Selasa, 29 Oktober 2013

TANGGUNG JAWAB ISTRI TERHADAP SUAMI.

TANGGUNG JAWAB ISTRI TERHADAP SUAMI.


1. Menghayati fungsi istri terhadap suami.

Hadis Rosullullah SAW. :

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra, Bahwa Rasullallaah SAW. bersabda : “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang terbaik adalah wanita shalihah.” ( HR. Muslim )

Jadi, Fungsi wanita yang menjadi istri haruslah dapat mengfungsikan dirinya laksana perhiasan yang melekat pada diri pemakainya. Istri harus selalu menjadi penyejuk, penyedap, pesona dan pemberi semangat hidup pada suaminya.

2. Menjadi wakil suami dalam keluarga.

Hadis Rosullallah SAW. :

Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasullullaah SAW. Bersabda : “ Setiap orang di antaramu adalah penanggung jawab dan setiap orang diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah penanggung jawab atas umatnya, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang suami penanggung jawab atas keluarganya, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya, seorang istri penanggung jawab atas rumah tangga suaminya (Bila suami pergi), ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya.“ ( HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi )

Setiap istri wajib menghormati kepemimpinan suaminya di rumah dan diluar rumah, istri harus menempatkan diri sebagai wakil suami selaku pemimpin rumah tangga, ia tidak boleh melampaui batas sebagai wakil ini, karena itu, istri harus meminta persetujuan suami bila melakukan tindakan penting dalam rumah tangganya. Karena istri menjadi wakil suami, maka segala tindakan istri dalam mengurus rumah tangga suami, dalam menggunakan uang belanja, mengurus anak dan mengawasi pembantu rumah tangga, semua itu harus dipertanggung jawabkan kepada suami.

3. Mentaati perintah suami dalam kebenaran.

Hadis Rasullallah  SAW. :

Dari Abu Huraira ra, Nabi SAW. Bersabda : “ Sekiranya aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri sujud kepada suaminya. “ ( HR. Tirmidzi )

Maka istri diwajibkan mentaati suaminya selama perintah – perintah itu benar, jika istri diperintah oleh suami untuk membuat makanan, mencuci pakaiannya, disuruh menjaga rumah dengan baik atau memelihara kebersihan rumahnya, dll, tetapi ia tidak mau, maka istri telah durhaka terhadap suaminya.

( Bila istri tidak sanggup melaksanakannya, harus terus terang kapada suaminya, jangan diam saja ( agar tidak durhaka terhadap suami ), karna suami mengaggap istri itu mampu mengerjakannya )

4. Meringankan beban mahar suami.

Hadis Rasullallah SAW :

“ Wanita yang paling baik ialah wanita yang maharnya paling  sedikit. “ ( HR. Thabarani )

Karena itu, bila istri mengetahui bahwa suaminya merasa berat dalam melunasi pembayaran mahar yang masih terhutang, maka sangat dianjurkan istri meringankannya, Caranya bisa dengan mengurangi atau menghapuskannya sama sekali, tapi perlu diperhatikan bahwa suami tidak boleh berusaha menekan istrinya agar membebaskannya dari kewajiban membayar maharnnya.

5. Melayani kebutuhan seksual suami

Hadis Rasullallah SAW. :

Dari Abu Ali Thalg bin Ali ra, Sesungguhnya Rasullallah SAW. Bersabda : “ Bila Seorang suami memanggil istrinya untuk memenuhi kebutuhannya (Seksualnya), maka hendaklah ia penuhi sekalipun ia sedang diatas cerobong yang tinggi. “ ( HR. Tirmidzi Dan Nasa’i )

Dari Ibnu ‘Umar ra, ia berkata : Rasullallah SAW.  Bersabda :
“ Allah melaknat wanita yang menunda – nunda, yaitu seseorang istri ketika diajak suaminya ketempat tidurnya, tetapi ia berkata : ‘Nanti dulu’ sehingga suaminya tertidur sendirian. “ ( HR. Khatib )

Abu Hurairah ra. Berkata : Bersabda Rasullallah SAW. :
“ Jika suami memanggil istrinya untuk tidur bersama, lalu istrinya itu menolak, sehingga semalaman suaminya menjadi jengkel (Marah) kepada istrinya, maka para malaikat mengutuk istri itu sampai pagi hari. “  ( HR Bukhari Dan  Muslim )

Setiap istri wajib melayani kebutuhan seksual suaminya dan tidak boleh menolak atau menundanya, kecuali karena alasan yang dibenarkan oleh syari’at Islam, yaitu :

1.Sedang haid.
2.Sedang nifas.
3.Sedang melakukan puasa wajib ( Ramadhan ).
4.Menjalankan ibadah haji atau umrah.

Bila melakukan pada saat alasan tersebut di atas adalah haram.

6.  Meringankan beban belanja suami.

Allah SWT berfirman :

“ Hendaknya (Suami) yang berkelapangan membelanjai sesuai kelapangannya dan (Suami) yang kekurangan/disempitkan rizkinya, membelanjai dari harta yang Allah karuniakan kepadanya “ ( QS. Ath – Thalag : 7 )

Seorang istri yang baik tidak boleh memaksa suami untuk memberinya belanja lebih dari kemampuan konkret sang suami.

