pengasih sekalian yang berkasih sayang.

* Barangsiapa membaca doa ini sepuluh kali dalam setiap harinya maka insya Allah diberikan kemudahan dalam menghafal dan dimudahkan dalam memahami segala macam ilmu pengetahuan.

ففهمنا ها سليمان و كلا اتينها حكما و علما و سخرنا مع داوود الجبال يسبحن و الطير و كنا فاعلين يا حي يا قيوم يا رب موسى و هارون و نوح و ابراهيم و عيسى و محمد صلى الله عليه و سلم و عليهم اجمعين اكرمنى بجودة الخفظ و سرعت الفهم و ارزقنى الحكمة و معرفة العلم و ثبات الذهن و العقل و الحكم بحق سيدنا محمد صلى الله عليه و سلم

Fafahhamnaa haa sulaimaana wa kullan atainaa haa hukman wa 'ilman wa sakhkharnaa ma'a daawuudal-jibaala yusabbihna wath-thoiro wa kunnaa faa'iliin, yaa hayyu yaa qoyyuumu yaa robba muusaa wa haaruuna wa nuuhin wa ibroohiima wa 'iisaa wa muhammadin shollallaahu 'alaihi wasallama wa 'alaihim ajma'iin, akrimniy bijuudatil-hifzhi wa sur'atil-fahmi warzuqnil-hikmata wa ma'rifal-ilmi wa tsabaatadz-dzihni wal-'aqli wal-hukmi bihaqqi sayyidinaa muhammadin shollallaahu 'alaihi wasallam.

Artinya : Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung , semua bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukanya, Ya Tuhan Yang Maha Hidup, Ya Tuhan Yang Maha terus-menerus menolong hambanya, Ya Tuhan Yan. Menguasai Musa, Harun, Nuh, Ibrohim, Isa dan Muhammad saww. dan shalawat dan keselamatan atas mereka semuanya, muliakanlah saya dengan hafalan yang baik, pemahaman yang cepat dan berikanlah saya hikmah, ilmu pengetahuan, hati yang kokoh, akal dan hukum yang kuat dengan hak tuanku Nabi Muhammad saww.

* Barangsiapa yang ingin diberi kefahaman, pengertian, kecerdasan yang sangat luar biasa oleh Allah, maka hendaknya membaca dengan istiqomah shalawat Nurul Fahmi ini seratus kali dalam setiap harinya atau sebanyak-banyaknya.

اللهم صل و سلم على سيدنا محمد صلاة تخرجنى بها من ظلمات الوهم و تكرمنى بنور الفهم و توضح لى ما اشكل حتى يفهم انك تعلم و لا اعلم و انت علام الغيوب

Allaahumma sholli wasallim 'alaa sayyidinaa muhammadin sholaatan tukhrijunii bihaa min zhulumaatil-wahmi watukrimunii binuuril-fahmi watuwadhihu lii maa usykila hatta yufhama innaka ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allaamul-ghuyuubi.

Artinya : Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan keselamatan kepada Nabi Muhammad saww. yang dengan shalawat tersebut Engkau keluarkan saya denganya dari kegelapan dan kebimbangan, Engkau muliakan saya dengan cahaya kefahaman dan Engkau jelaskan bagi saya apa-apa yang sulit, sehingga dapat saya mengerti, sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui dan saya tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib.

* Barangsiapa ingin mendapatkan ilham dari Allah Ta'ala mengenai ilmu pengetahuan yang dipelajari, maka hendaklah selalu membaca doa dibawah ini paling sedikit setiap selesai shalat fardhu tiga kali, pada waktu-waktu luang tanpa hitungan.

و صب على قلبى سآبيب رحمة بحكمة مولانا الحكيم فاحكمت

Wa shubba 'alaa qolbii sa-aabiiba rahmatin bihikmati maulaanal-hakiimi fa-ahkamat.

* Barangsiapa membaca do’a ini sebanyak empatpuluh (40) kali dalam setiap harinya maka insya Allah tidak akan mudah lupa dan mudah untuk menghafal.

اللهم اجعل نفسى نفسا طيبة مطمئنة طآئعة حافظة تؤمن بلقائك وتقنع بعطائك وترضى بقضآئك وتخشاك حق خشيتك لا حول و لا قوة الا بالله العلى العظيم

Allaahummaj’al nafsii nafsan thoyyibatan muthma-innatan thoo-i’atan haafizhotan tu’minu biliqoo-ik, wa taqna’u bi ‘athoo-ik, wa tardhoo bi qodhoo-ik, wa takhsyaaka haqqo khosy-yatik, laa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. (Dibaca 40x dalam setiap harinya)

* Barangsiapa membaca doa di bawah ini setiap hari tiga kali dan waktunya kapan saja, insya Allah dengan mengamalkannya, kita tidak mudah lupa, termasuk dalam menghafal ayat-ayat dan surah-surah dalam Al-Quran.