( yang kekurangan/disempitkan rizkinya, membelanjai dari harta yang Allah karuniakan kepadanya ( Bagi suami yang miskin, hendaklah ia membelanjai istrinya sebanyak yang Allah karuniakan kepadanya ) ( Ayat Terakhir QS. Ath – Thalag : 7 )

Jadi, Jangan memaksa suami mencari hutang dan meminjam kekanan – kiri untuk memenuhi hasrat sang istri dalam menutup belanja keluarganya yang telah ditargetkan setiap bulannya. Bila istri sanggup untuk bekerja ( Dengan ijin suami ), maka hendaknya ia membantu suaminya untuk meringankan beban nafkah suami (Akan mendapatkan dua pahala yaitu pahala kekeluargaan dan pahala sedekah).

7. Membantu kehidupan agama suami.

Seorang istri mempunya kewajiban berdakwah. Orang yang paling utama didakwahi adalah suaminya sendiri. Karena itu tugas seorang istri membantu kehidupan beragama suaminya adalah fardhu ‘ain.
Istri adalah seorang yang paling bertanggung jawab meluruskan perilaku suami yang tidak sejalan dengan ketentuan Islam.

Bila suami kurang pengetahuan Islamnya, sedang istri banyak tahu, maka ia wajib mengajari suaminya, karena itu istri wajib terus menerus belajar agama agar dapat membantu suaminya dalam menegakkan kehidupan beragama atau menyuruh (Dengan baik/halus) kepada suami untuk mempelajari juga tentang agama.

8. Membantu jihad suami.

Allah SWT berfirman :

“ Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: ‘ Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah kuberikan kesenangan itu dan aku ceraikan dengan cara yang baik. Tetapi jika kamu menghendaki keridhaan Allah dan Rasul-Nya serta kebahagian negri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar ‘ “ ( QS. Al – Ahzab : 28-29 )

Setiap orang islam wajib melakukan jihad bila Islam terancam oleh pihak lain. Jihad ini menjadi tanggung jawab setiap laki-laki mukmin, bila wanita muslimah telah bersuami dan suaminya ingin berjihad, maka sang istri wajib membantu jihad suaminya (Jika kamu menghendaki keridhaan Allah dan Rasul-Nya serta kebahagian negri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar).

(Jihad dalam menegakkan Agama Allah merupakan kewajiban yang harus diutamakan lebih dahulu dan lebih di utamakan daripada kewajiban kepada keluarga)

9. Berdandan untuk menggairahkan suami.

Hadis Rasullullaah SAW. :

“ Dari Anas ra, Rasullullah SAW. Bersabda : ‘ Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, yaitu keras menjaga kehormatanya, pandai membangkitkan syahwat suaminya. “ ( HR. Dailami )

Jadi, Seorang istri yang baik dapat menjaga diri dari bergaul di dalam keluarga maupun masyarakat dengan secara Islami  dan membangkitka syahwat suami (Menggairahkan) dengan cara misalnya : berolah raga untuk mengencangkan otot – otot pinggul, otot – otot dada, sehingga terpelihara dengan baik.

10. Memelihara harga diri dan harta suami.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari Abdullah bin Salam ra, Rasullullah SAW. Bersabda :
“ Seabaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi .“ ( HR. Thabarani )

Firman Allah SWT.

“ Wanita-wanita shalihah yaitu yang taat ( Berdiam dirumah ) lagi memelihara kehormatanya ketika suaminya pergi sebagaimana Allah telah memeliharanya “ ( QS. AN – Nisaa’ : 34 )


Hadis dan firman/ayat di atas memerintahkan istri mentaati suami, menjaga harta suami dan memelihara kehormatanya pada saat suami tidak dirumah, taat dalam artinya mengikuti perintah yang benar, yang tidak berlawanan dengan ketentuan agama.

Hadis Rasullullah SAW. :

“ Manusia yang paling jahat disisi Allah pada hari kiamat yaitu suami istri yang melakukan hubungan intim, kemudian salah seorang diantaranya menceritakan kepada orang lain rahasia pasangannya “


11. Keluar rumah harus minta ijin suami.

Hadis Rasullullah SAW. :
Dari Anas ra, Nabi SAW bersabda : “ Siapa saja istri yang keluar dari rumahnya tanpa ijin suaminya, maka ia berada dalam kemurkaan Allah sampai ia pulang atau merelakannya.“ ( HR. Khatib )

Istri yang taat kepada suaminya tentu tidak merasa tertekan atau terpenjarakan dirumah bila ia mengikuti tuntutan Islam dalam berumah tangga, seorang istri yang shalihah justru menemukan ketentraman batin dan kepuasan rohaniah dengan mematuhi ketentuan berkeluarga Islami.

12. Tidak boleh merusak kepemimpinan suami.

Hadis rasullullah SAW :

Dari Abi Bakrah ra, dari Nabi SAW. Bersabda : “ Binasalah kaum laki-laki yang mentaati para wanitanya “ ( HR. Ahmad dan Thabarani ).

Jadi seorang istri harus nurut/mentaati terhadap suami, tidak boleh memutuskan sesuatu untuk keperluan keluarga dengan sendiri harus dirembukan dengan suami, seperti membeli meja, kursi, dll harus kesepakatan suami, bila suami tidak setuju dan istri jalan terus. Tindakan istri semacam ini sudah merusak kewibawaan suami di tengah keluarga.

13. Selalu lembut dalam memandang suami.

Hadis Rasullullah SAW :

Dari Abu Sa’id ra, Nabi SAW. Bersabda : “ Sesungguhnya seorang suami melihat istrinya ( Dengan kasih sayang ) dan istrinya pun melihatnya ( Dengan kasih sayang pula ), Maka Allah melihat
keduannya dengan pandangan kasih sayang, Dan bila suami
memegang telapak tangan istrinya, maka dosa-dosa mereka keluar
dari celah jari-jari tangan mereka.” ( HR. Rafi’I )

14. Menemani makan suami sampai selesai.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari Mu’adz ra, Nabi SAW. Bersabda : “ Sekiranya seorang istri
mengatahui betapa besar kewajibanya kepada suaminya, niscaya ia
tidak akan mau duduk selama suaminya makan siang dan malam
hingga selesai ( HR. Thabarani ).

Kalau dikatakan suami itu manja dan kekanak-kanakan, maka hal
itu adalah benar. Disatu sisi suami dituntut untuk tegar, perkasa
dan menjadi pengayom, tetapi di sisi lain justru suami menyimpan
sifat kekanak-kanakan. Jadi bila suami makan maka istri hendaknya menemani suami sampai selesai dikarenakan suatu kewajiban istri terhadap suami.

15. Menemani suami mandi.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari Aisyah ra, Rasullullah SAW. bersabda : “ Semoga Allah merahmati suami yang dimandikan istrinya dan ditutup ( Kekurangan ) akhlaknya. “ ( HR. Baihaqi )

Lalu apa manfaatnya bagi istri menemani mandi atau memandikan suaminya? Yang jelas suami merasa kemanjaannya terpenuhi dan istri membuktikan kemesraannya kepada suaminnya, namun sayang, hal yang mudah ini jarang dilakukan oleh suami istri. Padahal jelas-jelas oleh islam dibenarkan mengapa enggan melakukannya.

16. Merawat suami ketika sakit.

Istri merawat suaminya selama sakit adalah tanggung jawab istri, sebab pengabdian istri kepada suaminya tidak terukur kebaikannya sebelum ia membuktikan kesetiaan, kesabaran dan keteguhan dalam merawat suaminya selama sakit, bahkan Rasullullah SAW. Semasa sakitnya meminta dirawat dirumah ‘Aisyah, istri tercintanya.

17. Mengalah kepada suami.

Allah SWT. Berfirman :

“Dan jika seorang istri khawatir suaminya nusyuz atau bersifat acuh, maka tidak mengapa mereka mengadakan perdamaian sungguh-sungguh dan perdamaian itu lebih baik ( Bagi mereka ), sekalipun nafsu manusia itu tabiatnya kikir.Dan jika kamu berlaku baik ( Kepada Istrimu ) dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan” ( QS. An – Nisaa’ :128 )

Ayat ini menerangkan sikap yang harus diambil oleh seorang istri bila ia melihat sikap nusyu suaminya, seperti Tidak melaksanakan kewajibanya terhadap dirinya sebagai mestinya, tidak memberi nafkah, tidak menggauli dengan baik, berkurang rasa cita dan kasih sayang, dll,yang mungkin ditimbulkan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak, jadi hendaklah istri mengadakan musyawarah dengan suami, mengadakan pendekatan perdamaian disamping berusaha mengembalikan cinta dan kasih sayang suaminya yang telah pudar. Hal ini tidak berdosa jika istri bersifat mengalah kepada suaminya,  seperti bersedia beberapa haknya dikurangi dan sebagainya. Agar si suami ingat kembali akan kewajiban-kewajibannya yang telah ditentukan.

18. Menutup dirinya dari laki-laki lain.

Hadis Rasullullah SAW. :

Rasullullah SAW. Bersabda : ‘ Istri-istri kalian yang tebaik ialah istri yang peranak ( Banyak anak ), besar cintanya, pemegang rahasia, kesatria membela keluarga, patuh kepada suaminya, membentengi diri dari laki-laki lain, taat pada perintah suaminya, bila bersendirian dengan suaminya, ia pasrahkan dirinya sepenuhnya sesuai dengan keinginan suaminya dan tidak bersikap kepada suaminya laksana sesama laki-laki.” ( HR.Thusi )

Ciri istri yang bertanggung jawab terhadap suaminya adalah sebagai berikut :
1. Banyak Anaknya
2. Besar cintanya kepada suaminya
3. Kuat memegang rahasia suami
4. Tabah menghadapi penderitaan keluarga
5. Menyerahkan diri kepada suaminya lahir dan batin
6. Pandai bersolek untuk suaminya
7. Membentengi dirinya dari laki-laki lain.

Seorang istri muslimah wajib membatasi dirinya dalam bergaul dengan orang lain, ia hanya boleh menampakkan dirinya secara bebas hanya kepada suaminya, walaupun ia berada dalam rumah, tetapi bila ada orang lain bukan mahramnya, ia tetap harus menutup dirinya dengan pakain muslimah dan terhadap anak kandungnya sendiri, tidaklah dibenarkan menampakkan auratnya yang dapat menimbulkan rangsangan.

19. Berterima kasih atas kebaikan suami.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari ‘Abdullah bin Amr ra, ujarnya Rasullullah SAW. Bersabda :
“ Allah tidak mau melihat istri yang tidak berterima kasih atas kebaikan suaminya.“ ( HR.Nasa’I )


Bagi istri yang tahu berterima kasih kepada suami, maka ia selalu menggembirakan hati suaminya dengan ucapan Alhamdulilah, senyum dan pandangan mesra setiap kali suaminya menyerahkan hasil jeri payahnya, tidak ada gerutu dalam hatinya, tidak ada sesal dalam kalbunya, setiap usaha suaminya senantiasa ia sertai dengan panjatkan do’a kepada Allah SWT semoga suaminya mendapatkan hasil yang diridhoi Allah SWT yang bisa mencukupi keluaraga dan tetap dalam kebaikan didunia dan diakhirat. Inilah potret istri yang shaliha dan itulah istri calon penghuni surga.