اللهم اجعل نفسي مطمئنة تؤمن بلقائك و تقنع بعطائك و ترضى بقضائك

Allaahummaj'al nafsii muthma-innatan tu'minu biliqoo-ika, wataqna'u bi'athoo-ika, wa tardhoo biqodhoo-ika.

Artinya : Ya Allah, jadikanlah diriku tentram, mengimani perjumpaan dengan-Mu, merasa puas dengan pemberian-Mu dan ridho dengan ketentuan-Mu.

* Apabila diri kita atau ada anak yang bodoh atau sulit menerima pelajaran dari bapak/ibu gurunya maka ambillah air satu gelas lalu bacakan :

بسم الله الرحمن الرحيم

(Bismillaahir Rahmaanir Rahiim)

sebanyak 786 kali lalu setelah selesai ditiupkan keair tersebut dan diminumkan kepada anak tersebut atau untuk diri kita pada waktu pagi hari ketika matahari terbit maka insya Allah ia akan menjadi anak yang sangat mudah dalam menerima berbagai pelajaran dan tidak akan pernah lupa segala apa yang pernah ia dengar dari gurunya, amalan ini dilakukan selama 7 hari berturut-turut.

* Bila kalian ingin mudah menghafal sesuatu, maka sebelum menghafal untuk membaca ayat ini sebanyak 3 kali :

و اذ نتقنا الجبل فوقهم كانه ظلة و ظنو انه واقع بهم خذوا ما اتينكم بقوة و اذكروا ما فيه لعلكم تتقون

Wa idz nataqnaal-jabala fauqahum ka-annahu zhullatun wa zhannuu annahu waaqi'un bihim khudzuu maa atainaakum biquwwatin wadzkuruu maa fiihi la'allakum tattaquuna.

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka, seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Pegang dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.". (QS. Al-A'raaf : 171)

* Bila kalian ingin memiliki banyak ilmu dan menjadi orang yang kreatif serta banyak ide, maka biasakanlah secara rutin setelah shalat lima waktu untuk membaca ayat dibawah ini 3 kali dan kalau dapat tiap malamnya dibaca 100 kali.

قل لو كان البحر مدادا لكلمت ربى لنفد البحر قبل ان تنفد كلمت ربى و لو جئنا بمثله مدادا

Qul lau kaanal-bahru midaadan likalimaati robbii lanafidal-bahru qobla an tanfada kalimaatu robbii wa lau ji'naa bimitslihii madaadan.

Artinya : Katakanlah : "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan tinta sebanyak itu (pula).". (QS. Al-Kahfi : 109).

* Telah meriwayatkan Imam Abu 'Ali At-Turmudzi akan suatu doa yang didapat dari Nabi Muhammad saww. beliau bersabda :

من قرأه عقب كل صلاة صار عالما البتة

Man qoro-ahu 'aqiba kulla sholaatin shooro 'aaliman al-battata.

Artinya : Barangsiapa yang membacanya (doa dibawa ini) tiap-tiap selesai sembahyang, niscaya dia menjadi orang 'alim yang tidak diragukan.

Ini doanya :

رب زدنى علما و وسع لى فى رزقى و بارك لى فيما رزقتنى واجعلنى محبوبا فى قلوب عبادك و عزيزا فى عيونهم واجعلنى و جيها فى الدنيا و الاخرة و من المقربين يا كثير النوال يا حسن الفعال يا قائما بلا زوال يا مبدئا بلا مثال فلك الحمد و المنة و الشرف على كل حال

Robbi zidnii 'ilman wa wassi' lii fii rizqii wa baarik lii fiimaa rozaqtanii waj-alnii mahbuuban fii quluubi 'ibaadika wa 'aziizan fii 'uyuunihim waj'alnii wa jiihan fid-dunyaa wal-aakhiroti wa minal-muqorrobiina yaa katsiiron-nawaali yaa hasanal-fi'aali yaa qoo-iman bilaa zawaalin yaa mubdi-an bilaa mitsalin falakal-hamdu wal-minnatu wasy-syarofu 'alaa kulli haalin.

* Dikatakan bahwa doa mujarab dibawah ini dari Nabi Muhammad Saww. untuk memudahkan hafalan maksudnya supaya cepat hafal dan tidak mudah lupa, maka bacalah doa dibawah ini satu kali setiap usai sholat fardhu.

اللهم انك تعلم سرى و علا نيتى فاقبل معذرتى و تعلم حاجتى فاعطنى لسؤالى و تعلم ما فى نفسى فاغفرلى ذنبى يا من يعلم خائنة الاعين و ما تخفى الصدور و الله يقضى بالحق و الذين يدعون من دونه لا يقضون بشىئ ان الله هو السميع البصير

Allaahumma innaka ta'lamu sirrii wa 'alaa niyyatii faqbal ma'dzirotii wa ta'lamu haajatii fa a'thinii lisu-aalii wa ta'lamu maa fii nafsii faghfirlii dzanbii yaa man ya'lamu khoo-inatal-a'yuni wa maa tukhfish-shuduuru wallaahu yaqdhii bil-haqqi walladziina yad'uuna min duunihi laa yaqdhuuna bisyai-in innallaaha huwas-samii'ul-bashiiru.