20. Tidak berkhianat terhadap suami.

Tindakan istri berkhianat terhadap suaminya adalah seperti : serong, curang, menyembunyikan sesuatu dari pengetahuan suaminya, keluar rumah tanpa ijinnya, bertemu laki-laki lain pada saat suaminya tidak ada, dll.

Oleh karena itu istri yang baik agar tidak berkhianat kepada suami : Para istri jangan menjadi mata-mata orang lain terhadap suaminya Jika istri tidak sependapat dengan suaminya dalam suatu urusan, hendaklah ia nyatakan pendapat pribadinya dengan terus terang agar dapat dipertimbangkan oleh suami.

Jangan menyebar cacat-cela suami kepada siapapun, sekalipun kepada
keluarga dan saudara-saudara istri sendiri, yang akibatnya membenci
suami anda sendiri. Hindari diri dari menjadi musuh dalam selimut
terhadap suami sendiri. Sebab perbuatan seperti itu di murkai oleh Allah.

Rasullullah SAW. Bersabda : “Musuhmu yang terbesar adalah istrimu yang setempat tidur denganmu dan hamba sahayamu”. ( HR. Dailamy )

Perbanyaklah amala shalih, karena kelak di akhirat suami tidak bisa
menolong istri dan istripun tidak bisa menolong suami dari siksa Allah SWT, jangan sekali-kali menggantungkan nasib diakhirat anda pada suami, walaupun anda yakin suami anda orang shalih.

Pegang teguhlah rahasia suami walaupun anda dalam kesulitan yang berat, karena teguh pada kebaikan adalah sifat yang istri shalih dan dijamin Allah dengan pahala surga.

21. Tidak menyakiti hati suami.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari Mu’Adz bin jabal ra, dari nabi SAW. Bersabda : “ Jangan seorang istri menyakiti suaminya didunia ini,  karena bidadari dari surga berkata kepadanya: ‘Janganlah engkau sakiti dia, semoga Allah membinasakanmu. Sebab dia (Suamimu) hanya sebentar di sisimu. Ia segera akan berpisah darimu untuk pergi kepada kami. ‘ “ (HR.Tirmidzi)

Dari Hushain bin Mihshan ra, Nabi SAW. Bersabda : “Sesungguhnya (Suamimu) adalah Surgamu dan nerakamu.“ ( HR.Ahmad dan Nasa’I )

prilaku istri yang termasuk menyakiti  hati suami adalah dengan contoh sebagai berikut. Istri disuruh suami membuatkan minum. Sambil membuat minum, ia terus menggerutu kepada suaminya. Tatkala ortu istri datang kerumah, istri memberikan kepada mereka sejumlah hadiah tanpa meminta ijin kepada suaminya. Ia tidak mau perdulikan perasaan dan pendapat suaminya. Sikap tak acuh saja. Tatkala istri senang atau tertarik pakaian bagus, ia begitu saja membelinya, walaupun suaminya tidak setuju, karena tidak mempunyai uang untuk membelikannya, tetapi istri tetap bersikeras walaupun pembeliannya dilakukan secara kredit. Istri bermalas-malasan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, karena lebih suka nonton film televisi, karena sikap malasnya itu, pembersihan rumah menjadi beban suami, bila di tegur sikapnya tak acuh saja.

Istri yang menyakitkan hati suaminya dia ancam oleh Islam tidak mendapatkan balasan surga kelak diakhirat, karena itu, wahai para istri, berhati-hatilah dalam bersikap dan bertindak terhadap suami.

22. Tidak boleh melarikan diri dari rumah suami.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari Ibnu Umar ra, Rasullullah SAW. Bersabda : “ dua golongan yang shalatnya tidak bermanfaat bagi dirinya, yaitu budak yang melarikan diri dari tuannya dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai kembali pulang “ ( HR Hakim, )

Bila ada masalah atau pertengkaran didalam kehidupan berumah tangga seorang istri yang shaleha akan mengajak suaminya untuk berfikir jernih, saling intropeksi diri dan meminta nasehat kepada orang yang mengerti ajaran islam, jangan mengambil tindakan yang gegabah dengan cara lari dari rumah suaminya, sebab hal ini mempersulit penyelesaian (Berdosa), tetapi jika memang harus meninggalkan suami untuk sementara guna memberi pelajaran kepada suami, maka lakukanlah dengan cara baik-baik. Mintalah suami mengantarkan pulang kerumah orang tua anda secara terhormat, dengan tindakan seperti itu, insya Allah suami anda menjadi
insyaf.

23. Tidak puasa sunah ketika suami disisinya kecuali dengan ijinnya.

Hadis Rasullullah SAW.

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW. Bersabda : “ siapa saja istri berpuasa (Sunah) tanpa ijin suaminya, lalu suaminya mengajak bercampur, tetapi ia menolaknya (Karena sedang berpuasa), maka Allah tetapkan ia berbuat tiga dosa besar.”( HR. Thayalisi )

Dari Abu Hurairah ra, Rasullullah SAW bersabda : “ tidak dihalalkan bagi seorang istri berpuasa sunat ketika suaminya dirumah, melainkan dengan ijin suaminya dan tidak boleh bagi istri mengijinkan orang lain masuk kerumahnya melainkan dengan ijin suaminya.“ ( HR.Bukhari Dan Muslim )

Harus disadari oleh setiap istri bahwa mentaati suami itu adalah kewajiban agama yang sama nilainya dengan kewajiban laki-laki berjihad, menegakkan agama Allah, jadi seorang istri tidak perlu bingung dalam mencari pahala untuk bekal akhirat.

24. Membangunkan suami untuk shalat malam.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari Abu Huraira ra, Rasullullah SAW. Bersabda : “ Semoga Allah memberi rahmat kepada seorang wanita yang bangun shalat malam dan ia bangunkan suaminya untu shalat malam, jika suaminya enggan, lalu  ia percikan air ke mukannya ( suaminya).” ( HR.’Ahmad, Nasa’I dan Ibnu Hibban )

Seorang suami yang menginginkan bahagia dunia akhirat, akan memilih istri yang shaliha, dengan harapan istri dapat membantu membentuk akhlak mulia dan hidup dengan syariat Allah SWT, untuk itu istri diharapkan dapat meluruskan perbuatan-perbuatan suaminya yang dilihat salah dan juga membantu suaminya meningkatkan iman dan takwanya kepada Allah SWT. Shalat malam adalah sunat, bila seorang istri melaksanakan shalat malam, maka mengajak suami untuk shalat juga, bila tidak mau bangun maka dibenarkan untuk memercikan air kemuka suaminya agar suami mau bangun, dan tidak juga hanya untuk shalat malam tetapi untuk shalat-shalat lainnya ( Fardhu harus dipaksa ) agar selalu mengingatkan kepada suami agar terlepas dari dosa.

25. Tidak membuka tutup kepalanya di luar rumah suami.

Hadis Rasullullah SAW. :

Dari ‘Aisyah, Rasullullah SAW. Bersabda : “ seorang istri yang membuka kain (kepalanya) diluar rumah suaminya, maka berarti ia telah mengoyak tabir yang mendinding dirinya dengan Allah SWT.” ( HR.Ahmad )

Seorang wanita yang sudah balig wajib menutup auratnya, yaitu seluruh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangannya sampai pergelangannya, kalau ia berada diluar rumahnya atau hendak bertemu laki-laki bukan mahramnya. Ketika ia bersuami, dihadapan dan dirumah suaminya ia boleh berpakaian bebas.


( Diringkas dari buku 40 Tanggung jawab istri terhadap suami oleh DRS. M. Thalib  menjadi 25 Tanggung jawab. )

Penulis Ulang : Muhammad Shulfi bin Abu Nawar bin Ahmad Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Group Majelis Nuurus-Sa'aadah : http://www.facebook.com/groups/160814570679672/

CERITA: HABIB ABDULLAH BIN SYEIKH ALAYDRUS.

CERITA: HABIB ABDULLAH BIN SYEIKH
ALAYDRUS.