* Barangsiapa ingin diberikan ilmu ma'rifat kepada Allah, dipermudah dalam mempelajari ilmu agama dan cepat diberi kepemahaman dalam berbagai masalah maka bacalah :

يا عليم

YAA 'ALIIMU (Yang Maha Mengetahui segalanya)

sebanyak seratus (100) kali setiap usai sholat lima waktu secara istiqomah, Insya Allah, Allah pasti mengabulkan apa yang kita hajatkan.

* Barangsiapa menghendaki agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai pelajaran, maka bacalah selalu Asma Allah :

البديع

AL-BADII'U (Yang Maha Mencipta) sebanyak delapanpuluh enam (86) kali setiap usai shalat fardhu.

* Barangsiapa ingin dikaruniai ilmu laduni, maka hendaknya selalu membaca Asma Allah :

النور البديع

AN-NUURUL-BADII'U sebanyak tigaratus empatpuluh dua (342) kali setiap usai shalat fardhu, insya Allah dalam waktu yang relatif yang tidak terlalu lama akan dikaruniai ilmu laduni oleh Allah Ta'ala sehingga mampu menguasai berbagai ilmu yang sedang dipelajari atau belum dipelajari sama sekali.

* Apabila ingin mendapat ilmu pengetahuan yang dalam, maka hendaklah selalu membaca Asma Allah :

الحكيم

AL-HAKIIMU (Yang Maha Bijaksana) maka insya Allah dikaruniai Allah Ta'ala ilmu yang tinggi dan sulit dicari/dipelajari.

* Barangsiapa ingin mendapatkan ilmu laduni maka membiasakan setiap harinya untuk membaca :

يا علام الغيوب

YAA 'ALLAAMAL-GHUYUUB (Yang Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib) sebanyak-banyaknya, maka insya Allah, Allah akan memberikan ilmu laduni bagi yang mau mengamalkanya dengan istiqomah.

* Bila ingin mendapatkan ilmu laduni selain dengan sering belajar maka setiap usai sholat lima waktu bacalah :

Bimu'jizati Sayyidinaa Khadhir 'alahis-salaam, alfatihah (baca Al-Fatihah 1 kali)
Wabibarokati Sayyidinaa Khadhir 'alaihis-salaam, alfatihah (baca Al-Fatihah 1 kali)
Wa ilaa ruuhi Nabi Khadhir 'alaihis-salaam, alfatihah (baca Al-Fatihah 1 kali)

* Bila anda ingin menjadi orang yang kuat hafalannya, tidak mudah lupa, maka setiap selesai belajar, mengaji atau pertemuan ilmu yang lain bacalah do’a dibawah ini 3 (tiga) kali :
                                      
اللهم ارزقنى حكمتك وانشر رحمتك يا رب العالمين

ALLAHUMMAR ZUQNII HIKMATAKA WANSyUR ROHMATAKA YAA ROBBAL ‘AALAMIIN.

Artinya: YA Allah, Berilah kami ilmu hikmah-Mu dan tebarkanlah rahmat-Mu, Wahai Tuhan seru sekalian alam.

* Doa ini dibaca sesudah belajar atau sesudah selesai dari majelis ta'lim/ilmu maka insya Allah, Allah jauhkan dari lupa terhadap pelajaran atau ilmu yang didapat dari majelis ta'lim tersebut :

اللهم انى استودعك ما علمتنيه فاردده الى عند حاجتى اليه و لا تنسنيه يا رب العالمين

Allaahumma innii astaudi'uka maa 'allamtaniihi fardudhu ilayya 'inda haajatii ilaihi wa laa tansaniihi yaa robbal-'aalamiina.

Artinya : Ya Allah sesungguhnya saya menitipkan kepada Engkau ilmu-ilmu yang Engkau ajarkan kepada saya dan kembalikanlah kepada saya sewaktu saya butuhkan kembali dan janganlah Engkau lupakan saya kepada ilmu itu, Wahai Tuhan seru sekalian alam.

Allahu a’lam bishawab.

Al-faqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al 'Aydrus) ijazahkan amalan-amalan tersebut diatas untuk siapa saja yang mau mengamalkannya, amalkanlah salah satu atau beberapa amalan tersebut diatas dengan istiqomah, insya Allah bila kita mengerjakannya dengan istiqomah dan penuh harap kepada Allah maka Allah akan mengabulkan keinginan kita.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abu Nawar bin Ahmad Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

http://shulfialaydrus.wordpress.com

http://shulfialaydrus.blogspot.com