Suatu hari Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus duduk bercakap-cakap dengan para sahabatnya. Tiba-tiba beliau bertanya, “Adakah dermawan yang lebih murah hati daripada aku?”. Dua kali pertanyaan ini diajukan, tetapi semua diam, tidak ada seorang pun yang berani menjawab. Namun, kemudian ada salah seorang dari mereka berkata, “Ya Habib, ada yang lebih murah hati daripada engkau.” “Siapa dia?” Tanya syeikh Alaydrus, “Dia tak begitu dikenal.” “Kau harus memberitahukan siapa orang itu. Tak ada alas an untuk menyembunyikannya dariku.” “Dia seorang lelaki lemah bernama Ba Misbah, tinggal di Kholif. “Apa pekerjaan laki-laki ini ? “Tukang celup pakaian.” Pada suatu malam, Habib Abdullah menyamar sebagai wanita, lalu pergi ke rumah Ba Misbah di Kholif. Sesampainya di sana, beliau mengetuk pintu rumah Ba Misbah. “Siapa…?”, tanya Ba Misbah. “Aku seorang syarifah Alawiyah. Aku butuh sesuatu darimu.” Dengan perasaan senang, Ba Misbah segera keluar menemui beliau. “Selamat datang wahai syarifah, segala puji syukur bagi Allah yang telah memilih kami untuk memenuhi kebutuhanmu”, katanya setelah membuka pintu. Malam itu kebetulan adalah malam Idul Adha. “Ya sayyidatiy, apakah kebutuhanmu, mintalah semua yang kau butuhkan. Hamba akan patuh kepadamu”, kata Ba Misbah. “Aku adalah seorang syarifah yang miskin. Anakku banyak. Aku tidak memiliki ayah, saudara maupun suami. Besok hari raya, tapi kami tak memiliki apa-apa.” “Marhaba Permintaan yang mudah bagi pelayanmu ini. Lalu apa yang kau inginkan ? “Aku butuh makanan dan beras.” “Siap!”, ia lalu memberikan dua karung makanan dan dua karung beras. Habib Abdullah tidak membawa barang itu pulang ke rumah, tapi beliau pergi ke belakang rumah Ba Misbah, lalu meletakkan makanan dan beras tersebut di sana. Beliau menunggu hingga Ba Misbah naik ke tingkat paling atas dari rumahnya. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur, beliau kembali ke rumah Ba Misbah, mengetuk pintunya. “Siapa?”, tanya Ba Misbah. “Hababahmu, Syarifah yang tadi datang ke sini. Aku masih ada kebutuhan yang lupa kusampaikan kepadamu.” “Selamat dating sayyidatiy, puji syukur bagi Allah yang telah memilih aku untuk memenuhi kebutuhanmu. Ini sebuah nikmat yang agung” Ia segera menemui Habib Abdullah dengan perasaan senang dan bahagia. “Ya sayyidatiy, mintalah apa yang kau perlukan, aku adalah abdimu, milikmu”, katanya setelah membuka pintu.“ Aku lupa, kami berempat di rumah tidak memiliki pakaian. Aku butuh pakaian. “Siap”, ia lalu mengambilkan empat pakaian yang telah dicelup dan bergambar. Pakaian-pakaian itu berkualitas tinggi, dan pakaian terbaik bagi wanita zaman itu adalah yang bergambar. Habib Abdullah membawa pakaian tersebut ke belakang rumah Ba Misbah dan meletakkannya di tempat yang sama. Beliau mulai takjub dengan kebaikan akhlak Ba Misbah. Sebab, meski diganggu di malam hari, ia tidak merasa susah dan jengkel Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah
tidur pulas, Habib Abdullah kembali ke rumah Ba Misbah untuk yang ke tiga kalinya. Beliau mengetuk pintu rumahnya. Ba Misbah segera bangun dan bertanya, “Siapakah yang di luar?”. “Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Aku lupa, masih ada satu kebutuhan lagi yang belum kusampaikan kepadamu.” “Selamat datang, segala puji bagi Allah yang telah memilihku untuk memenuhi kebutuhanmu”. Ba Misbah segera keluar menemui Habib Abdullah dengan perasaan lebih senang dan bahagia dari sebelumya. Ia membukakan pintu seakan-akan Habib Abdullah baru pertama kali datang ke rumahnya. “Ya sayyidatiy…, wahai penyejuk hatiku…, mintalah apa yang engkau butuhkan, pelayanmu ini akan selalu patuh. Apa gerangan kebutuhanmu sekarang?” “Aku butuh minyak zaitun, minyak samin, korma dan asidah.” “Marhaba… Setiap kali kau butuh sesuatu mintalah kepadaku.” Ba Misbah segera mengambilkan satu kantong minyak zaitun, satu kantong minyak samin, satu wadah korma. “Ya sayyidatiy, ambillah barang-barang ini. Maafkan aku telah meyusahkanmu lantaran engkau lupa menyebutkan semua kebutuhanmu. Jika masih ada yang terlupa, kembalilah kemari Kedatanganmu ke rumahku ini merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah padaku.” Habib Abdullah mengambil semua pemberiannya, lalu pergi ke belakang rumah Ba Misbah. Habib Abdullah takjub melihat kebaikan akhlak Ba Misbah dan mukanya tidak berubah. Beberapa saat kemudian, setelah beliau yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, beliau kembali mengetuk pintu rumahnya. Beliau ingin melihat sifat buruknya, atau perubahan wajah Ba Misbah. Ba misbah segera bangun dari tidurnya dan bertanya,“Siapa itu?”. “Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Masih ada keperluanku yang terlupakan. Cepatlah kemari.” Ba Misbah segera keluar dengan perasaan senang dan bahagia, seakan-akan baru pertama kali syarifah itu mengetuk pintu rumahnya. “Selamat dating sayyidatiy, penyejuk hatiku. Segala puji bagi Allah yang telah mengistimewakanku dengan bolak-baliknya engkau ke rumahku. Mintalah apa yang kau butuhkan. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Dan memenuhi semua kebutuhanmu adalah puncak cita-citaku.” “Masih ada kebutuhan yang terlupakan olehku.” “Apa itu? Semua yang engkau butuhkan akan kusediakan. Jika tidak ada di sini, aku akan menjual diriku untuk membeli barang yang kau butuhkan.” “Aku butuh daging untuk hari raya besok. Besok hari raya, tapi kami tidak memiliki sesuatu pun.” “Demi Allah, di rumah pelayanmu ini tidak ada sesuatu pun kecuali satu kepala kambing untuk hari raya anak-anaknya”, kata Ba Misbah sambil memegang janggutnya, “Akan tetapi tidaklah benar jika anak-anak orang yang kopiahnya bau ini menikmati hari raya, sementara anak cucu Rasulullah SAW tidak berhari raya. Ambillah kepala kambing ini, dan berhari rayalah dengan anak-anakmu.” Habib Abdullah membawa kepala kambing itu dan kembali meletakkannya di belakang rumah Ba Misbah. Habib Abdullah terheran-heran menyaksikan akhlak Ba Misbah. Beliau berkata dalam hatinya, “Hanya seorang arifbillah saja yang akhlaknya seperti ini. Laki-laki ini sedikit pun tidak melihat basyariah seseorang.”Habib Abdullah diam di sana beberapa saat. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, ia segera kembali ke rumah Ba Misbah untuk yang ke lima kalinya. Beliau ingin melihat sedikit saja perubahan dari sikap Ba Misbah, walaupun hanya sekedar perubahan raut wajah. Beliau kembali mengetuk pintu rumah Ba Misbah. “Siapa itu ?” “Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Aku teringat satu lagi kebutuhanku.” “Selamat datang wahai cucu Rasulullah. Kenikmatan apa gerangan yang diberikan Allah kepadaku di malam ini? Segala puji syukur bagi-Nya”. Ia segera keluar dengan perasaan senang dan bahagia seakan-akan baru pertama kali syarifah tersebut datang ke rumahnya. “Selamat dating Ya sayyidatiy, dan penyejuk hatiku. Mintalah semua yang kau butuhkan. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Aku patuh kepadamu.” “Aku butuh kayu.” “Marhaba.” Ia memanggil pembantunya, meminta kayu. “Wahai hababahku, wahai pelipur hatiku, inilah kayu yang kau butuhkan. Setiap kali kau ingat suatu kebutuhan, kembalilah ke sini. Sebab, melayanimu merupakan salah satu pendekatan diri yang paling baik kepada Allah.” Habib Abdullah membawa kayu itu, lalu meletakkannya di tempat yang sama. Beliau kagum menyaksikan kebaikan akhlak Ba Misbah dan kelapangan hatinya. Tak sehelai rambut pun bergerak, tak sedikit pun raut wajah berubah. Beliau duduk sejenak hingga benar-benar yakin bahwa Ba Misbah telah pulas dalam tidurnya. Beliau kembali mengetuk pintu rumahnya untuk yang ke enam kali. Dalam hati, beliau berkata, “Mungkin kali ini raut wajahnya akan berubah, atau ia akan mulai menghina dan berkata kasar.” Ba Misbah segera bangun dan bertanya, “Siapa yang mengetuk pintu?” “Hababahmu, syarifah yang tadi ke sini. Masih ada satu kebutuhanku yang baru kuingat sekarang.” “Marhaba… Wahai hababahku, tuanku dan penyejuk hatiku.” Ba Misbah keluar dengan perasaan lebih senang dan bahagia dari sebelumnya. Sekan-akan baru pertama kalinya syarifah itu mengetuk pintu rumahnya. “Alhamdulillaah, kenikmatan agung apa yang sedang diberikan Allah kepadaku ini. Aku tidak berhak menerima kenikmatan ini. Mintalah apa yang kau butuhkan. Wahai sayyidatiy, setiap kali kau ingat sesuatu, datanglah ke sini. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Aku akan patuh kepadamu.” “Aku butuh seseorang untuk membawakan semua yang kau berikan kepadaku. Lihatlah, semua yang kau berikan kuletakkan di belakang rumahmu. Aku tidak kuat membawanya ke rumahku.” “Beres ! Kami akan mengantarkan barang-barang itu ke mana pun engkau suka”. Ia kemudian membangunkan isteri, anak dan pembantunya. Mereka semua kemudian diperintahkannya membawa barang-barang syarifah tadi. “Ya sayyidatiy, jalanlah lebih dahulu, agar kami dapat mengikutimu”, kata Ba Misbah. Habib Abdullah berjalan di depan mereka. Ketika sampai di Nuwaidiroh, Habib Abdullah berhenti dan berkata, “Wah…, aku datang bukan dari rumahku, dan aku tidak kenal jalan ini, kecuali kalau aku memulai lagi dari rumah kalian. Mari kita kembali.” “Marhaba….”Mereka semua kembali ke rumah Ba Misbah. Setelah sampai di sana, Habib Abdullah berkata, “Sekarang aku ingat jalan menuju rumahku. Inilah jalannya. “Jalanlah di muka…, agar kami dapat mengikutimu”. Beliau berjalan di depan, dan mereka semua mengikutinya. Sesampainya di Nuwaidiroh, beliau berhenti. “Aku kehilangan arah lagi. Apakah gerangan yang terjadi ? Aku tidak dapat mengingat jalan menuju rumahku, kecuali jika kita mulai lagi dari rumah kalian. Mari kita balik ke sana.” Mereka pun dengan senang hati kembali ke rumah Ba Misbah. Habib Abdullah telah menguji Ba Misbah sampai pada puncaknya. Beliau ingin melihat lelaki itu marah, namun sedikit pun sikapnya tidak berubah hingga Habib Abdullah sendiri merasa kelelahan. Fajar mulai menyingsing, Habib Abdullah berkata kepada mereka, “Sekarang telah masuk waktu fajar. Bukalah pintu rumah kalian, aku ingin menunaikan salat Subuh di rumah kalian.” “Selamat datang. Salatmu di rumah ini adalah nikmat terbesar bagi kami. Setiap kali kau meminta sesuatu kepada pembantumu ini, ia akan menyediakannya untukmu. Meskipun kau minta semua yang ada di rumahnya, ia akan memberikannya kepadamu. Dan engkau sesungguhnya telah bermurah hati kepada kami, karena telah mengistimewakan aku untuk memenuhi kebutuhanmu.” Ba Misbah lalu membuka pintu rumahnya.
Setelah memasuki rumah, Habib Abdullah membuka cadar yang menutupi wajahnya dan berkata kepada Ba Misbah, “Sungguh beruntung kamu…, sungguh beruntung…, kuucapkan selamat atas akhlakmu yang luhur ini. Demi Allah, kau seorang dermawan sejati, lebih murah hati dariku. Aku bukanlah seorang wanita. Aku adalah Abdullah bin Syeikh Alaydrus. Tidak ada seorang manusia pun akan mampu berperilaku dengan akhlak yang luhur ini.” Air mata Habib Abdullah menetes di pipi, ia berkata, “Selamat… selamat… selamat… Maafkanlah aku. Semoga Allah menambah apa yang telah Ia berikan kepadamu, dan menjadikan budi pekerti kita seperti budi pekertimu…”. Setelah berpamitan, Habib Abdullah lalu pergi sambil memuji dan mendoakannya.

Penulis Ulang : Muhammad Shulfi bin Abu Nawar bin Ahmad Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Group Majelis Nuurus-Sa'aadah : http://www.facebook.com/groups/160814570679672/


Keutamaan dzikir SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI.



Keutamaan dzikir SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI. 

أحب الكلام إلى الله تعالى، سبحان الله وبحمده

Nabi Muhammad saww, bersabda : Ahabbul kalaami ilallaahu ta’ala, subhaanallahi wabihamdihi.

Artinya : Pembicaraan yang paling dicintai Allah : SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI. (Kitab An Nashaih Ad Diniyah - Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad)

وسئل عليه الصلاة والسلام: أيُّ الكلام أفضل؟ قال : ما اصطفى الله لملائكته: سبحان الله وبحمده

Rasulullah saww. pernah ditanya : “Pembicaraan (dzikir) mana yang paling utama?” Beliau menjawab : “Pembicaraan (dzikir) yang dipilih Allah untuk para Malaikat-Nya yaitu : SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI”. (Kitab An Nashaih Ad Diniyah - Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Sumay dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengucapkan 'SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI (Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya)' sehari seratus kali, maka kesalahan-kesalahannya (dosa) akan terampuni walaupun sebanyak buih di lautan." (HR.Bukhori No.5926, Muslim No.4857, At Tirmidzi No.3388, Ahmad N0.10266 dan No.7667, Ibnumajah No.3802, dan Imam Malik No.438)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي الشَّوَارِبِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْمُخْتَارِ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Asy Syawarib telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Al Mukhtar dari Suhail bin Abu Shalih dari Sumayy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barang siapa yang pada pagi dan sore hari mengucapkan; SUBHAANALLAAHI WA BIHAMDIHI (Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya) seratus kali maka tidak ada orang yang datang pada Hari Kiamat yang membawa sesuatu yang lebih baik dari apa yang ia bawa kecuali orang yang mengucapkan seperti apa yang ia ucapkan atau lebih banyak lagi darinya." Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib. (HR. At Tirmidzi No.3391)

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْأُمَوِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْمُخْتَارِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Abdul Malik Al Umawi telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Al Mukhtar dari Suhail dari Sumayya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Barang siapa, ketika pagi dan sore, membaca doa; SUBHAANALLAAHI WA BIHAMDIHI (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dari itu.'" (HR. Muslim No.4858)

حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ عَنْ مَطَرٍ الْوَرَّاقِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ لِأَصْحَابِهِ قُولُوا سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ مَنْ قَالَهَا مَرَّةً كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ قَالَهَا عَشْرًا كُتِبَتْ لَهُ مِائَةً وَمَنْ قَالَهَا مِائَةً كُتِبَتْ لَهُ أَلْفًا وَمَنْ زَادَ زَادَهُ اللَّهُ وَمَنْ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ غَفَرَ لَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Musa Al Kufi telah menceritakan kepada kami Daud bin Az Zibriqan dari Mathar Al Warraq dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam bersabda pada suatu hari kepada para sahabatnya: "Ucapkanlah; SUBHAANALLAAHI WA BIHAMDIHI (Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya) seratus kali, barang siapa yang mengucapkannya satu kali maka dicatat baginya sepuluh kali dan barang siapa yang mengucapkannya sepuluh kali maka dicatat baginya seratus kali, dan barang siapa yang mengucapkannya seratus kali maka dicatat baginya seribu kali, dan barang siapa yang menambah maka Allah menambahnya dan barang siapa yang memohon ampunan kepada Allah maka Allah akan mengampuninya." Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib. (HR. At Tirmidzi No.3392)

من قال سبحان الله وبحمده غرست له نخلة فى الجنة ومن قالها مائة مرة كتبت له الف حسنة و حطت عنه الف خطيئة

Nabi Muhammad saww. bersabda : Man qoola Subhaanallaahi wabihamdihi ghurisat lahu nakhlatun fil jannati, wa man qoolahaa mi-atan marrotin kutibat lahu alfu hasanatin, wa huththot 'anhu alfu khothii-atin.

Artinya : Barangsiapa mengucap SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI sekali, akan ditanamkan baginya suatu pohon disurga, dan barangsiapa mengucapkannya seratus kali, dicatat baginya seribu kebajikan dan digugurkan daripadanya seribu kejahatan (Kitab An Nashaih Ad Diniyah - Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad)

Hayo kita perbanyak membaca dzikir mulia ini, agar kita menjadi orang yang beruntung kelak diakhirat nanti, bacalah minimal dalam setiap harinya 100 kali!

Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan amalan-amalan tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya.. :)


Dikutip dari:

* Hadits Kutubut Tis’ah.
* Ihya' Ulumiddin => Imam Al-Ghazali.
* Al Adzkar => Imam An-Nawawi.
* Riyadhus Shalihin => Al Imam An Nawawi.
* Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad => Asy Syaikh Zinuddin Al Maribariy.
* An Nashaaih Ad Diniyah wal washaaya Al Imaaniyah => Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Tanqihul Qaul => Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abu Nawar bin Ahmad Al ‘Aydrus.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Group Majelis Nuurus-Sa'aadah : http://www.facebook.com/groups/160814570679672/